Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2016
Baca: Amsal 29:1-27
"Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian." Amsal 29:23
Lawan kesombongan adalah kerendahan hati! Rendah hati adalah kualitas yang seharusnya ada dalam diri orang percaya, terlebih bagi pemimpin rohani. Sering dijumpai banyak pemimpin rohani tidak memberikan teladan kerendahan hati. Merasa sudah menjadi pelayan Tuhan atau pemimpin rohani mereka pun gila hormat, sehingga di mana pun berada selalu membusungkan dada dan harus dihormati!
Perhatikan nasihat Rasul Paulus ini! "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:5-7). Kita seharusnya malu pada diri sendiri jika berani meninggikan diri dan tidak bisa rendah hati! Tuhan Yesus saja yang adalah Tuhan dan Raja telah memberikan teladan dan mempraktekkan apa artinya kerendahan hati. Kerendahan hati dalam diri seseorang akan tampak nyata ketika ia rela mengesampingkan kepentingan diri sendiri, dan menempatkan orang lain di tempat yang lebih utama. Orang yang rendah hati tidak akan berhenti mengasihi hanya karena kasihnya tak terbalaskan. Orang yang rendah hati selalu menyadari kelemahan, kekurangan dan keterbatasannya, dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan lebih dari pada kekuatan sendiri.
Di zaman yang dipenuhi dengan persaingan yang tidak sehat ini kerendahan hati dianggap sebagai kelemahan mental dan ketidakmampuan untuk bersaing, akibatnya semua orang didorong untuk mempertahankan egonya, fokus pada diri sendiri tanpa memperdulikan keberadaan orang lain. Prinsip Alkitab mengajarkan: "...hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (Filipi 2:3b-4).
"Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan." Amsal 22:4
Friday, December 16, 2016
Thursday, December 15, 2016
SOMBONG: Langkah Menuju Kehancuran
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Desember 2016
Baca: 2 Tawarikh 26:1-23
"Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak." 2 Tawarikh 26:16a
Ketika segala sesuatu berjalan dengan baik dan lancar, ketika Tuhan membawa kehidupan semakin naik dan berada di puncak kesuksesan, memegang jabatan penting di perusahaan atau kantor, menjadi OKB (orang kaya baru), serta diberkati secara berkelimpahan, biasanya orang memiliki kecenderungan untuk meninggikan diri, menganggap diri lebih daripada yang lain dan akhirnya terperangkap dalam dosa kesombongan. Berhati-hatilah! Sebab ada banyak contoh di Alkitab tentang orang-orang yang mengalami kejatuhan dikarenakan berlaku sombong.
Salah satunya adalah raja Uzia yang menjabat sebagai raja atas Yehuda ketika masih berumur 16 tahun. Di awal pemerintahannya "Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil." (ayat 4-5). Karena memiliki hati yang takut akan Tuhan, Tuhan pun membuat berhasil apa saja yang diperbuat Uzia. Di bawah kepemimpinan Uzia ini bangsa Yehuda mengalami kemajuan di berbagai sektor kehidupan, seperti pertanian dan juga peternakan yang berkembang begitu pesat. Bukan hanya itu, bangsa ini pun memiliki angkatan bersenjata yang mumpuni sehingga nama Uzia semakin termashyur sampai ke Mesir karena kekuatannya yang besar (ayat 8). Uzia benar-benar telah berada di puncak kesuksesan! Sayang, ia menjadi lupa diri: lupa akan kebaikan dan campur tangan Tuhan, bahkan "Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya (melanggar - Red.), dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan." (ayat 16b). Padahal membakar ukupan di atas mezbah adalah tugas para imam keturunan Harun. Ketika ditegur dan diperingatkan ia pun menjadi sangat marah. Ini menunjukkan bahwa Uzia tidak lagi menghormati Tuhan!
Karena kesombongannya Uzia harus menuai akibat: "...sakit kusta sampai kepada hari matinya, dan sebagai orang yang sakit kusta ia tinggal dalam sebuah rumah pengasingan, karena ia dikucilkan dari rumah TUHAN." (ayat 21).
Saat seseorang berlaku sombong, saat itulah ia sedang berjalan menuju kehancuran!
Baca: 2 Tawarikh 26:1-23
"Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak." 2 Tawarikh 26:16a
Ketika segala sesuatu berjalan dengan baik dan lancar, ketika Tuhan membawa kehidupan semakin naik dan berada di puncak kesuksesan, memegang jabatan penting di perusahaan atau kantor, menjadi OKB (orang kaya baru), serta diberkati secara berkelimpahan, biasanya orang memiliki kecenderungan untuk meninggikan diri, menganggap diri lebih daripada yang lain dan akhirnya terperangkap dalam dosa kesombongan. Berhati-hatilah! Sebab ada banyak contoh di Alkitab tentang orang-orang yang mengalami kejatuhan dikarenakan berlaku sombong.
Salah satunya adalah raja Uzia yang menjabat sebagai raja atas Yehuda ketika masih berumur 16 tahun. Di awal pemerintahannya "Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil." (ayat 4-5). Karena memiliki hati yang takut akan Tuhan, Tuhan pun membuat berhasil apa saja yang diperbuat Uzia. Di bawah kepemimpinan Uzia ini bangsa Yehuda mengalami kemajuan di berbagai sektor kehidupan, seperti pertanian dan juga peternakan yang berkembang begitu pesat. Bukan hanya itu, bangsa ini pun memiliki angkatan bersenjata yang mumpuni sehingga nama Uzia semakin termashyur sampai ke Mesir karena kekuatannya yang besar (ayat 8). Uzia benar-benar telah berada di puncak kesuksesan! Sayang, ia menjadi lupa diri: lupa akan kebaikan dan campur tangan Tuhan, bahkan "Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya (melanggar - Red.), dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan." (ayat 16b). Padahal membakar ukupan di atas mezbah adalah tugas para imam keturunan Harun. Ketika ditegur dan diperingatkan ia pun menjadi sangat marah. Ini menunjukkan bahwa Uzia tidak lagi menghormati Tuhan!
Karena kesombongannya Uzia harus menuai akibat: "...sakit kusta sampai kepada hari matinya, dan sebagai orang yang sakit kusta ia tinggal dalam sebuah rumah pengasingan, karena ia dikucilkan dari rumah TUHAN." (ayat 21).
Saat seseorang berlaku sombong, saat itulah ia sedang berjalan menuju kehancuran!
Subscribe to:
Posts (Atom)