Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Januari 2017
Baca: Lukas 13:6-9
"Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya." Lukas 13:7a
Dalam Alkitab seringkali pohon dipakai untuk melukiskan keadaan manusia. Orang yang kesukaannya merenungkan Taurat Tuhan siang dan malam seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, menghasilkan buahnya pada musimnya, tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil (baca Mazmur 1:2-3); orang yang mengandalkan Tuhan dalam segala hal seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, tidak mengalami datangnya panas terik, daunnya tetap hijau, tidak kuatir dalam tahun kering, tidak berhenti menghasilkan buah (baca Yeremia 17:8).
Pada bacaan hari ini tiga tahun lamanya pemilik kebun mencari buah pada pohon ara miliknya, tapi tidak menemukannya. Tahun pertama: tidak ada buah masih bisa dimaklumi, mungkin pohon itu masih terlalu muda untuk berbuah; tahun kedua: belum ada buah, mungkin masih kurang pupuk atau ada batu-batu yang harus disingkirkan atau tanah perlu dicangkul supaya gembur; tahun ketiga: tetap saja tidak berbuah, padahal segala usaha sudah dilakukan. Jadi yang menjadi masalah bukan kurang diperhatikan, tapi pohon ara itu sendiri. Inilah gambaran hidup orang percaya, yaitu orang-orang non Yahudi, yang karena iman percaya kepada Yesus beroleh kasih karunia-Nya: dipilih, diselamatkan dan diangkat menjadi anak-anak-Nya, "yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain, seperti yang difirmankan-Nya juga dalam kitab nabi Hosea: 'Yang bukan
umat-Ku akan Kusebut: umat-Ku dan yang bukan kekasih: kekasih.' Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: 'Kamu ini bukanlah
umat-Ku,' di sana akan dikatakan kepada mereka: 'Anak-anak Allah yang
hidup.'" (Roma 9:24-26).
Jadi, kita yang hidup di bawah kasih karunia Tuhan, artinya hidup dengan perlakuan istimewa dari Tuhan, dituntut menghasilkan buah. "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:8).
Tidak berbuah berarti telah menyia-nyiakan kasih karunia yang telah Tuhan berikan kepadanya!
Friday, January 6, 2017
Thursday, January 5, 2017
BAGAI POHON ARA YANG TIDAK BERBUAH (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Januari 2017
Baca: Lukas 13:6-9
"Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya." Lukas 13:6
Daerah Palestina dikenal sebagai wilayah pegunungan yang subur. Itulah sebabnya di sana banyak dijumpai berbagai tanaman buah-buahan, seperti pohon zaitun, pohon delima, pohon anggur, termasuk pohon ara juga bertumbuh dengan subur di sana. Pohon zaitun, pohon anggur dan pohon ara adalah tiga jenis pohon yang sering disebut di Alkitab.
Pohon ara adalah tanaman asli Asia barat daya, Israel, Siria dan Mesir. Pohon ini terkenal memiliki umur yang sangat panjang karena kemampuannya untuk beradaptasi dengan berbagai jenis tanah, bahkan pohon ini dapat tumbuh dengan baik di tanah yang berbatu-batu sekalipun. Tinggi pohon ara dapat mencapai kira-kira 9 m dengan diameter batang kira-kira 0,6 m, dan memiliki cabang-cabang yang melebar; dan karena memiliki daun yang lebarnya bisa mencapai 20 cm atau lebih, pohon ini bisa digunakan untuk berteduh atau bernaung. Adapun manfaat buah ara adalah sebagai sumber makanan pokok pada zaman Alkitab dan pada zaman sekarang di beberapa negeri Timur Tengah; bisa juga dijadikan kue ara kering yang praktis bisa dibawa ke mana-mana sebagai bekal. Kue ara juga bisa dipakai untuk pengobatan (baca 2 Raja-Raja 20:7).
