Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Agustus 2016
Baca: Pengkhotbah 9:1-12
"Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu
sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan
hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi." Pengkhotbah 9:10
Tahun demi tahun tingkat persaingan antarmanusia akan semakin ketat. Pertanyaan: siapakah kita menghadapi persaingan yang tampak jelas di depan mata? Terlebih-lebih dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan Asia Tenggara dan membentuk kawasan ekonomi antarnegara ASEAN yang kuat. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka arus barang, jasa, investasi, modal dan juga skilled labour menjadi bebas hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara. Oleh karena itu setiap individu harus meningkatkan kapabilitas diri agar dapat bersaing...jika tidak, cepat atau lambat kita pasti akan tersingkir. Salah satu cara adalah berbenah diri dalam hal pekerjaan, artinya kita tidak bisa bekerja asal-asalan lagi, sebaliknya kita harus meningkatkan kinerja kita: bekerja lebih sungguh-sungguh agar menghasilkan karya yang berkualitas. Rasul Paulus menasihati bahwa prinsip kerja orang percaya seharusnya diarahkan untuk kemuliaan nama Tuhan. "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan,
lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur
oleh Dia kepada Allah, Bapa kita." (Kolose 3:17).
Bila segala sesuatu kita arahkan untuk kemuliaan nama Tuhan, apa pun profesi dan di mana pun kita bekerja kita akan menjunjung tinggi profesionalisme kerja dalam wujud dedikasi, loyalitas dan integritas di lingkungan pekerjaan: setia, patuh dan tunduk terhadap job description yang ditentukan baginya. Bagi orang percaya, seharusnya dunia kerja menjadi salah satu arena terbaik untuk melayani Tuhan dan bersaksi kepada orang lain. Jadi tugas apa pun yang dipercayakan marilah kita lakukan dengan sepenuh hati, jangan mengeluh, bersungut-sungut atau mengomel.
"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Kolose 3:23
Saturday, August 20, 2016
Friday, August 19, 2016
BEKERJALAH...JANGAN MALAS!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Agustus 2016
Baca: 2 Tesalonika 3:1-15
"Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu." 2 Tesalonika 3:7-8
Alkitab menyatakan bahwa bekerja adalah perintah Tuhan bagi manusia sejak dari semula: "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (Kejadian 2:15).
Kata mengusahakan dan memelihara merujuk kepada suatu pekerjaan yang harus dilakukan. Jadi bekerja bukan semata-mata konsekuensi atas pelanggaran manusia dan demi kelangsungan hidup (baca Kejadian 3:16-19). Pada hakekatnya pekerjaan adalah aspek fundamental yang harus dilakukan manusia karena merupakan perintah Tuhan yang harus ditaati. Tuhan Yesus mengatakan, "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Penegasan Tuhan Yesus mengenai diri-Nya yang bekerja sampai sekarang membuktikan bahwa Dia adalah pekerja yang aktif. Secara implisit dapat dimaknai sebagai perintah kepada setiap orang percaya untuk bekerja, bukan hanya berpangku tangan atau bermalas-malasan.
Salomo pun menulis tentang hukum kerja, di antaranya adalah: "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan..." (Amsal 14:23), dan "Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan..." (Amsal 12:11). Hal ini menunjukkan bahwa Salomo memberi apresiasi tinggi bagi orang yang mau bekerja. Sebaliknya ia sangat tidak simpatik terhadap orang-orang yang malas bekerja (baca Amsal 18:9; Amsal 6:6; Amsal 13:4; Amsal 21:25 dsb). Rasul Paulus, seorang hamba Tuhan besar, pun memberikan teladan kepada semua orang dengan bekerja membuat kemah untuk menyokong kehidupannya dan pelayanan pemberitaan Injil (baca Kisah 18:3). Karena itu ia sangat mengecam keras orang yang memilih dan memutuskan untuk tidak bekerja, padahal secara fisik masih kuat, terlebih-lebih mereka yang menggantungkan hidup kepada sesamanya, alias menjadi benalu: "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10).
Selagi usia kita masih produktif dan fisik masih mampu, mari bekerja dengan giat!
Baca: 2 Tesalonika 3:1-15
"Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu." 2 Tesalonika 3:7-8
Alkitab menyatakan bahwa bekerja adalah perintah Tuhan bagi manusia sejak dari semula: "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (Kejadian 2:15).
Kata mengusahakan dan memelihara merujuk kepada suatu pekerjaan yang harus dilakukan. Jadi bekerja bukan semata-mata konsekuensi atas pelanggaran manusia dan demi kelangsungan hidup (baca Kejadian 3:16-19). Pada hakekatnya pekerjaan adalah aspek fundamental yang harus dilakukan manusia karena merupakan perintah Tuhan yang harus ditaati. Tuhan Yesus mengatakan, "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Penegasan Tuhan Yesus mengenai diri-Nya yang bekerja sampai sekarang membuktikan bahwa Dia adalah pekerja yang aktif. Secara implisit dapat dimaknai sebagai perintah kepada setiap orang percaya untuk bekerja, bukan hanya berpangku tangan atau bermalas-malasan.
Salomo pun menulis tentang hukum kerja, di antaranya adalah: "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan..." (Amsal 14:23), dan "Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan..." (Amsal 12:11). Hal ini menunjukkan bahwa Salomo memberi apresiasi tinggi bagi orang yang mau bekerja. Sebaliknya ia sangat tidak simpatik terhadap orang-orang yang malas bekerja (baca Amsal 18:9; Amsal 6:6; Amsal 13:4; Amsal 21:25 dsb). Rasul Paulus, seorang hamba Tuhan besar, pun memberikan teladan kepada semua orang dengan bekerja membuat kemah untuk menyokong kehidupannya dan pelayanan pemberitaan Injil (baca Kisah 18:3). Karena itu ia sangat mengecam keras orang yang memilih dan memutuskan untuk tidak bekerja, padahal secara fisik masih kuat, terlebih-lebih mereka yang menggantungkan hidup kepada sesamanya, alias menjadi benalu: "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10).
Selagi usia kita masih produktif dan fisik masih mampu, mari bekerja dengan giat!
Subscribe to:
Posts (Atom)