Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Januari 2017
Baca: Yakobus 5:13-18
"Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa!" Yakobu 5:13
Sering timbul di benak kita pertanyaan: sanggupkah kita menghadapi hari depan? Jawabannya: tidak sanggup jika mengandalkan kekuatan sendiri, karena sehebat, sekuat, sepintar atau sekaya apa pun seseorang, kekuatannya sangatlah terbatas. Tidak bisa tidak, kita membutuhkan kekuatan yang berasal dari luar diri kita agar kuat berdiri di tengah terpaan badai kehidupan yang kian mengganas ini. Kekuatan yang kita butuhkan adalah kekuatan adikodrati atau kekuatan yang melebihi atau di luar kodrat alam, supranatural, yang hanya kita peroleh melalui doa atau persekutuan karib dengan Tuhan.
Tidak sedikit orang percaya menganggap remeh dan sepele kekuatan doa. Alkitab menyatakan: "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah
bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak
turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya." (Yakobus 5:16b, 17, 18). Doa menghadirkan kuasa Tuhan yang tak terbatas atas diri manusia yang terbatas. Kekuatan doa sanggup menembus kemustahilan! Ketika Elia berdoa supaya tidak turun hujan, hujan pun tidak turun di bumi selama 3,5 tahun, dan ketika ia berdoa meminta hujan kepada Tuhan langit pun menurunkan hujan. Doa adalah senjata ampuh mengalahkan musuh dalam bentuk apa pun: masalah atau pencobaan; doa mampu menggetarkan hati Tuhan sehingga Ia bertindak memberikan pertolongan dan menyembuhkan segala macam sakit-penyakit.
Supaya doa kita berkuasa dan mendatangkan kekuatan, kuncinya adalah kita harus dalam posisi benar di hadapan Tuhan, dosa harus dibereskan, karena dosa adalah penghalang utama doa sampai ke hadirat Tuhan. "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala
kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu,
sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2).
"TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengar-Nya." Amsal 15:29
Sunday, January 15, 2017
Saturday, January 14, 2017
BEKERJA GIAT DI LADANG TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Januari 2017
Baca: Lukas 10:1-12
"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Lukas 10:2
Tuhan memanggil setiap orang percaya untuk bekerja di ladang-Nya, dan dunia ini adalah ladang yang Ia percayakan untuk digarap. Tidaklah cukup orang percaya hanya tampak rajin beribadah ke gereja saja; kita harus lebih dari itu, yaitu punya hati yang terbeban untuk mendukung pekerjaan Tuhan dan terlibat di dalamnya. Kita harus memiliki roh yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan, bukan hanya puas menjadi jemaat yang pasif tanpa melakukan apa-apa. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11).
Selagi ada waktu dan kesempatan kita harus melayani Tuhan dengan sekuat tenaga, bekerja bagi Dia tanpa kenal lelah. Mengapa? Karena Tuhan Yesus sendiri telah memberikan sebuah teladan bagaimana Ia bekerja dan melayani. Seluruh keberadaan hidup-Nya dipersembahkan untuk mengerjakan tugas Bapa, bahkan sampai mati di kayu salib. Tuhan Yesus memperingatkan, "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." (Yohanes 6:27). Mengingat sedikit waktu lagi kedatangan Tuhan yang kedua kali akan tiba, maka sisa waktu yang ada hendaknya kita pergunakan dengan sebaik-baiknya untuk bekerja bagi Tuhan. Renungkan: untuk membuat sepotong kue diperlukan banyak pekerja; kalau kue yang kelihatannya sepele, yang sekali makan langsung habis memerlukan begitu banyak orang yang terlibat untuk membuatnya, apalagi pekerjaan memberitakan Injil ke seluruh pelosok, suku, bangsa, kaum dan bahasa di seluruh dunia, bukankah diperlukan lebih banyak pekerja?
Tuaian di luar sana begitu banyak, tetapi sayang pekerja sangat sedikit alias tidak sebanding. Kita tidak mungkin hanya mengandalkan para pendeta atau fulltimer yang bekerja, karena sebesar apa pun energi yang mereka keluarkan tidak akan mencukupi.
"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." Yohanes 9:4
Baca: Lukas 10:1-12
"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Lukas 10:2
Tuhan memanggil setiap orang percaya untuk bekerja di ladang-Nya, dan dunia ini adalah ladang yang Ia percayakan untuk digarap. Tidaklah cukup orang percaya hanya tampak rajin beribadah ke gereja saja; kita harus lebih dari itu, yaitu punya hati yang terbeban untuk mendukung pekerjaan Tuhan dan terlibat di dalamnya. Kita harus memiliki roh yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan, bukan hanya puas menjadi jemaat yang pasif tanpa melakukan apa-apa. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11).
Selagi ada waktu dan kesempatan kita harus melayani Tuhan dengan sekuat tenaga, bekerja bagi Dia tanpa kenal lelah. Mengapa? Karena Tuhan Yesus sendiri telah memberikan sebuah teladan bagaimana Ia bekerja dan melayani. Seluruh keberadaan hidup-Nya dipersembahkan untuk mengerjakan tugas Bapa, bahkan sampai mati di kayu salib. Tuhan Yesus memperingatkan, "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." (Yohanes 6:27). Mengingat sedikit waktu lagi kedatangan Tuhan yang kedua kali akan tiba, maka sisa waktu yang ada hendaknya kita pergunakan dengan sebaik-baiknya untuk bekerja bagi Tuhan. Renungkan: untuk membuat sepotong kue diperlukan banyak pekerja; kalau kue yang kelihatannya sepele, yang sekali makan langsung habis memerlukan begitu banyak orang yang terlibat untuk membuatnya, apalagi pekerjaan memberitakan Injil ke seluruh pelosok, suku, bangsa, kaum dan bahasa di seluruh dunia, bukankah diperlukan lebih banyak pekerja?
Tuaian di luar sana begitu banyak, tetapi sayang pekerja sangat sedikit alias tidak sebanding. Kita tidak mungkin hanya mengandalkan para pendeta atau fulltimer yang bekerja, karena sebesar apa pun energi yang mereka keluarkan tidak akan mencukupi.
"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." Yohanes 9:4
Subscribe to:
Posts (Atom)