Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Januari 2017
Baca: Yesaya 54:1-17
"Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu,
janganlah menghematnya; panjangkanlah tali-tali kemahmu dan
pancangkanlah kokoh-kokoh patok-patokmu!" (Yesaya 54:2)
Di setiap memasuki awal tahun yang baru semua orang pasti memiliki rencana, harapan dan juga impian yang baru pula. Besar harapan bahwa kegagalan-kegagalan yang menimpa di tahun sebelumnya tidak akan terulang kembali. Kita rindu hari-hari yang kita jalani nanti dipenuhi oleh keberhasilan atau kesuksesan di segala bidang. Namun perlu disadari bahwa prinsip keberhasilan atau kesuksesan bagi orang percaya itu tidak dapat dilepaskan dari campur tangan Tuhan, karena itu andalkan Tuhan dalam segala hal.
Yesaya pasal 54 ini merupakan suatu pembaharuan perjanjian (recovenant) antara Tuhan dengan umat pilihan-Nya (bangsa Israel) pasca kepulangan mereka dari pembuangan di Babel selama 70 tahun. Waktu itu mereka menghadapi pergumulan yang berat: berkurangnya keturunan sebagai ahli waris di negeri perjanjian (ayat 1) dan mengenai pembagian atau tata letak tanah warisan yang menjadi hak mereka (ayat 3). Dalam pembaharuan perjanjian ini Tuhan memberi semangat kepada orang-orang buangan itu dengan menjanjikan pemulihan, yaitu keadaan baru yang mendatangkan berkat dan sukacita. Tuhan berjanji akan memulihkan keadaan mereka yaitu keturunan yang berjumlah lebih banyak daripada sebelum pembuangan, dan juga perluasan wilayah. "...engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh
tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi." (ayat 3).
Perihal janji pemulihan Tuhan ini bukan hanya berlaku bagi bangsa Israel yang hidup di zaman itu, tapi juga berlaku bagi semua orang percaya yang adalah 'Israel-Israel' rohani. Bukankah setiap kita memiliki keinginan untuk mengalami kemajuan di segala segi kehidupan ini? Jika ingin mengalami pemulihan, usaha makin luas, dan pelayanan kian bertumbuh serta berdampak, maka hal utama yang harus kita lakukan adalah fokus kepada Pribadi Tuhan, bukan pada berkat atau perluasan itu, sehingga akan semakin mendorong kita untuk lebih mendekat kepada Tuhan.
"Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu." Mazmur 119:38
Tuesday, January 3, 2017
Monday, January 2, 2017
MASA DEPAN BAGI ORANG PERCAYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Januari 2017
Baca: Amsal 23:1-35
"Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." Amsal 23:18
Melihat keadaan dunia saat ini yang unpredictable sangatlah wajar bila banyak orang mengalami ketakutan dan kekuatiran tentang hidup mereka di masa depan. Dengan nada pesimis mereka berkata, "Tidak ada masa depan, masa depan semakin suram!"
Seburuk apa pun situasi yang sedang terjadi kita harus tetap optimis, sebab masa depan itu sungguh ada dan harapan itu tidak akan hilang (ayat nas). Janji firman Tuhan adalah jaminan kita. "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Kita percaya bahwa "...tidak ada rencana-Mu yang gagal." (Ayub 42:2). Ketika umat Israel merasa tidak yakin akan masa depannya, merasa mustahil dapat menyeberangi sungai Yordan, Yosua menguatkan mereka bahwa Tuhan pasti melakukan perbuatan ajaib asal mereka mau menguduskan diri. "Kuduskanlah dirimu, sebab besok TUHAN akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kamu." (Yosua 3:5). Mungkin kita mengalami jalan buntu, tapi percayalah tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. "Bukankah Engkau yang mengeringkan laut, air samudera raya yang hebat? yang membuat laut yang dalam menjadi jalan, supaya orang-orang yang diselamatkan dapat menyeberang?" (Yesaya 51:10). Masa depan yang penuh harapan akan menjadi bagian kita asal kita mau menguduskan diri, tidak menjamah apa yang najis.
Menguduskan diri bukan berarti harus mencapai tingkatan rohani tertentu atau mencapai kesempurnaan, namun yang terutama sekali kita harus punya rasa haus dan lapar akan perkara-perkara rohani, mengingini Tuhan lebih dari apa pun. "Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi." (Mazmur 73:25). Masa depan yang penuh harapan bukan sekedar ilusi atau angan-angan bagi orang-orang yang senantiasa merindukan Pribadi-Nya, yang mau membayar harga dengan menanggalkan semua beban dosa dan melepaskan ikatan persahabatan dengan dunia ini!
Hidup dalam kekudusan (kesucian) adalah langkah menuju kehidupan yang berkemenangan dan bermasa depan cerah!
Baca: Amsal 23:1-35
"Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." Amsal 23:18
Melihat keadaan dunia saat ini yang unpredictable sangatlah wajar bila banyak orang mengalami ketakutan dan kekuatiran tentang hidup mereka di masa depan. Dengan nada pesimis mereka berkata, "Tidak ada masa depan, masa depan semakin suram!"
Seburuk apa pun situasi yang sedang terjadi kita harus tetap optimis, sebab masa depan itu sungguh ada dan harapan itu tidak akan hilang (ayat nas). Janji firman Tuhan adalah jaminan kita. "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Kita percaya bahwa "...tidak ada rencana-Mu yang gagal." (Ayub 42:2). Ketika umat Israel merasa tidak yakin akan masa depannya, merasa mustahil dapat menyeberangi sungai Yordan, Yosua menguatkan mereka bahwa Tuhan pasti melakukan perbuatan ajaib asal mereka mau menguduskan diri. "Kuduskanlah dirimu, sebab besok TUHAN akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kamu." (Yosua 3:5). Mungkin kita mengalami jalan buntu, tapi percayalah tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. "Bukankah Engkau yang mengeringkan laut, air samudera raya yang hebat? yang membuat laut yang dalam menjadi jalan, supaya orang-orang yang diselamatkan dapat menyeberang?" (Yesaya 51:10). Masa depan yang penuh harapan akan menjadi bagian kita asal kita mau menguduskan diri, tidak menjamah apa yang najis.
Menguduskan diri bukan berarti harus mencapai tingkatan rohani tertentu atau mencapai kesempurnaan, namun yang terutama sekali kita harus punya rasa haus dan lapar akan perkara-perkara rohani, mengingini Tuhan lebih dari apa pun. "Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi." (Mazmur 73:25). Masa depan yang penuh harapan bukan sekedar ilusi atau angan-angan bagi orang-orang yang senantiasa merindukan Pribadi-Nya, yang mau membayar harga dengan menanggalkan semua beban dosa dan melepaskan ikatan persahabatan dengan dunia ini!
Hidup dalam kekudusan (kesucian) adalah langkah menuju kehidupan yang berkemenangan dan bermasa depan cerah!
Subscribe to:
Posts (Atom)