Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Agustus 2016
Baca: 1 Korintus 3:10-20
"Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" 1 Korintus 3:16
Keberadaan Roh Tuhan di zaman Perjanjian Lama berbeda dengan zaman Perjanjian Baru. Di Perjanjian Lama, yang dimaksud bait Roh Tuhan adalah mengacu kepada bangunan yang dibangun oleh Salomo. Sedangkan di Perjanjian Baru Roh Tuhan berkenan tinggal di dalam diri setiap orang percaya secara permanen, sehingga tubuhnya disebut bait Roh Kudus (ayat nas). Jadi bait Tuhan sesungguhnya bukanlah gedung atau bangunan secara fisik, melainkan orang percaya yang berhimpun di dalamnya. Perhatikan pernyataan Tuhan Yesus ini: "Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa" (Markus 11:17). Karena kita ini adalah bait Tuhan, tempat di mana Roh-Nya berdiam, maka Tuhan menghendaki bait-Nya menjadi rumah doa. Dengan kata lain doa harus menjadi bagian penting dalam hidup orang percaya.
Agar kehidupan doa tidak padam Tuhan berfirman kepada Musa: "Perintahkanlah kepada Harun dan anak-anaknya: Inilah hukum tentang
korban bakaran. Korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di
atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, dan api mezbah haruslah
dipelihara menyala di atasnya." (Imamat 6:9). Sebagai imam, Harun dan anak-anaknya mendapatkan tugas menjaga api yang berada di atas mezbah agar tetap menyala. Jadi tiap pagi mereka harus menaruh kayu di atas mezbah, mengatur korban bakaran di atasnya dan membakar lemak sebagai korban keselamatan. Demikian juga kita seharusnya memersembahkan korban pujian dan penyembahan kepada Tuhan setiap hari seperti yang dilakukan Daud: "TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." (Mazmur 5:4). Ini berbicara tentang doa yang tiada berkeputusan!
Tuhan tidak menghendaki api itu padam, artinya setiap saat dalam hidup ini kita harus selalu menyala dalam doa, puji-pujian dan penyembahan kepada Tuhan; tidak peduli apakah pekerjaan menuntut kita untuk selalu sibuk, namun membangun persekutuan dengan Tuhan melalui doa jangan sekali-kali ditinggalkan, sebab tubuh kita adalah bait Tuhan dan bait-Nya adalah rumah doa.
Jadikan doa sebagai gaya hidup sehari-hari karena kita ini adalah rumah doa!
Tuesday, August 30, 2016
Monday, August 29, 2016
BERPIKIRLAH SEDEMIKIAN RUPA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Agustus 2016
Baca: 2 Korintus 8:16-24
"Karena kami memikirkan yang baik, bukan hanya di hadapan Tuhan, tetapi juga di hadapan manusia." 2 Korintus 8:21
Tak terbantahkan bahwa medan peperangan dalam diri setiap orang adalah pikirannya sendiri, sebab pikiran adalah awal dari setiap tindakan, dan itu menunjukkan gambar diri seseorang. Karena itu Iblis dengan berbagai cara mencoba menyerang pikiran semua orang agar mereka jatuh dalam dosa. Bahkan Iblis berani menyerang pikiran Tuhan Yesus ketika Dia berpuasa selama 40 hari 40 malam dengan harapan Tuhan mau menuruti segala kemauannya. Namun Iblis gagal total, karena Tuhan Yesus berhasil menangkal setiap serangan yang ditujukan kepada-Nya!
Berhati-hatilah... bagaimana kita berpikir akan menentukan bagaimana kita melihat, menafsirkan dan menilai segala sesuatu, termasuk bagaimana kita melihat diri sendiri. Contoh: ketika kita berpikiran positif terhadap seseorang secara otomatis sikap kita akan menjadi positif terhadapnya. Ini menunjukkan bahwa pemikiran yang positif akan mampu membangun persepsi yang positif pula dalam setiap tindakan yang kita lakukan; dan bila kita sudah berpikiran negatif terhadap seseorang, sikap kita pun akan menjadi negatif terhadapnya. Begitu pula bila kita berpikir bahwa masalah yang kita hadapi tampak sangat rumit kita pun akan melihat masalah seperti raksasa yang sulit untuk ditaklukkan. Sebaliknya kalau kita selalu berpikiran sederhana terhadap segala hal, kita akan melihat kehidupan ini menjadi sederhana. Maka "Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing." (Roma 12:3). Artinya Tuhan menghendaki agar kita berpikiran tidak terlalu tinggi, tetapi yang pantas dan sesuai dengan kadar iman, sehingga kita dapat menguasai diri.
Banyak orang Kristen berpikiran sedemikian tinggi (muluk-muluk) sampai-sampai harus memaksakan diri, dan akhirnya tidak menguasai dirinya. Ini sangat berbahaya!
Rasul Paulus menasihati agar kita menawan segala pikiran dan menaklukkannya dalam Kristus Yesus (baca 2 Korintus 10:5). sehingga yang timbul di dalam pikiran kita hanya hal-hal yang positif dan benar (baca Filipi 4:8).
Baca: 2 Korintus 8:16-24
"Karena kami memikirkan yang baik, bukan hanya di hadapan Tuhan, tetapi juga di hadapan manusia." 2 Korintus 8:21
Tak terbantahkan bahwa medan peperangan dalam diri setiap orang adalah pikirannya sendiri, sebab pikiran adalah awal dari setiap tindakan, dan itu menunjukkan gambar diri seseorang. Karena itu Iblis dengan berbagai cara mencoba menyerang pikiran semua orang agar mereka jatuh dalam dosa. Bahkan Iblis berani menyerang pikiran Tuhan Yesus ketika Dia berpuasa selama 40 hari 40 malam dengan harapan Tuhan mau menuruti segala kemauannya. Namun Iblis gagal total, karena Tuhan Yesus berhasil menangkal setiap serangan yang ditujukan kepada-Nya!
Berhati-hatilah... bagaimana kita berpikir akan menentukan bagaimana kita melihat, menafsirkan dan menilai segala sesuatu, termasuk bagaimana kita melihat diri sendiri. Contoh: ketika kita berpikiran positif terhadap seseorang secara otomatis sikap kita akan menjadi positif terhadapnya. Ini menunjukkan bahwa pemikiran yang positif akan mampu membangun persepsi yang positif pula dalam setiap tindakan yang kita lakukan; dan bila kita sudah berpikiran negatif terhadap seseorang, sikap kita pun akan menjadi negatif terhadapnya. Begitu pula bila kita berpikir bahwa masalah yang kita hadapi tampak sangat rumit kita pun akan melihat masalah seperti raksasa yang sulit untuk ditaklukkan. Sebaliknya kalau kita selalu berpikiran sederhana terhadap segala hal, kita akan melihat kehidupan ini menjadi sederhana. Maka "Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing." (Roma 12:3). Artinya Tuhan menghendaki agar kita berpikiran tidak terlalu tinggi, tetapi yang pantas dan sesuai dengan kadar iman, sehingga kita dapat menguasai diri.
Banyak orang Kristen berpikiran sedemikian tinggi (muluk-muluk) sampai-sampai harus memaksakan diri, dan akhirnya tidak menguasai dirinya. Ini sangat berbahaya!
Rasul Paulus menasihati agar kita menawan segala pikiran dan menaklukkannya dalam Kristus Yesus (baca 2 Korintus 10:5). sehingga yang timbul di dalam pikiran kita hanya hal-hal yang positif dan benar (baca Filipi 4:8).
Subscribe to:
Posts (Atom)