Saturday, December 24, 2016

MENGHADAPI JALAN BUNTU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Desember 2016

BacaMazmur 77:1-21

"Melalui laut jalan-Mu dan lorong-Mu melalui muka air yang luas, tetapi jejak-Mu tidak kelihatan."  Mazmur 77:20

Dalam kehidupan ini seringkali kita menghadapi masalah-masalah yang sepertinya tidak ada jalan keluarnya, alias jalan buntu.  Karena tidak segera mendapatkan jalan atau jawaban untuk permasalahan yang sedang digumulkan, tidak sedikit dari kita yang bersikap apatis, masa bodoh, menerima nasib atau menyerah kalah karena sudah tidak tahu harus berbuat apa dan kemana harus mencari pertolongan.  Mereka pun menjadi frustasi, putus asa, gelap pikiran, nekat melakukan tindakan yang menyimpang dari kebenaran, bahkan ada yang memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya alias bunuh diri.

     Bagi orang percaya yang memiliki kehidupan doa selalu ada harapan.  "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita."  (Roma 5:5).  Perhatikan ayat ini!  "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"  (Lukas 18:7).  Selalu ada pertolongan dan jalan keluar untuk setiap permasalahan yang kita hadapi, asal kita mau bersungguh-sungguh dalam berdoa.  Bersungguh-sungguh berarti giat, tekun, setia dan sabar menanti-nantikan waktu Tuhan.  Tuhan Yesus adalah jaminan hidup orang percaya, karena Dia berkata,  "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup."  (Yohanes 14:6a).  Kalau dosa terbesar manusia, yaitu dosa, telah diselesaikan-Nya di atas Golgota, apalagi masalah-masalah kecil dalam kehidupan kita sehari-hari seperti sakit-penyakit, krisis ekonomi, masalah rumah tangga dan sebagainya.

     Ketika dikejar-kejar oleh Firaun dan pasukan berkudanya bangsa Israel menghadapi jalan buntu, karena di depan terbentang laut Teberau yang mustahil untuk diseberangi.  Pada saat yang tepat Tuhan menyatakan mujizat-Nya:  laut Teberau terbelah:  "Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka."  (Keluaran 14:22).

Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil!  "Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara."  Yesaya 43:19

Friday, December 23, 2016

OBAJA: Takut Kepada Tuhan Daripada Manusia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2016

Baca1 Raja-Raja 18:1-15

"Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN."  1 Raja-Raja 18:3

Ada banyak tokoh yang bernama Obaja di Alkitab.  Pada kesempatan ini kita akan membahas salah satunya yaitu Obaja yang bekerja sebagai hamba raja Ahab.  Nama Obaja dalam bahasa Ibrani berarti abdi Tuhan atau penyembah Tuhan.  Sesuai dengan namanya Obaja yang kita bahas adalah orang yang takut akan Tuhan.

     Bukanlah perkara mudah bagi Obaja untuk bekerja di lingkungan kerajaan yang dipimpin oleh raja Ahab karena Ahab adalah seorang raja yang terkenal lalim dan berlaku jahat di mata Tuhan, bahkan  "Ahab bin Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN lebih dari pada semua orang yang mendahuluinya."  (1 Raja-Raja 16:30), apalagi ia juga mengambil Izebel sebagai isteri, padahal Izebel adalah penyembah Baal.  Meski berada di lingkungan orang-orang yang menyembah berhala iman Obaja tak tergoyahkan, ia tetap berlaku benar di hadapan Tuhan dan tidak terbawa arus.  Dikisahkan Obaja berani menyembunyikan seratus nabi Tuhan ke dalam gua dan mengurus makan minum mereka  (1 Raja-Raja 18:4), karena pada waktu itu banyak nabi dibunuh atas perintah Izebel.  Ini menunjukkan bahwa Obaja lebih takut kepada Tuhan daripada kepada manusia.  Ketika dihadapkan pada pilihan:  taat kepada Tuhan atau kepada manusia, ia memilih taat kepada Tuhan.  "Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka."  (Matius 10:28).

     Berhadapan dengan himpitan atau tekanan, banyak orang memilih mencari  'aman'  dan melakukan kompromi karena takut kehilangan posisi atau jabatan, fasilitas atau popularitas.  Apalagi jika nyawa yang menjadi taruhannya, umumnya orang lebih takut kepada manusia daripada kepada Tuhan.  Karena imannya Tuhan memakai Obaja sebagai perantara pertemuan antara Elia dan raja Ahab, di mana akhirnya terjadi kesepakatan untuk mengumpulkan seluruh umat Israel dan 450 orang nabi Baal di gunung Karmel.  Di sanalah Tuhan mendemonstrasikan kuasa-Nya melalui Elia:  450 orang nabi Baal dibasmi habis.  Melalui peristiwa ini umat Israel pun kembali bertobat!

"Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia."  Kisah 5:29