Friday, July 1, 2016

MANUSIA MEMBUTUHKAN KASIH TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Juli 2016 

Baca:  1 Korintus 13:1-13

"...tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna."  1 Korintus 13:2

Kasih adalah karakter utama yang harus dimiliki setiap orang percaya.  Mengapa?  "...sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.  Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."  (1 Yohanes 4:7-8).  Rasul Paulus menyatakan bahwa kasih lebih besar dari iman dan pengharapan, lebih mulia dari segala karunia Roh Kudus, sebab kasih tidak berkesudahan, kekal selama-lamanya.  Dalam bahasa Gerika terdapat tiga macam kasih:  eros  (kasih yang didasari hawa nafsu), fileo (kasih manusia secara alamiah), agape  (kasih yang berdasarkan anugerah Tuhan semata).

     Dalam kehidupan sehari-hari kasih manusia umumnya didasari kepentingan tertentu.  Kalau ada  'udang di balik batu', ada keperluan, ada keuntungan, ada motivasi tertentu barulah ada kasih.  Kalau tidak ada kepentingan, kasih pun tidak ada.  "Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian."  (Lukas 6:32-33).  Kasih demikian berakar pada egoisme dan bergantung kepada situasi atau keadaan.  Sekarang ini sulit rasanya menemukan kasih yang benar-benar tulus dan murni, sebab kasih kebanyakan orang sudah menjadi dingin, sehingga orang tidak lagi peduli dengan sesamanya karena semua hanya berpusat pada diri sendiri.  Sesungguhnya dari lubuk hati yang terdalam semua manusia membutuhkan kasih, tetapi bukan kasih eros atau fileo yang berasal dari manusia berdosa.

     Yang dibutuhkan adalah kasih agape yaitu kasih Tuhan yang sempurna, kasih yang tidak berdasarkan kepada kepentingan sendiri, tidak tergantung pada situasi atau keadaan yang berubah-ubah.  Kasih Tuhan inilah yang tidak membedakan rupa, status atau warna kulit.  Untuk itulah Yesus rela datang ke dunia dan mati di kayu salib supaya kasih Allah dapat dinyatakan kepada kita dan dicurahkan ke dalam hati kita  (Baca  Roma 5:5). 

Kasih yang sejati hanya dapat ditemukan dalam pribadi Tuhan Yesus.

Thursday, June 30, 2016

KRISTEN SEBAGAI IDENTITAS DIRI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juni 2016 

Baca:  Kisah Para Rasul 11:19-30

"Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen."  Kisah 11:26b

Kata Kristen yang dalam bahasa Yunani christianos hanya ditulis tiga kali dalam Perjanjian Baru  (Kisah 11:26, Kisah 26:28, dan 1 Petrus 4:16).  Kata Kristen ini pada mulanya adalah sebutan khusus dan spesial bagi pengikut Kristus, yang telah menunjukkan kualitas hidup seperti Kristus.  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6). 

     Sekarang ini kekristenan telah kehilangan makna sesungguhnya.  Banyak orang dengan mudah menyimpulkan bahwa jika orang tampak aktif keluar masuk gereja, mengenakan kalung salib, memasang stiker kutipan ayat Alkitab di kaca mobil, atau memasang gambar Tuhan Yesus di ruang tamu, adalah orang Kristen sejati.  Identitas diri Kristen sejati harus dibuktikan melalui perbuatan hidup sehari-hari yang meneladani Kristus, yang membawa kita mendapatkan pengakuan, baik itu dari manusia, terlebih lagi pengakuan dari Tuhan, sehingga kita layak disebut saksi Kristus dan dipercaya untuk melakukan perkara-perkara besar.  Jadi Kristen itu bukan sekedar label atau atribut, tetapi identitas yang melekat dan menjadi daging  (perbuatan).

     Inilah identitas Kristen sejati:  1.  Terlibat dalam pemberitaan Injil.  "...ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan."  (Kisah 11:20).  Memberitakan Injil atau bersaksi tentang Kristus adalah amanat agung Tuhan bagi setiap orang percaya.  Memberitakan Injil tidak harus berada di atas mimbar, tetapi dapat dilakukan di mana pun dan kapan pun.  Cara paling efektif memberitakan Injil adalah melalui teladan hidup kita.  2.  Memiliki kesetiaan.  "Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan,"  (Kisah 11:23).  Alkitab menyatakan banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih  (baca  Matius 22:14), dan dari sedikit yang dipilih itu lebih sedikit lagi yang setia.  Sudahkah kita menjadi orang-orang Kristen yang setia?  Ada upah besar Tuhan sediakan bagi orang yang setia sampai akhir  (baca  Wahyu 2:10b).

Kristen sejati adalah seorang yang setia mengikut Tuhan Yesus di segala keadaan dan memiliki roh yang menyala-nyala untuk memberitakan Injil.