Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 September 2016
Baca: Efesus 6:10-20
"Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya..." Efesus 6:18
Kata doa adalah kata yang selalu menarik perhatian semua orang percaya, karena di mana pun berada dalam keadaan tertekan, terjepit atau mengalami jalan buntu dalam permasalahan, hal pertama yang kita butuhkan adalah doa. Entah kita sendiri yang berdoa, atau kita meminta orang lain untuk mendoakan kita.
Doa lahir karena semua orang menyadari akan kekuatan dan kemampuan yang terbatas, sehingga kita sangat membutuhkan pertolongan dan campur tangan Tuhan. Namun banyak orang Kristen kurang menyadari arti pentingnya berdoa, terbukti mereka sering mengabaikan jam-jam doa dan susah sekali menyediakan waktu secara konsisten untuk berdoa, sedangkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas lain, mereka bisa. Berdoa haruslah menjadi hal terpenting dalam kehidupan kita lebih dari segala pekerjaan apa pun, sebab segala pekerjaan yang ada di dunia ini sifatnya hanya sementara saja, sedangkan berdoa adalah suatu pekerjaan yang berdampak kekekalan. Hidup tanpa doa ibarat rumah tidak bertiang! Dapatkah sebuah rumah berdiri tegak bila tidak ada tiang yang mendukungnya? Mustahil!
Doa adalah nafas hidup kita, yaitu berdoa yang bukan hanya sebagai kegiatan rutinitas agamawi, bukan sekedar mengucapkan kalimat-kalimat doa yang dihafalkan, tetapi yang menjadi gaya hidup sehari-hari. Inilah yang dimaksud memiliki kehidupan doa! Janganlah kita mengikuti jejak orang-orang fasik yang tidak menempatkan doa sebagai hal terpenting, karena mereka beranggapan bahwa segala sesuatu bisa dilakukan dengan mengandalkan kekuatan sendiri tanpa harus melibatkan Tuhan dalam hidupnya, padahal doa merupakan jalan yang Tuhan sudah tetapkan untuk kita berbicara, membangun hubungan dengan Dia, dan meminta sesuatu kepada-Nya. Ketika orang benar berdoa kepada Tuhan, Dia yang Mahakuasa sanggup melakukan apa saja, sebab tidak ada yang mustahil bagi-Nya (baca Lukas 1:37): sebesar apa pun masalah bisa diselesaikan, sakit-penyakit disembuhkan, pintu yang tertutup pun bisa terbuka, perkara yang tak mungkin menjadi sangat mungkin.
Adalah rugi besar jika kita mengenyampingkan dan tidak menganggap penting doa!
Thursday, September 1, 2016
Wednesday, August 31, 2016
IMAN NUH: Melakukan Kehendak Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Agustus 2016
Baca: Kejadian 6:9-22
"Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya." Kejadian 6:22
Nuh adalah salah satu tokoh Alkitab yang memiliki peranan penting dalam sejarah kehidupan manusia, ia tercatat sebagai saksi iman. Tanpa Nuh tidak akan ada lagi umat manusia pada hari ini, karena semua manusia yang hidup di jamannya mengalami kebinasaan karena dilanda air bah, kecuali Nuh adan keluarganya.
Ketika orang-orang hidup dalam kejahatan dan menjauh dari Tuhan, Nuh memilih hidup benar di hadapan Tuhan, tertulis: "Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah." (ayat 9). Karena hidup bergaul karib dengan Tuhan, Ia pun menyatakan kehendak dan rencana-Nya kepada Nuh, "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi. Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir;" (ayat 13-14); dan ketika diperintahkan Tuhan untuk membuat bahtera, meski secara manusia perintah itu tidak masuk di akal, dan meski banyak orang mencemooh dan menertawakannya, Nuh tetap taat melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Alkitab menyatakan, "Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya." (Ibrani 11:7). Nuh percaya akan apa yang Tuhan firmankan kepadanya tentang akan datangnya air bah; walaupun hujan belum pernah dilihat sebelumnya, inilah iman.
Jadi, iman bukan didasarkan pada apa yang dapat dilihat atau dirasakan, namun didasarkan pada janji Tuhan. "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Sambil memersiapkan bahtera, kita sangat percaya bahwa Nuh terus memeringatkan orang-orang agar segera bertobat... tetapi sayang peringatan dari Tuhan itu mereka anggap angin lalu, akhirnya "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal," (Ibrani 2:2).
Karena iman dan ketaatannya Nuh sekeluarga beroleh kasih karunia dari Tuhan!
Baca: Kejadian 6:9-22
"Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya." Kejadian 6:22
Nuh adalah salah satu tokoh Alkitab yang memiliki peranan penting dalam sejarah kehidupan manusia, ia tercatat sebagai saksi iman. Tanpa Nuh tidak akan ada lagi umat manusia pada hari ini, karena semua manusia yang hidup di jamannya mengalami kebinasaan karena dilanda air bah, kecuali Nuh adan keluarganya.
Ketika orang-orang hidup dalam kejahatan dan menjauh dari Tuhan, Nuh memilih hidup benar di hadapan Tuhan, tertulis: "Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah." (ayat 9). Karena hidup bergaul karib dengan Tuhan, Ia pun menyatakan kehendak dan rencana-Nya kepada Nuh, "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi. Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir;" (ayat 13-14); dan ketika diperintahkan Tuhan untuk membuat bahtera, meski secara manusia perintah itu tidak masuk di akal, dan meski banyak orang mencemooh dan menertawakannya, Nuh tetap taat melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Alkitab menyatakan, "Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya." (Ibrani 11:7). Nuh percaya akan apa yang Tuhan firmankan kepadanya tentang akan datangnya air bah; walaupun hujan belum pernah dilihat sebelumnya, inilah iman.
Jadi, iman bukan didasarkan pada apa yang dapat dilihat atau dirasakan, namun didasarkan pada janji Tuhan. "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Sambil memersiapkan bahtera, kita sangat percaya bahwa Nuh terus memeringatkan orang-orang agar segera bertobat... tetapi sayang peringatan dari Tuhan itu mereka anggap angin lalu, akhirnya "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal," (Ibrani 2:2).
Karena iman dan ketaatannya Nuh sekeluarga beroleh kasih karunia dari Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)