Thursday, June 9, 2016

JEMAAT SMIRNA: Miskin Tapi Kaya

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juni 2016 

Baca:  Wahyu 2:8-11

"Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan."  Wahyu 2:10b

Kota Smirna, dekat Turki, di utara kota Efesus, adalah kota yang indah, kota perdagangan yang sangat kaya dan maju di zamannya.  Di kota itu banyak dibangun kul-kuil megah untuk penyembahan kepada sang kaisar.  Kuil-kuil tersebut adalah lambang kemajuan dan perkembangan kota Smirna yang juga merupakan kota pelabuhan yang sangat strategis.  Sebagai kota perdagangan yang maju Smirna sangat terkenal sebagai pengekspor minyak wangi.  Nama Smirna berasal dari kata mur yaitu bahan pembuat minyak wangi, sedangkan kata mur sendiri berarti pahit rasanya.  Ini sangat cocok dengan keadaan jemaat Smirna yang kala itu mengalami hal-hal pahit karena penderitaan yang dialami, suatu kondisi yang berbanding terbalik dengan keadaan kota yang kaya dan berkelimpahan.  Keadaan jemaat Smirna sangat memrihatinkan karena mereka hidup dalam kekurangan;  bukan karena mereka malas bekerja, tetapi karena mendapat tekanan dari pemerintah setempat sebab mereka tidak mau menyembah kaisar.

     Meski berada dalam situasi yang sangat sulit karena kehilangan akses ekonomi, mereka tetap setia kepada Tuhan, kasihnya tidak berubah sedikit pun.  Tuhan berkata,  "Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu-namun engkau kaya"  (ayat 9).  Kemiskinan dalam bahasa Yunani ptocheia  (tidak memiliki apa pun).  Secara materi mereka melarat namun kaya dalam iman!  Kondisi ini jauh berbeda dari jemaat Laodikia yang secara materi kaya namun secara rohani melarat, malang dan miskin  (baca  Wahyu 3:17).  Sesungguhnya Tuhan tidak menghendaki umat-Nya hidup dalam kemiskinan karena rancangan-Nya adalah kehidupan yang berkelimpahan, namun jika Tuhan ijinkan penderitaan itu terjadi berarti ada maksud dan rencana yang indah di balik semuanya itu!

     Baik dalam kelimpahan atau kekurangan, kaya atau miskin, biarlah kita tetap setia mengikut Tuhan sampai akhir.  Jemaat Smirna menderita karena tidak kompromi dengan dosa, tidak mau menyembah berhala.  Secara fisik miskin, tetapi mereka kaya rohani, kaya di mata Tuhan, suatu kekayaan yang bersifat kekal, di mana  "...ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya."  (Matius 6:20).

Kekayaan dunia hanya sementara, tapi kekayaan rohani itu kekal!

Wednesday, June 8, 2016

JEMAAT EFESUS: Kehilangan Kasih Mula-Mula (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juni 2016 

Baca:  Wahyu 2:1-7

"Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula."  Wahyu 2:4

Segala sesuatu yang dikerjakan tanpa kasih, terlebih-lebih dalam hal ibadah dan pelayanan, tidak akan mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan!  Rasul Paulus menyatakan bahwa sehebat-hebatnya orang, jika ia tidak memiliki kasih, keberadaannya sama seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemercing, sama sekali tidak berguna atau tidak ada faedahnya  (baca  1 Korintus 13:1-3).  Karena itu kasih harus mendasari seluruh aspek kehidupan orang percaya!  Melihat kenyataan bahwa kasih yang mula-mula telah hilang dari jemaat Efesus Tuhan Yesus memperingatkan,  "Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat."  (Wahyu 2:5).

     Perhatikan 3 perkara ini:  mengingat, bertobat dan melakukan seperti semula.  Jemaat Efesus tidak sadar bahwa walaupun tampak giat melayani pekerjaan Tuhan sesungguhnya mereka telah jauh dari hadirat-Nya.  Tuhan memeringatkan agar segera bertobat!  Pertobatan yang dimaksudkan bukan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, karena mereka sudah lama menjadi orang percaya, melainkan suatu tindakan meninggalkan kehidupan lama yang tidak berkenan kepada Tuhan, dan segera melakukan apa yang dilakukan semula yaitu melakukan segala sesuatu dengan kasih.  Jika mereka tetap mengabaikan peringatan Tuhan ini ada konsekuensinya:  Tuhan akan mengambil kaki dian dari tempatnya.  Kaki dian adalah tempat bagi sumber terang dan terang itu adalah Tuhan sendiri:  "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."  (Yohanes 8:12).

     Kaki dian adalah lambang kehadiran Tuhan!  Bila kaki dian diambil, sebagai pertanda bahwa Tuhan tidak lagi hadir, maka keadaan gereja tidak akan jauh berbeda dengan bangunan lainnya, tidak mempunyai nilai apa-apa dan tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai terang di tengah kegelapan dunia ini.

"Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"  1 Korintas 10:12