Friday, July 15, 2016

RUMAH TUHAN BUKAN SARANG PENYAMUN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juli 2016 

Baca:  Matius 21:12-17

"Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah."  Matius 21:12a

Dari pembacaan ayat nas di atas kita mendapati adanya tindakan tegas yang dilakukan Tuhan Yesus terhadap orang-orang yang telah menyalahgunakan Bait Allah.  Semua orang tahu bahwa Bait Allah hanya digunakan untuk beribadah, bukan untuk hal-hal yang lain, sebab rumah Tuhan adalah kudus.

     Tuhan Yesus marah bukan karena benci terhadap orang-orang itu, tetapi Ia hendak menegaskan bahwa bait Allah adalah rumah doa, tempat di mana jemaat dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan dalam pengabdian, doa dan penyembahan, tetapi kini sebagai sarang penyamun.  Mengapa orang-orang menyalahgunakan bait Allah ini?  Karena mereka mendapatkan keuntungan dari apa yang dilakukan, apalagi para imam yang adalah orang-orang pilihan Tuhan yang bertugas melayani di bait-Nya yang kudus juga telah memberikan  'lampu hijau'  untuk kegiatan ini, sebab mereka pun mendapatkan fee.  Menariknya, kisah Tuhan Yesus menyucikan bait Allah ini ditulis dalam keempat Injil.

     Sungguh benar apa yang dikatakan oleh rasul Paulus bahwa  "...akar segala kejahatan ialah cinta uang."  (1 Timotius 6:10a).  Uang telah mengubah segalanya!  Karena uang mereka berani melakukan tindakan kompromi dan tidak lagi menghormati kekudusan Tuhan.  Sesungguhnya uang adalah hamba yang baik bagi kita, namun jika uang telah menjadi  'tuan'  atas hidup seseorang maka ia akan menjadi tuan yang jahat.  Hanya karena uang mental seseorang yang dulunya baik bisa menjadi rusak;  pelayanan yang semula didasari oleh motivasi yang murni kini mulai memertimbangkan untung-rugi, karena segala sesuatu diukur dengan uang.  Sedihnya kisah ini tidak hanya terjadi di zaman Tuhan Yesus, tetapi di zaman sekarang pun juga masih berlangsung dan semakin marak.  Jika kita tidak berhati-hati kita bisa terjebak dengan perilaku yang demikian yaitu melayani Tuhan dengan motivasi yang tidak benar, di mana orientasi pelayanan bukan murni untuk melayani Tuhan dan mengasihi jiwa-jiwa, tetapi semata-mata demi mendapatkan keuntungan secara finansial semata, ladang pelayanan dijadikan sebagai ladang untuk berbisnis.

"Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."  Matius 6:24

Thursday, July 14, 2016

SEMAKIN MAJU DI DALAM TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Juli 2016 

Baca:  1 Timotius 4:1-16

"Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang."  1 Timotius 4:15

Kalau pemahaman kita tentang kekristenan tak lebih dari sekedar agama yang dipenuhi daftar larangan dan perintah atau berisikan hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh, sampai kapan pun kerohanian kita tidak akan mengalami kemajuan, sebaliknya cepat atau lambat kerohanian kita akan mati sebab pemahaman seperti itu ibadahnya hanya bersifat agamawi dan penuh dengan aturan dan aktivitas, bukan didasari oleh kasih kepada Tuhan.  "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."  (Matius 15:8-9).

     Supaya kerohanian kita mengalami kemajuan kuncinya adalah memiliki roh yang menyala-nyala sebagaimana yang dinasihatkan oleh Rasul Paulus,  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  (Roma 12:11).  Ketika orang Kristen memiliki roh yang menyala-nyala ia akan mampu mengalahkan segala bentuk kemalasan, yang pada akhirnya akan mendorongnya melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh tanpa disertai omelan atau persungutan.  Inilah yang disebut penyangkalan diri yaitu menyalibkan segala kenyamanan!

     Karena memiliki roh yang menyala-nyala orang punya rasa haus dan lapar akan perkara-perkara rohani, kerinduannya untuk bersekutu dengan Tuhan dan menikmati hadirat-Nya begitu besar.  "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?"  (Mazmur 42:2-3).  Ia tidak akan pernah merasa bosan dan jenuh untuk membaca, mendengarkan dan merenungkan firman Tuhan,  "...Taurat-Mu menjadi kesukaanku."  (Mazmur 119:174).  Orang yang memiliki roh yang menyala-nyala tak akan mampu menahan bibirnya untuk bersaksi tentang Kristus dan memberitakan kabar sukacita  (Injil)  kepada semua orang yang ditemuinya, kapan pun dan di mana pun.

Perubahan hidup adalah wujud nyata dari tiap orang yang mengalami kemajuan rohani!