Pohon ara yang dimaksudkan dalam perikop ini berbeda dengan pohon ara yang Tuhan Yesus jumpai di tepi jalan ketika Ia bersama dengan murid-murid-Nya melakukan perjalanan dari Betania ke Yerusalem, yang karena tidak menghasilkan buah dikutuk Tuhan: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu." (Matius 21:19). Sedangkan dalam perumpamaan ini yang dimaksudkan sebagai 'pohon ara' dalam teks adalah tin (Ficus carica), sejenis ara yang berasal dari wilayah Laut Tengah yang buahnya dapat dimakan. Pohon ini dipilih secara khusus dan diperlakukan teramat istimewa oleh pemilik kebun: ditanam di kebun anggur, tanah sekeliling dicangkul dan dibuang batu-batunya, serta diberinya pupuk yang cukup, dengan harapan pohon itu tumbuh dengan baik dan berbuah lebat. Hasilnya? Pohon ara itu tetap saja tidak menghasilkan buah. Ini mengingatkan kita tentang nyanyian Yesaya tentang kebun anggur (baca Yesaya 5:1-7), yang meski sudah dirawat sedemikian rupa hanya menghasilkan buah anggur yang asam. Sungguh mengecewakan! (Bersambung)
Baca: Lukas 13:6-9
"Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya." Lukas 13:6
Daerah Palestina dikenal sebagai wilayah pegunungan yang subur. Itulah sebabnya di sana banyak dijumpai berbagai tanaman buah-buahan, seperti pohon zaitun, pohon delima, pohon anggur, termasuk pohon ara juga bertumbuh dengan subur di sana. Pohon zaitun, pohon anggur dan pohon ara adalah tiga jenis pohon yang sering disebut di Alkitab.
Pohon ara adalah tanaman asli Asia barat daya, Israel, Siria dan Mesir. Pohon ini terkenal memiliki umur yang sangat panjang karena kemampuannya untuk beradaptasi dengan berbagai jenis tanah, bahkan pohon ini dapat tumbuh dengan baik di tanah yang berbatu-batu sekalipun. Tinggi pohon ara dapat mencapai kira-kira 9 m dengan diameter batang kira-kira 0,6 m, dan memiliki cabang-cabang yang melebar; dan karena memiliki daun yang lebarnya bisa mencapai 20 cm atau lebih, pohon ini bisa digunakan untuk berteduh atau bernaung. Adapun manfaat buah ara adalah sebagai sumber makanan pokok pada zaman Alkitab dan pada zaman sekarang di beberapa negeri Timur Tengah; bisa juga dijadikan kue ara kering yang praktis bisa dibawa ke mana-mana sebagai bekal. Kue ara juga bisa dipakai untuk pengobatan (baca 2 Raja-Raja 20:7).
Pohon ara yang dimaksudkan dalam perikop ini berbeda dengan pohon ara yang Tuhan Yesus jumpai di tepi jalan ketika Ia bersama dengan murid-murid-Nya melakukan perjalanan dari Betania ke Yerusalem, yang karena tidak menghasilkan buah dikutuk Tuhan: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu." (Matius 21:19). Sedangkan dalam perumpamaan ini yang dimaksudkan sebagai 'pohon ara' dalam teks adalah tin (Ficus carica), sejenis ara yang berasal dari wilayah Laut Tengah yang buahnya dapat dimakan. Pohon ini dipilih secara khusus dan diperlakukan teramat istimewa oleh pemilik kebun: ditanam di kebun anggur, tanah sekeliling dicangkul dan dibuang batu-batunya, serta diberinya pupuk yang cukup, dengan harapan pohon itu tumbuh dengan baik dan berbuah lebat. Hasilnya? Pohon ara itu tetap saja tidak menghasilkan buah. Ini mengingatkan kita tentang nyanyian Yesaya tentang kebun anggur (baca Yesaya 5:1-7), yang meski sudah dirawat sedemikian rupa hanya menghasilkan buah anggur yang asam. Sungguh mengecewakan! (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)