Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 November 2016
Baca: Ratapan 3:21-26
"Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap:" Ratapan 3:21
Keterbatasan adalah milik manusia, "...sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22), sedangkan ketidakterbatasan adalah milik Tuhan, "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:9). Manusia tidak tahu apa yang akan terjadi di depannya, berbeda dengan Tuhan yang Mahatahu, mengetahui apa yang bakal terjadi dalam hidup ini. "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita..." (Ulangan 29:29).
Firman Tuhan mengajarkan kita untuk tidak berharap kepada manusia atau sesama, tetapi menaruh pengharapan sepenuhnya hanya kepada Tuhan sebab Dia adalah penguasa tunggal alam semesta ini dan semua perkara berada dalam kendali tangan-Nya yang kuat dan perkasa. Bapa kita yang di sorga, Ialah "...yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang
yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang
tidak benar." (Matius 5:45). Dengan kata lain kalau Tuhan juga menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan tidak benar, bukankah Tuhan akan lebih memperhatikan anak-anak-Nya yang senantiasa berharap kepada-Nya? "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan
akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya
panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun
kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah." (Yeremia 17:7-8). Semakin banyak orang tergoncang karena mendengar dan melihat keadaan ekonomi dunia yang memburuk. Dunia boleh mengalami krisis, tetapi orang percaya tidak perlu takut, sebab "...kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan," (Ibrani 12:28).
Dalam segala sesuatu yang kita kerjakan Tuhan adalah jaminan kita, asal kita percaya dan mempercayakan hidup hanya kepada-Nya. "Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;" (Mazmur 37:5).
Bagi orang percaya "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." Amsal 23:18
Monday, November 21, 2016
Sunday, November 20, 2016
TERTINDAS TETAP PUNYA INTEGRITAS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 November 2016
Baca: Daniel 6:1-29
"Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku,..." Daniel 6:23
Ketika berada dalam kesulitan, tekanan atau masalah berat biasanya orang mudah sekali melupakan Tuhan, karena mata jasmaninya hanya tertuju kepada besarnya masalah. Daniel adalah salah satu tokoh besar di Alkitab yang pernah melewati masa-masa sulit dalam hidupnya. Kala itu para pejabat tinggi pemerintahan Darius berusaha mencari alasan untuk menuduh dan menyalahkan Daniel dengan meminta raja mengeluarkan surat ketetapan: melarang semua orang menyembah Tuhan, dewa atau manusia lain kecuali kepada raja, dan bagi yang melanggar akan dilemparkan ke gua singa.
Siapa Daniel? Adalah tawanan perang yang ditangkap Nebukadnezar yang bersama dengan orang-orang Yahudi dari golongan atas lainnya diangkut ke Babel untuk dididik dan diperkerjakan di pemerintahan; Daniel bekerja di bawah pemerintahan raja Nebukadnezar, Belsyazar dan Darius dari tahun 605-536 SM. Dalam bahasa Ibrani nama Daniel berarti Tuhanlah hakimku. Mendengar surat perintah raja, Daniel tidak takut atau gentar sedikit pun melainkan tetap menjaga integritas rohaninya. "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11). Apa yang diyakini dan dikatakan sesuai dengan apa yang dilakukan. Ia percaya tidak ada yang layak disembah dan ditinggikan selain Tuhan yang hidup, yang duduk di atas takhta-Nya yang kudus di dalam Kerajaan Sorga. Sesuai arti namanya Daniel berkeyakinan bahwa Tuhanlah hakim yang adil, pasti sanggup menegakkan keadilan di tengah ketidakadilan.
Begitu melihat Daniel sedang berdoa kepada Tuhannya segeralah orang-orang melaporkan kepada raja, sehingga raja pun terpaksa melaksanakan ketetapannya: melemparkan Daniel ke gua singa. Selama Daniel berada di gua singa "...pergilah raja ke istananya dan berpuasalah ia semalam-malaman itu; ia tidak menyuruh datang penghibur-penghibur, dan ia tidak dapat tidur." (Daniel 6:19), karena membayangkan hal-hal buruk menimpa Daniel. Apa yang dikuatirkan raja tak terjadi! Karena Tuhan benar-benar telah menjadi hakim yang membela perkara Daniel.
Pembelaan Tuhan benar-benar nyata bagi orang yang berintegritas!
Baca: Daniel 6:1-29
"Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku,..." Daniel 6:23
Ketika berada dalam kesulitan, tekanan atau masalah berat biasanya orang mudah sekali melupakan Tuhan, karena mata jasmaninya hanya tertuju kepada besarnya masalah. Daniel adalah salah satu tokoh besar di Alkitab yang pernah melewati masa-masa sulit dalam hidupnya. Kala itu para pejabat tinggi pemerintahan Darius berusaha mencari alasan untuk menuduh dan menyalahkan Daniel dengan meminta raja mengeluarkan surat ketetapan: melarang semua orang menyembah Tuhan, dewa atau manusia lain kecuali kepada raja, dan bagi yang melanggar akan dilemparkan ke gua singa.
Siapa Daniel? Adalah tawanan perang yang ditangkap Nebukadnezar yang bersama dengan orang-orang Yahudi dari golongan atas lainnya diangkut ke Babel untuk dididik dan diperkerjakan di pemerintahan; Daniel bekerja di bawah pemerintahan raja Nebukadnezar, Belsyazar dan Darius dari tahun 605-536 SM. Dalam bahasa Ibrani nama Daniel berarti Tuhanlah hakimku. Mendengar surat perintah raja, Daniel tidak takut atau gentar sedikit pun melainkan tetap menjaga integritas rohaninya. "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11). Apa yang diyakini dan dikatakan sesuai dengan apa yang dilakukan. Ia percaya tidak ada yang layak disembah dan ditinggikan selain Tuhan yang hidup, yang duduk di atas takhta-Nya yang kudus di dalam Kerajaan Sorga. Sesuai arti namanya Daniel berkeyakinan bahwa Tuhanlah hakim yang adil, pasti sanggup menegakkan keadilan di tengah ketidakadilan.
Begitu melihat Daniel sedang berdoa kepada Tuhannya segeralah orang-orang melaporkan kepada raja, sehingga raja pun terpaksa melaksanakan ketetapannya: melemparkan Daniel ke gua singa. Selama Daniel berada di gua singa "...pergilah raja ke istananya dan berpuasalah ia semalam-malaman itu; ia tidak menyuruh datang penghibur-penghibur, dan ia tidak dapat tidur." (Daniel 6:19), karena membayangkan hal-hal buruk menimpa Daniel. Apa yang dikuatirkan raja tak terjadi! Karena Tuhan benar-benar telah menjadi hakim yang membela perkara Daniel.
Pembelaan Tuhan benar-benar nyata bagi orang yang berintegritas!
Subscribe to:
Posts (Atom)