Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Januari 2017
Baca: Keluaran 14:1-14
"...sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya." Keluaran 14:13
Ketika umat Israel dilepaskan dari belenggu perbudakan Mesir dan dituntun Tuhan berjalan menuju ke Tanah Perjanjian, Firaun yang adalah gambaran tentang Iblis, tidak pernah rela melepaskan mereka. Karena itu Firaun menggunakan segala cara untuk menahan agar mereka tetap berada di Mesir; dan ketika mendengar bahwa umat Israel telah pergi meninggalkan Mesir ia pun mengerahkan seluruh pasukannya untuk mengejar mereka. Adapun kata Mesir adalah lambang 'dinia', suatu kehidupan yang duniawi, dibelenggu oleh dosa, atau hamba dosa. Pada saat itu umat Israel benar-benar berada pada posisi sulit. "Adapun orang Mesir, segala kuda dan kereta Firaun, orang-orang berkuda
dan pasukannya, mengejar mereka dan mencapai mereka pada waktu mereka
berkemah di tepi laut, dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon. Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka." (ayat 9-10). Keadaan itu menimbulkan ketakutan yang luar biasa!
Setelah kita percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, lalu bertobat, yaitu keluar dari 'Mesir', Iblis dan bala tentaranya bergerak cepat dan mengacaukan seluruh aspek kehidupan kita dengan berbagai-bagai masalah. Di saat-saat itu kita pun mulai mengeluh, "Ikut Tuhan Yesus keadaan kok tidak bertambah baik, masalah dan cobaan datang bertubi-tubi." Umat Israel mulai menyalahkan pemimpin rohani (Musa) dan berani menyalahkan Tuhan, "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami
untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami
dengan membawa kami keluar dari Mesir?" (ayat 11).
Pada masa-masa kesesakan seperti ini banyak orang Kristen mengalami degradasi iman, mata rohani kabur sehingga keselamatan yang ada di depan mata tak dilihatnya. Yang tampak hanyalah masalah atau pergumulan hidup yang berat, dan mulai membanding-bandingkan dengan kehidupan di Mesir dan ingin kembali ke sana. Milikilah mata iman seperti Musa yang tetap percaya walau belum melihat.
"Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu;" Keluaran 14:13
Monday, January 23, 2017
Sunday, January 22, 2017
ADA BERKAT DI BALIK UCAPAN SYUKUR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Januari 2017
Baca: Mazmur 111:1-10
"Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah." Mazmur 111:1
Jika kita merenungkan kebenaran firman Tuhan dan semua yang Tuhan telah kerjakan dalam hidup ini seharusnya bibir kita takkan pernah berhenti berkata: "Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:5), dan "Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?" (Mazmur 116:12). Tiada kata selain bibir yang senantiasa memuliakan nama Tuhan (ucapan syukur). Tapi banyak orang Kristen yang lupa mengucap syukur, kecuali dalam keadaan baik (terberkati); padahal di balik ucapan syukur terkandung berkat yang luar biasa pula.
Tuhan Yesus memberi makan 5000 orang laki-laki, tidak termasuk wanita dan anak-anaknya, hanya dengan 5 ketul roti dan 2 ikan, semuanya kenyang, dan bahkan masih tersisa 12 bakul. Berawal dari ucapan syukur, mujizat pun terjadi! "Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki." (Yohanes 6:11). Secara naluriah kita terdorong untuk mengucap syukur bila memiliki sesuatu yang berlebih, menerima dalam jumlah besar atau sedang surplus. Ditinjau dari sudut mana pun 5 roti dan 2 ikan tidak akan pernah cukup untuk memberi makan 5000 orang! Sangat tidak masuk akal! Kita pasti akan berkata seperti Filipus, "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." (Yohanes 6:7). Bukankah kita cenderung merasa kuatir, lalu bersungut-sungut, mengomel ketika memiliki atau menerima sedikit?
Dari sepuluh orang yang menderita kusta hanya satu orang Samaria saja yang tidak lupa mengucap syukur kepada Tuhan atas kesembuhan yang dialaminya, sedangkan sembilan orang lainnya pergi begitu saja setelah sembuh. Karena ucapan syukur inilah ia tidak saja disembuhkan dari penyakitnya, tetapi juga beroleh berkat rohani yaitu anugerah keselamatan oleh karena imannya (baca Lukas 17:19).
Di segala keadaan jangan pernah lupa mengucap syukur kepada Tuhan, karena ucapan syukur adalah pintu gerbang menuju berkat!
Baca: Mazmur 111:1-10
"Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah." Mazmur 111:1
Jika kita merenungkan kebenaran firman Tuhan dan semua yang Tuhan telah kerjakan dalam hidup ini seharusnya bibir kita takkan pernah berhenti berkata: "Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:5), dan "Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?" (Mazmur 116:12). Tiada kata selain bibir yang senantiasa memuliakan nama Tuhan (ucapan syukur). Tapi banyak orang Kristen yang lupa mengucap syukur, kecuali dalam keadaan baik (terberkati); padahal di balik ucapan syukur terkandung berkat yang luar biasa pula.
Tuhan Yesus memberi makan 5000 orang laki-laki, tidak termasuk wanita dan anak-anaknya, hanya dengan 5 ketul roti dan 2 ikan, semuanya kenyang, dan bahkan masih tersisa 12 bakul. Berawal dari ucapan syukur, mujizat pun terjadi! "Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki." (Yohanes 6:11). Secara naluriah kita terdorong untuk mengucap syukur bila memiliki sesuatu yang berlebih, menerima dalam jumlah besar atau sedang surplus. Ditinjau dari sudut mana pun 5 roti dan 2 ikan tidak akan pernah cukup untuk memberi makan 5000 orang! Sangat tidak masuk akal! Kita pasti akan berkata seperti Filipus, "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." (Yohanes 6:7). Bukankah kita cenderung merasa kuatir, lalu bersungut-sungut, mengomel ketika memiliki atau menerima sedikit?
Dari sepuluh orang yang menderita kusta hanya satu orang Samaria saja yang tidak lupa mengucap syukur kepada Tuhan atas kesembuhan yang dialaminya, sedangkan sembilan orang lainnya pergi begitu saja setelah sembuh. Karena ucapan syukur inilah ia tidak saja disembuhkan dari penyakitnya, tetapi juga beroleh berkat rohani yaitu anugerah keselamatan oleh karena imannya (baca Lukas 17:19).
Di segala keadaan jangan pernah lupa mengucap syukur kepada Tuhan, karena ucapan syukur adalah pintu gerbang menuju berkat!
Subscribe to:
Posts (Atom)