Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Oktober 2016
Baca: Amsal 7:1-27
"kulihat di antara yang tak berpengalaman, kudapati di antara anak-anak muda seorang teruna yang tidak berakal budi," Amsal 7:7
Dalam tulisannya ini Salomo sedang membahas tentang masalah yang dihadapi oleh anak-anak muda yang rentan dengan pengaruh negatif.
Ada seorang anak muda yang masih 'hijau' pengalaman terseret bujuk rayu perempuan tak bermoral. "Ia merayu orang muda itu dengan berbagai-bagai bujukan, dengan kelicinan bibir ia menggodanya. Maka tiba-tiba orang muda itu mengikuti dia seperti lembu yang dibawa ke
pejagalan, dan seperti orang bodoh yang terbelenggu untuk dihukum, sampai anak panah menembus hatinya; seperti burung dengan cepat menuju perangkap, dengan tidak sadar, bahwa hidupnya terancam." (ayat 21-23). Ayat ini menggambarkan betapa kuatnya pengaruh dosa menyeret kehidupan seseorang seperti yang dikatakan juga oleh Yakobus: "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15). Anak-anak muda selalu menjadi sasaran utama Iblis, yang selalu mencari cara dan waktu yang tepat untuk memikat dan menyeret mereka dengan menawarkan segala bentuk kesenangan dan kenikmatan daging: free sex, narkoba, dugem dan sebagainya. Adapun waktu yang tepat adalah ketika orang sedang lengah karena tidak berakal budi. Firman Tuhan memeringatkan: "...jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu," (1 Petrus 1:14), karena itu "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41). Ada harga yang harus dibayar untuk kelengahan karena tidak berakal budi. Orang tidak menyadari bahwa di balik kemasan dosa yang begitu menarik dan menawan hati ada sebuah jebakan yang membinasakan. Tetapi kebinasaan itu hampir tak terlihat pada awalnya, karena itu orang tidak jera untuk terus berbuat dosa.
Berhati-hatilah! Selain membawa maut, dosa juga mengakibatkan hidup seseorang terpisah jauh dari Tuhan.
Hidup dalam persekutuan yang karib dengan Tuhan adalah kunci untuk meraih kemenangan melawan tipu muslihat Iblis!
Wednesday, October 19, 2016
Tuesday, October 18, 2016
SEMAKIN DIHITUNG SEMAKIN KUATIR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Oktober 2016
Baca: Yohanes 6:1-15
"Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Yohanes 6:7
Masalah pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seringkali menjadi faktor penyebab banyak orang mengalami kekuatiran. Mereka berkata, "Uang segini mana cukup untuk makan sebulan? Bagaimana bisa membayar uang sekolah anak dan kontrakan jika penghasilan tetap pas-pasan?"
Dalam kesesakan yang kita hadapi ini sesungguhnya Tuhan Yesus tidak pernah menutup mata, Ia tahu apa yang dibutuhkan dalam hidup ini. Ia tahu apa yang harus diperbuat-Nya untuk menolong kita. Adakalanya kita dibiarkan dalam keadaan terdesak karena Tuhan ingin tahu reaksi kita, seperti pertanyaan yang Ia ajukan kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan? Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya." (ayat 5-6). Filipus adalah murid Tuhan yang setiap harinya ada bersama-sama dengan Sang Guru, dan melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Ia melakukan banyak mujizat, tetapi begitu dihadapkan pada fakta yang mengimpit ia lupa begitu saja dengan mujizat yang Guru kerjakan: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." (ayat nas). Lalu muncul informasi dari murid-Nya yang lain: "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" (ayat 9).
Seringkali pandangan kita terpaku kepada lima roti dan dua ikan yang jumlahnya sangat sedikit, dan lupa memandang Tuhan Yesus, sumber mujizat. Semakin kita hitung-hitung apa yang ada pada kita semakin kita kuatir dan kita semakin menggunakan akal pikiran kita untuk menutupi kebutuhan. Kalau saja kita ingat bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang Mahadahsyat dengan segala perbuatan-Nya tentulah kita tidak akan pernah merasa kuatir. Jika Tuhan ingin membuat mujizat kecil Ia akan menempatkan kita pada situasi sulit, dan apabila Tuhan hendak mengerjakan mujizat yang besar Ia akan menghadapkan kita pada situasi yang secara manusia itu mustahil.
Tidak ada perkara yang terlalu sukar bagi Tuhan, karena itu percayakan hidup ini secara penuh kepada-Nya!
Baca: Yohanes 6:1-15
"Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Yohanes 6:7
Masalah pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seringkali menjadi faktor penyebab banyak orang mengalami kekuatiran. Mereka berkata, "Uang segini mana cukup untuk makan sebulan? Bagaimana bisa membayar uang sekolah anak dan kontrakan jika penghasilan tetap pas-pasan?"
Dalam kesesakan yang kita hadapi ini sesungguhnya Tuhan Yesus tidak pernah menutup mata, Ia tahu apa yang dibutuhkan dalam hidup ini. Ia tahu apa yang harus diperbuat-Nya untuk menolong kita. Adakalanya kita dibiarkan dalam keadaan terdesak karena Tuhan ingin tahu reaksi kita, seperti pertanyaan yang Ia ajukan kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan? Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya." (ayat 5-6). Filipus adalah murid Tuhan yang setiap harinya ada bersama-sama dengan Sang Guru, dan melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Ia melakukan banyak mujizat, tetapi begitu dihadapkan pada fakta yang mengimpit ia lupa begitu saja dengan mujizat yang Guru kerjakan: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." (ayat nas). Lalu muncul informasi dari murid-Nya yang lain: "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" (ayat 9).
Seringkali pandangan kita terpaku kepada lima roti dan dua ikan yang jumlahnya sangat sedikit, dan lupa memandang Tuhan Yesus, sumber mujizat. Semakin kita hitung-hitung apa yang ada pada kita semakin kita kuatir dan kita semakin menggunakan akal pikiran kita untuk menutupi kebutuhan. Kalau saja kita ingat bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang Mahadahsyat dengan segala perbuatan-Nya tentulah kita tidak akan pernah merasa kuatir. Jika Tuhan ingin membuat mujizat kecil Ia akan menempatkan kita pada situasi sulit, dan apabila Tuhan hendak mengerjakan mujizat yang besar Ia akan menghadapkan kita pada situasi yang secara manusia itu mustahil.
Tidak ada perkara yang terlalu sukar bagi Tuhan, karena itu percayakan hidup ini secara penuh kepada-Nya!
Subscribe to:
Posts (Atom)