Sunday, August 28, 2016

WARGA SORGA: Hidup Sesuai Hukum Sorga (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Agustus 2016 

Baca:  Roma 6:15-23

"Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal."  Roma 6:22

Sebagai warga sorga yang masih tinggal di bumi, bukan berarti kita menjadi seperti alien di hadapan orang-orang, namun justru dalam kapasitas sebagai penduduk bumi Tuhan menuntut kita menjadi garam dan terang bagi dunia, supaya melalui sepak terjang kita nama Tuhan dipermuliakan.  Ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah memerintahkan orang percaya untuk menjauhi atau memusuhi dunia, tetapi kehendak-Nya atas kita adalah tidak menjadi serupa dengan dunia ini.

     Dalam Ibrani 10:6 dikatakan:  "Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan."  Artinya bukan korban persembahan mati dari tubuh binatang yang tak bercacat cela yang Tuhan kehendaki, melainkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan.  Inilah panggilan hidup bagi semua orang percaya! "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."  (Roma 12:1).  Jadi ibadah sejati bukan semata-mata rajin ke gereja, tampak sibuk dalam pelayanan atau memberi persembahan dalam jumlah yang besar.  Ibadah sejati bagi warga sorgawi adalah  'menyerahkan'  tubuh ini kepada Tuhan.  Kata tubuh diartikan seluruh keberadaan hidup kita, bukan semata-mata tubuh jasmaniah, sedangkan kata kudus berarti memisahkan atau mengkhususkan tubuh ini hanya untuk Tuhan sepenuhnya.  Kemauan kita untuk memisahkan diri dari dosa dan mengkhususkan hidup sepenuhnya untuk Tuhan adalah arti sesungguhnya hidup dalam kekudusan.

     Adalah hal yang wajar bila orang dunia menyerahkan tubuhnya untuk kesenangan duniawi, tetapi tubuh orang percaya, yang adalah sebagai warga sorgawi, adalah milik Tuhan sepenuhnya.  Maka dari itu kita harus memiliki kehidupan yang selaras dengan kehendak Tuhan sebab kita telah dimerdekakan dari dosa  (Roma 6:18).

Menjadi warga sorga berarti menyerahkan seluruh tubuh kepada Tuhan untuk menjadi senjata kebenaran, bukan sebagai sejata kelaliman  (baca  Roma 6:13).

Saturday, August 27, 2016

WARGA SORGA: Hidup Sesuai Hukum Sorga (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Agustus 2016 

Baca:  Filipi 3:17-21

"Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,"  Filipi 3:20

Ketika seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, ia menerima dan mengakui Dia sebagai pemilik dan penguasa kehidupan, berarti ia mengakui pula pemerintahan-Nya sebab semenjak itu ia memiliki status kewargaan baru yaitu kewargaan sorga.  Dengan demikian tidak ada  'pemerintahan'  lain yang berhak mengatur kehidupannya selain Tuhan melalui kuasa Roh Kudus.  Pemerintahan lain yang dimaksudkan adalah penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap dan roh-roh jahat di udara  (baca  Efesus 6:12).  Sebagai warga sorga kita harus taat kepada hukum yang berlaku di Kerajaan Sorga, yaitu firman Tuhan;  taat kepada hukum sorga berarti memiliki cara hidup seturut dengan hukum-hukum yang berlaku di Kerajaan Sorga.

     Banyak orang Kristen berpikiran bahwa dengan rajin beribadah ke gereja dan turut terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan ia sudah menunjukkan pengabdian penuh kepada Tuhan dan pemerintahan-Nya, sehingga tidak perlu lagi bertobat.  Pertobatan yang dikehendaki Tuhan lebih dari sekedar ibadah dan pelayanan, tetapi  "...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."  (Roma 12:1), sebab orang percaya sedang dipersiapkan untuk menyambut kedatangan Kristus selaku mempelai pria, maka dari itu kita harus menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh, supaya kedapatan tidak bercacat cela saat mempelai pria itu datang menjemput.  Tidak ada istilah main-main atau kompromi lagi dengan dosa!  Firman-Nya dengan keras mengatakan:  "Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!"  (Wahyu 22:11).

     Setiap hari adalah kesempatan bagi kita untuk selalu berbenah diri dengan memerhatikan kerohanian kita secara serius agar lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya.  Jangan pernah sekali pun menunda-nunda waktu untuk hidup benar, sebab kita tahu bahwa waktu hidup di dunia ini sangatlah terbatas dan kapan  'jatah'  hidup ini berakhir, tak seorang pun yang tahu.  (Bersambung)