Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Juli 2016
Baca: Mazmur 11:1-7
"Pada TUHAN aku berlindung, bagaimana kamu berani berkata kepadaku: "Terbanglah ke gunung seperti burung!" Mazmur 11:1
Dalam suatu peperangan satu-satunya tempat yang paling aman adalah tempat perlindungan atau benteng perlindungan. Namun kita harus tahu secara persis seberapa kuat tempat perlindungan atau benteng perlindungan tersebut.
Dunia adalah medan peperangan karena setiap hari kita harus berjuang melawan hawa nafsu, berjuang untuk hidup benar, berjuang menghadapi badai persoalan, terlebih-lebih berjuang melawan penghulu-penghulu di udara dan roh-roh jahat di udara (Iblis), yang kesemuanya membutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Satu hal yang pasti adalah bahwa Tuhan berjanji kepada umat-Nya untuk memberikan jaminan kemenangan karena Dia adalah tempat perlindungan yang teguh. Tetapi tidak semua orang akan beroleh perlindungan dari Tuhan, karena "TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga;
mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia." (Mazmur 11:4). Semua tingkah laku atau perbuatan manusia (baik atau buruk) tidak ada yang luput dari pengamatan Tuhan. Seperti ada tertulis: "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab
segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya
kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Tuhan memberikan jaminan perlindungan kepada setiap orang yang berhak untuk mendapatkan. Siapakah itu? Yaitu orang-orang yang hidup dalam ketulusan hati, "Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya." (Mazmur 11:7).
Di zaman sekarang ini sulit menemukan orang yang punya ketulusan hati karena banyak orang cenderung mementingkan diri sendiri, mengejar keuntungan dengan menghalalkan segala cara, bahkan kalau perlu mengorbankan orang lain. Di sisi lain hari-hari yang dihadapi orang-orang yang tulus hati sepertinya begitu berat dan seringkali diwarnai air mata, namun percayalah pada akhirnya orang yang tulus akan terpelihara hidupnya secara aman, karena Tuhan sendiri yang menjadi tempat perlindungan.
"Perisai bagiku adalah Allah, yang menyelamatkan orang-orang yang tulus hati;" Mazmur 7:11
Saturday, July 23, 2016
Friday, July 22, 2016
TUHAN SANGGUP MENGUBAH KEADAAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juli 2016
Baca: Yesaya 43:8-21
"Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara." Yesaya 43:19
Kisah kehidupan Yusuf adalah contoh berharga bagi kita. Mengalami hal-hal buruk (dimasukkan sumur, dijual sebagai budak, dipenjara) bukanlah akhir perjalanan hidup Yusuf, namun merupakan bagian dari proses yang Tuhan ijinkan terjadi.
Ketika Yusuf tetap setia menjalani proses dan tidak berontak kepada Tuhan, hal-hal luar biasa Tuhan nyatakan. Keadaan Yusuf, yang secara manusia hopeless, Tuhan ubah menjadi hopeful, bahkan hidupnya pun menjadi berkat bagi kaum keluarga dan bangsanya. "diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak. Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya. Raja menyuruh melepaskannya, penguasa bangsa-bangsa membebaskannya. Dijadikannya dia tuan atas istananya, dan kuasa atas segala harta kepunyaannya," (Mazmur 105:17-21).
Kunci agar tetap kuat di tengah penderitaan yang berat adalah jangan tawar hati, "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu." (Amsal 24:10), tetap menjaga ucapan dengan selalu memerkatakan firman Tuhan, "demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11), dan arahkan pandangan hanya kepada Tuhan Yesus sumber pertolongan, bukan kepada yang lain.
Sekalipun keadaan sepertinya belum juga berubah, seperti berada di lembah-lembah kekelaman atau padang gurun, itu bukanlah akhir perjalanan hidup kita sebab kita masih punya pengharapan di dalam Tuhan, dan pengharapan di dalam Dia tidak pernah mengecewakan, Tuhan pasti sanggup mengubah keadaan dari yang tak mungkin menjadi mungkin, asalkan kita tetap hidup seturut kehendak-Nya.
"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," Efesus 3:20
Baca: Yesaya 43:8-21
"Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara." Yesaya 43:19
Kisah kehidupan Yusuf adalah contoh berharga bagi kita. Mengalami hal-hal buruk (dimasukkan sumur, dijual sebagai budak, dipenjara) bukanlah akhir perjalanan hidup Yusuf, namun merupakan bagian dari proses yang Tuhan ijinkan terjadi.
Ketika Yusuf tetap setia menjalani proses dan tidak berontak kepada Tuhan, hal-hal luar biasa Tuhan nyatakan. Keadaan Yusuf, yang secara manusia hopeless, Tuhan ubah menjadi hopeful, bahkan hidupnya pun menjadi berkat bagi kaum keluarga dan bangsanya. "diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak. Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya. Raja menyuruh melepaskannya, penguasa bangsa-bangsa membebaskannya. Dijadikannya dia tuan atas istananya, dan kuasa atas segala harta kepunyaannya," (Mazmur 105:17-21).
Kunci agar tetap kuat di tengah penderitaan yang berat adalah jangan tawar hati, "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu." (Amsal 24:10), tetap menjaga ucapan dengan selalu memerkatakan firman Tuhan, "demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11), dan arahkan pandangan hanya kepada Tuhan Yesus sumber pertolongan, bukan kepada yang lain.
Sekalipun keadaan sepertinya belum juga berubah, seperti berada di lembah-lembah kekelaman atau padang gurun, itu bukanlah akhir perjalanan hidup kita sebab kita masih punya pengharapan di dalam Tuhan, dan pengharapan di dalam Dia tidak pernah mengecewakan, Tuhan pasti sanggup mengubah keadaan dari yang tak mungkin menjadi mungkin, asalkan kita tetap hidup seturut kehendak-Nya.
"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," Efesus 3:20
Subscribe to:
Posts (Atom)