Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Januari 2017
Baca: Mazmur 99:1-9
"Tinggikanlah TUHAN, Allah kita, dan sujudlah menyembah di hadapan gunung-Nya yang kudus! Sebab kuduslah TUHAN, Allah kita!" Mazmur 99:9
Bapa yang kita sembah, yang menyatakan diri di dalam Yesus Kristus, adalah kudus adanya. Dialah Yehovah M'kaddeshem (Tuhan yang menyucikan). Sebagai orang percaya yang dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib, kita, "...yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi
umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah
beroleh belas kasihan." (1 Petrus 2:10), adalah bagian dari keberadaan-Nya yang Ilahi, yaitu kehidupan kudus yang memisahkan kita dari dunia. "tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Banyak orang mengaku diri sebagai pengikut Kristus tetapi tingkah mereka tidak beda dari dunia. Jelas ini bertentangan dengan kehendak Tuhan!
Di dalam Perjanjian Lama Tuhan telah menyatakan kekudusan-Nya kepada bangsa Israel dengan memberikan mereka segala hukum-hukum-Nya: "Sebab Akulah TUHAN yang telah menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus." (Imamat 11:45). Mengapa kita harus hidup kudus? "...sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14). Yesus Kristus telah datang untuk menggenapi rencana Bapa, yaitu menyucikan orang yang percaya kepada-Nya dan akan memberikan hati yang baru (Yehezkiel 36:26). Lebih dari itu Ia membebaskan kita dari segala ikatan dosa dan dari setiap tipu daya Iblis; dan karena kita sudah dibarui dan disucikan dalam nama-Nya dengan baptisan air, maka tubuh kita menjadi Bait Roh Kudus, di mana Ia berdiam dengan Roh-Nya.
Kini kita tidak lagi menjadi hamba dosa seperti dahulu, melainkan menjadi hamba kebenaran (baca Roma 6:18), sehingga tubuh kita adalah korban yang hidup bagi Tuhan. Karena itu kita harus memancarkan kekudusan Kristus kepada dunia ini melalui perkataan, sikap dan perbuatan kita sehari-hari. Inilah yang disebut life style evangelism (evangelisasi dengan contoh gaya hidup).
"...kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu." Imamat 20:7
Thursday, January 12, 2017
Wednesday, January 11, 2017
KEHIDUPAN KRISTEN ROHANI/DEWASA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Januari 2017
Baca: 1 Korintus 13:11-12
"Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu." 1 Korintus 13:11b
Kehidupan Kristen rohani atau dewasa tidak terjadi secara otomatis, tetapi perlu proses dan waktu. Sebagaimana tubuh jasmani manusia memerlukan makanan yang bergizi setiap hari, begitu pula manusia rohani kita juga memerlukan makanan rohani yang seimbang supaya dapat bertumbuh secara utuh dan sempurna, "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus," (Efesus 4:13).
Makanan sehat untuk manusia rohani adalah 'susu': "Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan," (1 Petrus 2:2), 'roti': "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4), 'makanan keras': "Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa," (Ibrani 5:14), dan 'madu': "Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku." (Mazmur 119:103). Jangan berpikir bahwa rajin datang ke gereja dan memberikan persembahan sudah cukup sebagai modal untuk bertumbuh, melainkan harus mau berproses yaitu 'tinggal' di dalam firman Tuhan: menyediakan waktu untuk mendengarkan, membaca, mempelajari/menyelidiki, merenungkan dan mempraktekkan firman Tuhan, sebab "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16).
Kuasa firmanlah yang akan mengubah seluruh perspektif hidup kita, dari hidup yang berpusat pada diri sendiri kepada hidup yang berpusat kepada Tuhan; tidak lagi berorientasi kepada perkara duniawi melainkan kepada perkara yang bernilai kekal. Inilah tanda kedewasaan rohani seseorang yaitu senantiasa haus dan lapar akan kebenaran firman Tuhan. Dalam mengatasi masalah hidup pun ia tidak lagi mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi senantiasa meminta hikmat dari Tuhan dan melibatkan Dia.
"...supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah." Kolose 4:12
Baca: 1 Korintus 13:11-12
"Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu." 1 Korintus 13:11b
Kehidupan Kristen rohani atau dewasa tidak terjadi secara otomatis, tetapi perlu proses dan waktu. Sebagaimana tubuh jasmani manusia memerlukan makanan yang bergizi setiap hari, begitu pula manusia rohani kita juga memerlukan makanan rohani yang seimbang supaya dapat bertumbuh secara utuh dan sempurna, "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus," (Efesus 4:13).
Makanan sehat untuk manusia rohani adalah 'susu': "Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan," (1 Petrus 2:2), 'roti': "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4), 'makanan keras': "Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa," (Ibrani 5:14), dan 'madu': "Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku." (Mazmur 119:103). Jangan berpikir bahwa rajin datang ke gereja dan memberikan persembahan sudah cukup sebagai modal untuk bertumbuh, melainkan harus mau berproses yaitu 'tinggal' di dalam firman Tuhan: menyediakan waktu untuk mendengarkan, membaca, mempelajari/menyelidiki, merenungkan dan mempraktekkan firman Tuhan, sebab "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16).
Kuasa firmanlah yang akan mengubah seluruh perspektif hidup kita, dari hidup yang berpusat pada diri sendiri kepada hidup yang berpusat kepada Tuhan; tidak lagi berorientasi kepada perkara duniawi melainkan kepada perkara yang bernilai kekal. Inilah tanda kedewasaan rohani seseorang yaitu senantiasa haus dan lapar akan kebenaran firman Tuhan. Dalam mengatasi masalah hidup pun ia tidak lagi mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi senantiasa meminta hikmat dari Tuhan dan melibatkan Dia.
"...supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah." Kolose 4:12
Subscribe to:
Posts (Atom)