Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Januari 2017
Baca: Lukas 10:1-12
"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah
kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja
untuk tuaian itu." Lukas 10:2
Tuhan memanggil setiap orang percaya untuk bekerja di ladang-Nya, dan dunia ini adalah ladang yang Ia percayakan untuk digarap. Tidaklah cukup orang percaya hanya tampak rajin beribadah ke gereja saja; kita harus lebih dari itu, yaitu punya hati yang terbeban untuk mendukung pekerjaan Tuhan dan terlibat di dalamnya. Kita harus memiliki roh yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan, bukan hanya puas menjadi jemaat yang pasif tanpa melakukan apa-apa. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11).
Selagi ada waktu dan kesempatan kita harus melayani Tuhan dengan sekuat tenaga, bekerja bagi Dia tanpa kenal lelah. Mengapa? Karena Tuhan Yesus sendiri telah memberikan sebuah teladan bagaimana Ia bekerja dan melayani. Seluruh keberadaan hidup-Nya dipersembahkan untuk mengerjakan tugas Bapa, bahkan sampai mati di kayu salib. Tuhan Yesus memperingatkan, "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk
makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan
diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa,
Allah, dengan meterai-Nya." (Yohanes 6:27). Mengingat sedikit waktu lagi kedatangan Tuhan yang kedua kali akan tiba, maka sisa waktu yang ada hendaknya kita pergunakan dengan sebaik-baiknya untuk bekerja bagi Tuhan. Renungkan: untuk membuat sepotong kue diperlukan banyak pekerja; kalau kue yang kelihatannya sepele, yang sekali makan langsung habis memerlukan begitu banyak orang yang terlibat untuk membuatnya, apalagi pekerjaan memberitakan Injil ke seluruh pelosok, suku, bangsa, kaum dan bahasa di seluruh dunia, bukankah diperlukan lebih banyak pekerja?
Tuaian di luar sana begitu banyak, tetapi sayang pekerja sangat sedikit alias tidak sebanding. Kita tidak mungkin hanya mengandalkan para pendeta atau fulltimer yang bekerja, karena sebesar apa pun energi yang mereka keluarkan tidak akan mencukupi.
"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih
siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat
bekerja." Yohanes 9:4
Saturday, January 14, 2017
Friday, January 13, 2017
BERTAHAN DI TENGAH GONCANGAN DUNIA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Januari 2017
Baca: Mazmur 46:1-12
"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." Mazmur 46:1
Semua orang mengakui bahwa keadaan dunia bertambah hari tidak bertambah baik, goncangan demi goncangan terjadi di mana-mana, "Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang,..." (ayat 7). Perilaku manusia pun semakin tak terkendali karena mereka tidak lagi memiliki hati yang takut akan Tuhan. Haruskah orang percaya terbawa arus dunia ini? "Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1). Jika kita berusaha untuk menjadi 'serupa' dengan dunia maka hidup kita tidak lagi memiliki pengaruh, alias gagal menjadi garam dan terang dunia. Justru di tengah goncangan dan degradasi moral seperti inilah dibutuhkan orang-orang yang berani membuat perbedaan.
Tugas itu ada di pundak kita sebagai orang percaya yang telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (baca 1 Petrus 2:9). "Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung." (2 Petrus 1:10). Memang untuk menjadi pribadi yang berbeda tidaklah mudah, ada banyak tekanan dan tantangan yang selalu mencoba untuk menghadang langkah kita. Bagaimana supaya kita dapat bertahan dan tetap aman? Senantiasalah berpaut kepada Tuhan. "Sebab jika kamu sungguh-sungguh berpegang pada perintah yang kusampaikan kepadamu untuk dilakukan, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya dan dengan berpaut pada-Nya," (Ulangan 11:22), maka "Tidak ada yang akan dapat bertahan menghadapi kamu:" (Ulangan 11:25).
Berpaut kepada Tuhan berarti memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan dan terus melekat kepada-Nya. Inilah janji Tuhan terhadap orang-orang yang berpaut kepada-Nya, "...Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku. Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya." (Mazmur 91:14-15).
"TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub." Mazmur 46:12
Baca: Mazmur 46:1-12
"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." Mazmur 46:1
Semua orang mengakui bahwa keadaan dunia bertambah hari tidak bertambah baik, goncangan demi goncangan terjadi di mana-mana, "Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang,..." (ayat 7). Perilaku manusia pun semakin tak terkendali karena mereka tidak lagi memiliki hati yang takut akan Tuhan. Haruskah orang percaya terbawa arus dunia ini? "Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1). Jika kita berusaha untuk menjadi 'serupa' dengan dunia maka hidup kita tidak lagi memiliki pengaruh, alias gagal menjadi garam dan terang dunia. Justru di tengah goncangan dan degradasi moral seperti inilah dibutuhkan orang-orang yang berani membuat perbedaan.
Tugas itu ada di pundak kita sebagai orang percaya yang telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (baca 1 Petrus 2:9). "Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung." (2 Petrus 1:10). Memang untuk menjadi pribadi yang berbeda tidaklah mudah, ada banyak tekanan dan tantangan yang selalu mencoba untuk menghadang langkah kita. Bagaimana supaya kita dapat bertahan dan tetap aman? Senantiasalah berpaut kepada Tuhan. "Sebab jika kamu sungguh-sungguh berpegang pada perintah yang kusampaikan kepadamu untuk dilakukan, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya dan dengan berpaut pada-Nya," (Ulangan 11:22), maka "Tidak ada yang akan dapat bertahan menghadapi kamu:" (Ulangan 11:25).
Berpaut kepada Tuhan berarti memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan dan terus melekat kepada-Nya. Inilah janji Tuhan terhadap orang-orang yang berpaut kepada-Nya, "...Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku. Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya." (Mazmur 91:14-15).
"TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub." Mazmur 46:12
Subscribe to:
Posts (Atom)