Friday, December 9, 2016

TELINGA YANG PEKA UNTUK MENDENGAR (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Desember 2016

BacaYesaya 55:1-5

"Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup!..."  Yesaya 55:3

Telinga adalah salah satu bagian dari pancaindera manusia, berfungsi untuk menerima suara dari luar tubuh.  Mengapa Tuhan menciptakan manusia dengan sepasang telinga dan hanya satu mulut?  Supaya manusia lebih banyak mendengar tetapi sedikit berbicara.  Namun dalam kesehariannya orang lebih banyak berbicara tapi kurang memperhatikan dalam hal mendengar.  Alkitab jelas menyatakan bahwa  "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran,"  (Amsal 10:19).  Karena itu telinga memiliki peranan yang sungguh teramat penting dalam perjalanan hidup orang percaya.

     Contoh di Perjanjian Lama adalah saat pentahbisan Harun dan anak-anaknya untuk menjadi imam.  Untuk menjadi seorang imam telinga mereka harus ditahirkan terlebih dahulu.  "Domba jantan itu disembelih, lalu Musa mengambil sedikit dari darahnya dan membubuhnya pada cuping telinga kanan Harun, pada ibu jari tangan kanan dan pada ibu jari kaki kanannya. Musa menyuruh anak-anak Harun mendekat, lalu membubuh sedikit dari darah itu pada cuping telinga kanan mereka, pada ibu jari tangan kanan dan pada ibu jari kaki kanan mereka, lalu Musa menyiramkan darah selebihnya pada mezbah sekelilingnya."  (Imamat 8:23-24).  Ada pun makna rohaninya adalah supaya mereka memiliki kepekaan dalam hal mendengar suara Tuhan, sehingga mereka dapat memahami dan membedakan apa yang menjadi kehendak Tuhan dan mana yang bukan.

     Di Perjanjian baru kita dapat belajar dari perumpamaan tentang penabur  (baca  Matius 13:1-23).  Dalam ke-4 kasus ini sesungguhnya benih yang ditaburkan adalah sama, tetapi yang membuat perbedaan bukan si penaburnya, tetapi pada tanahnya atau si pendengar.  Banyak orang datang ke gereja dan mereka mendengar firman Tuhan yang sama yang disampaikan oleh hamba Tuhan dari atas mimbar, tetapi hasilnya berbeda pada tiap-tiap orang.  Mengapa bisa demikian?  Karena mereka memiliki respons yang berbeda-beda, memfungsikan telinganya secara berbeda:  ada yang sungguh-sungguh mendengarkan firman tersebut, namun ada pula yang mendengarkan firman sambil lalu, masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.
(Bersambung)

Thursday, December 8, 2016

HATI DAN TELINGA SUDAH MENEBAL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Desember 2016

BacaMatius 13:10-23

"Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup;"  Matius 13:15

Sejak zaman dahulu nabi Yesaya mengatakan banyak bangsa mengalami kebutaan dan tuli rohaninya.  Keadaan ini setali tiga uang dengan orang-orang di zaman Tuhan Yesus, tetap saja mengeraskan hati dan telinga mereka, enggan mendengar berita kebenaran.  Dengan menggunakan perumpamaan Tuhan Yesus menyinggung keadaan ini:  "...sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti."  (ayat 13).  Banyak bangsa yang secara terang-terangan menolak dan sangat antipati terhadap berita kebenaran  (Injil),  "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa,"  (1 Korintus 1:18).

     Lebih menyedihkan lagi ada pula orang-orang yang mengaku diri sebagai Kristen, yang telah ditebus oleh darah Kristus dan di setiap ibadah mendengar berita tentang kebenaran, namun mereka tetap saja hidup dalam dosa, meski hal itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi;  pikirnya orang lain tidak akan pernah tahu apa yang diperbuatnya, padahal  "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13).  Jika kita terus melakukan dosa meski sudah mengenal kebenaran, kekristenan kita sia-sia.

     Rasul Petrus menulis:  "Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka. Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: 'Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.'"  (2 Petrus 2:10-22).  Orang yang telah mengenal jalan kebenaran tetapi kembali kepada kehidupan dosa sama artinya telah meremehkan pengorbanan Kristus.

Jangan mengeraskan hati, berhentilah berbuat dosa!