Sunday, September 18, 2016

JANGAN SARAT PESTA PORA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 September 2016 

Baca:  Lukas 21:34-38

"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat."  Lukas 21:34

Tidak ada satu orang pun yang kebal terhadap dosa, untuk itu kita perlu berjaga-jaga supaya tidak jatuh ke dalam dosa.  Terlebih hidup di tengah dunia yang menawarkan banyak hal yang menyenangkan daging:  kekayaan, kesenangan, kemewahan, popularitas dan segala kenikmatan.  Bila kita tidak berhati-hati dan tidak memiliki sikap berjaga-jaga kita akan mudah terjebak dan terbawa arus, akhirnya tenggelam dalam pesta pora dunia ini.  Arti kata pesta pora:  berpesta besar, bersuka ria  (makan minum), yang membuat seseorang menjadi terlena dan lupa diri.  Kita sering mendengar celoteh orang yang berkata:  "Hidup ini hanya satu kali, bersenang-senanglah, nikmatilah hidup!  kalau tidak sekarang, kapan lagi?"  Bisa diartikan selama masih hidup di dunia bersenang-senanglah dan nikmatilah hidupmu, tidak perlu pusing memikirkan perkara-perkara rohani, tidak perlu capai-capai ibadah atau pelayanan.  Tapi ada tertulis:  "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba."  (Pengkhotbah 9:12).

     Keadaan dunia semakin hari semakin jahat dan kian memburuk, terkadang bisa dengan kuat menyeret kita terlibat di dalamnya.  Sebagai orang percaya seharusnya kita bisa menanggapi situasi-situasi yang ada dengan hikmat Tuhan, sebab Tuhan banyak berbicara melalui peristiwa atau kejadian yang sedang terjadi.  Firman Tuhan memperingatkan,  "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora..."  (ayat nas).  Kata jagalah ini mengarah pada perilaku kita supaya segala sesuatu yang kita lakukan tidak seperti yang dilakukan oleh orang-orang dunia, tetapi sesuai dengan kehendak Tuhan, karena secara tidak sadar kita mudah sekali terpancing mengikuti pola hidup duniawi yang sarat sifat serakah, kemabukan dan pesta pora.

     Apa yang harus kita perbuat?  Berdoa dan berjaga-jaga:  dua perkara yang saling terkait, sebab tanpa berdoa kita pasti akan gagal dalam berjaga-jaga, sebab sumber kekuatan utama kita datangnya hanya dari Tuhan.  (Bersambung)

Saturday, September 17, 2016

MANUSIA MUDAH BERUBAH, TUHAN TAK BERUBAH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 September 2016 

Baca:  Mazmur 102:1-29

"tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan."  Mazmur 102:28

Kita sering mendengar ada pasutri yang mengeluh karena pasangannya sudah mulai banyak berubah.  Suami yang dulunya sabar dan penuh perhatian kini berubah menjadi pemarah, kasar, bahkan suka memukul;  isteri yang dulunya kalem dan halus budi bahasanya kini cerewetnya minta ampun....  Berbeda sekali saat baru menikah!  Banyak pula orangtua mengeluhkan perubahan dalam diri anak-anaknya... mereka yang dulunya penurut kini suka sekali memberontak.  Mungkin kita juga mengenal seseorang yang kita anggap baik dan kita berpikir bahwa kebaikan itu akan terus berlangsung... tetapi ternyata sekarang ia berubah.  Betapa sering kita dikecewakan orang lain yang ingkar terhadap janji-janjinya.  Tak ada jaminan bahwa manusia yang kita kenal akan tetap sama selamanya.  Mudah berubah...itulah manusia!

     Karena itu jangan sekali-kali  "...berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?"  (Yesaya 2:22).  Bahkan nabi Yeremia memeringatkan keras:  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"  (Yeremia 17:5).  Berharap dan mengandalkan manusia hanya akan membuat kita kecewa, sakit hati dan frustasi karena manusia mudah sekali berubah!

     Siapa yang tidak pernah berubah?  Tuhan  "Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah,"  (Maleakhi 3:6).  Hanya Tuhan, satu-satunya pribadi yang  "...Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya."  (Ibrani 13:8), yang selalu konsisten dengan apa yang diucapkan atau janjikan, sebab  "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19), artinya Tuhan tidak pernah melupakan atau melalaikan apa yang pernah dijanjikan-Nya.  Tuhan tidak pernah berubah dengan tujuan agar manusia diselamatkan dan memperoleh apa yang dijanjikan-Nya.  Semangatlah menjalani hidup ini, karena kita punya Tuhan yang tidak berubah!

"Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah,"  Ibrani 6:17