Wednesday, September 28, 2016

ANAK ALLAH: Wajib Meniru Allah (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 September 2016 

Baca:  Efesus 5:1-21

"dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah."  Efesus 5:2

Karena status orang percaya bukan dari dunia maka kita tidak boleh turut ambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang biasa dilakukan orang-orang dunia.  Yang Tuhan kehendaki adalah kehidupan yang selaras dengan ajaran dan perbuatan Allah, yaitu menjadi penurut-penurut Allah  (ayat 1).  Kata penurut-penurut Allah dapat diartikan peniru-peniru Allah.  Rasul Paulus menekankan dalam perikop ini bahwa kita adalah anak-anak Allah, sehingga harus meniru kehidupan Allah atau meneladani-Nya supaya kita benar-benar layak disebut anak-anak-Nya.  Pepatah  'buah jatuh tidak jauh dari pohonnya'  menunjuk kepada suatu kesamaan atau kedekatan antara pohon dan buahnya, antara anak dan bapanya.  Tidak malukah kita mengaku anak Allah, sementara perilaku kita sama seperti orang-orang dunia yang bukan anak Allah?  Tuhan menghendaki kita tidak serupa dengan dunia  (baca  Roma 12:2).

     Kita harus meneladani Allah dalam hal:  1.  Hidup dalam kasih.  "...hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita..."  (Efesus 5:2).  Kita diperintahkan hidup dalam kasih,  "...sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."  (1 Yohanes 4:7-8).  Mengasihi haruslah menjadi gaya hidup anak-anak Allah.  Sifat manusia lama yang mementingkan diri sendiri  (egois), tidak peduli terhadap orang lain harus benar-benar kita tinggalkan, dan menjalani hidup sebagai manusia baru yaitu hidup yang mengasihi.  Ingat!  Kekristenan tanpa kasih adalah sia-sia, sebab  "...sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing."  (1 Korintus 13:1).

     Hidup di dalam kasih adalah perintah, karena kita adalah anak-anak yang dikasihi Allah, yang karena kasih-Nya rela memberikan Putera-Nya Yesus Kristus.  Kita harus mengasihi karena kita adalah umat tebusan Allah.  Yesus mau membayar harga melalui pengorbanan-Nya di kayu salib karena kasih.  Tidakkah kita bersedia membayar harga untuk mengasihi sesama, termasuk mengasihi musuh?  (Bersambung)

Tuesday, September 27, 2016

ORANG PERCAYA: Bukan Dari Dunia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 September 2016 

Baca:  Yohanes 15:18-27

"Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia,"  Yohanes 15:19

Tidak banyak orang Kristen memahami apa yang dikatakan Tuhan bahwa setiap orang percaya bukan dari dunia.  Ayat nas adalah penegasan bahwa setiap orang yang percaya kepada Tuhan adalah orang yang memiliki kewargaan baru sebagai warga Kerajaan Sorga, meski secara fisik masih menjalani hidup di bumi ini.  Artinya orang percaya bukanlah milik dunia ini tapi milik Tuhan sepenuhnya.  Jadi hanya mereka yang berstatus sebagai milik Tuhanlah yang disebut bukan berasal dari dunia ini.  "Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,"  (Filipi 3:20).  Karena itu hari-hari yang kita jalani ini seharusnya menjadi persiapan untuk menetap dan tinggal di Kerajaan Sorga.  "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."  (Mazmur 90:12).

     Dalam wujud apa persiapan itu?  Apakah kita harus mengumpulkan uang atau harta duniawi sebanyak-banyaknya, mumpung masih ada di dunia ini, sebagai bekal pergi ke sorga nanti?  Salah besar!  Firman Tuhan:  "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi;"  (Matius 6:19), "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar."  (1 Timotius 6:7).  Yang harus dipersiapkan adalah harta sorgawi.  Ini berbicara mengenai kehidupan yang seturut dengan kehendak Tuhan secara mutlak;  dan karena orang percaya masih berada di dunia maka Tuhan Yesus pun berdoa memohon kepada Bapa agar Bapa melindungi umat-Nya dari segala yang jahat, agar terhindar dari cara hidup yang bertentangan dengan lingkungan sorga.

     Untuk mendapatkan jaminan perlindungan dari Bapa maka setiap orang percaya harus menunjukkan perilaku sebagai anak-anak Allah, memiliki karakter Allah dan menjadi penurut-penurut Allah.  "Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah."  (Efesus 5:1-2).

Kalau ingin disebut bukan dari dunia maka kita harus memiliki cara hidup yang berbeda dengan dunia ini, dengan cara hidup seturut kehendak Tuhan!