Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juni 2016
Baca: Wahyu 2:1-7
"Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula." Wahyu 2:4
Segala sesuatu yang dikerjakan tanpa kasih, terlebih-lebih dalam hal ibadah dan pelayanan, tidak akan mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan! Rasul Paulus menyatakan bahwa sehebat-hebatnya orang, jika ia tidak memiliki kasih, keberadaannya sama seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemercing, sama sekali tidak berguna atau tidak ada faedahnya (baca 1 Korintus 13:1-3). Karena itu kasih harus mendasari seluruh aspek kehidupan orang percaya! Melihat kenyataan bahwa kasih yang mula-mula telah hilang dari jemaat Efesus Tuhan Yesus memperingatkan, "Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!
Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika
tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki
dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." (Wahyu 2:5).
Perhatikan 3 perkara ini: mengingat, bertobat dan melakukan seperti semula. Jemaat Efesus tidak sadar bahwa walaupun tampak giat melayani pekerjaan Tuhan sesungguhnya mereka telah jauh dari hadirat-Nya. Tuhan memeringatkan agar segera bertobat! Pertobatan yang dimaksudkan bukan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, karena mereka sudah lama menjadi orang percaya, melainkan suatu tindakan meninggalkan kehidupan lama yang tidak berkenan kepada Tuhan, dan segera melakukan apa yang dilakukan semula yaitu melakukan segala sesuatu dengan kasih. Jika mereka tetap mengabaikan peringatan Tuhan ini ada konsekuensinya: Tuhan akan mengambil kaki dian dari tempatnya. Kaki dian adalah tempat bagi sumber terang dan terang itu adalah Tuhan sendiri: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak
akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang
hidup." (Yohanes 8:12).
Kaki dian adalah lambang kehadiran Tuhan! Bila kaki dian diambil, sebagai pertanda bahwa Tuhan tidak lagi hadir, maka keadaan gereja tidak akan jauh berbeda dengan bangunan lainnya, tidak mempunyai nilai apa-apa dan tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai terang di tengah kegelapan dunia ini.
"Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" 1 Korintas 10:12
Wednesday, June 8, 2016
Tuesday, June 7, 2016
JEMAAT EFESUS: Kehilangan Kasih Mula-Mula (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juni 2016
Baca: Wahyu 2:1-7
"Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu." Wahyu 2:2a
Jemaat di Efesus merupakan jemaat terbesar di antara ketujuh jemaat di Asia kecil. Kota Efesus (di Yunani) adalah pusat perkembangan politik dan juga kota perdagangan yang maju; di sana pula terdapat tempat peyembahan berhala dan banyak sekali kuil dibangun. Perlu diketahui, rasul Paulus pernah tinggal di kota itu dalam kurun waktu yang cukup lama, sekitar 3 tahun (baca Kisah 20:31). Tuhan memberikan acungan jempol atau pujian kepada jemaat Efesus oleh karena kesungguhan mereka dalam beribadah dan melayani pekerjaan-Nya. Pernyataan 'Aku tahu segala pekerjaanmu' menunjukkan bahwa Tuhan tahu apa pun yang umat-Nya kerjakan (ibadah dan pelayanan), sebab Dia mahatahu. Tak seorang pun manusia dapat bersandiwara atau mengelabui Tuhan, sebab "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Kalau Tuhan memuji kinerja suatu jemaat berarti mereka benar-benar layak mendapatkan pujian, sebab pujian tersebut bukan keluar dari mulut manusia yang basa-basi atau tendensius, tetapi Tuhan sendiri yang mengatakannya.
Luar biasa! Tidak pernah sia-sia kita berjerih lelah beribadah dan melayani Tuhan sebab semua diperhitungkan-Nya. Yang harus diperhatikan adalah motivasi atau sikap hati kita melakukannya, "...sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." (1 Tawarikh 28:9). Ungkapan 'jerih payah' menunjuk kepada suatu pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, sampai berkeringat dan penuh pengorbanan. Artinya jemaat Efesus adalah jemaat yang tidak suka bermalas-malasan, tidak kenal lelah, bersemangat, tidak hitung-hitungan dan penuh totalitas dalam melayani pekerjaan Tuhan. Mereka juga sangat kokoh memegang ajaran firman Tuhan, terlihat dari sikap yang tidak mau berkompromi dengan ajaran yang menyimpang.
Meski demikian, mengapa Tuhan masih menegur jemaat ini? Karena tanpa disadari mereka telah terjebak kepada pelayanan yang bersifat legalistik atau agamawi. Ibadah dan pelayanan yang selama ini mereka lakukan tak lebih dari sekedar rutinitas yang terjadwal, tanpa didasari kasih atau telah kehilangan kasih mula-mula! (Bersambung)
Baca: Wahyu 2:1-7
"Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu." Wahyu 2:2a
Jemaat di Efesus merupakan jemaat terbesar di antara ketujuh jemaat di Asia kecil. Kota Efesus (di Yunani) adalah pusat perkembangan politik dan juga kota perdagangan yang maju; di sana pula terdapat tempat peyembahan berhala dan banyak sekali kuil dibangun. Perlu diketahui, rasul Paulus pernah tinggal di kota itu dalam kurun waktu yang cukup lama, sekitar 3 tahun (baca Kisah 20:31). Tuhan memberikan acungan jempol atau pujian kepada jemaat Efesus oleh karena kesungguhan mereka dalam beribadah dan melayani pekerjaan-Nya. Pernyataan 'Aku tahu segala pekerjaanmu' menunjukkan bahwa Tuhan tahu apa pun yang umat-Nya kerjakan (ibadah dan pelayanan), sebab Dia mahatahu. Tak seorang pun manusia dapat bersandiwara atau mengelabui Tuhan, sebab "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Kalau Tuhan memuji kinerja suatu jemaat berarti mereka benar-benar layak mendapatkan pujian, sebab pujian tersebut bukan keluar dari mulut manusia yang basa-basi atau tendensius, tetapi Tuhan sendiri yang mengatakannya.
Luar biasa! Tidak pernah sia-sia kita berjerih lelah beribadah dan melayani Tuhan sebab semua diperhitungkan-Nya. Yang harus diperhatikan adalah motivasi atau sikap hati kita melakukannya, "...sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." (1 Tawarikh 28:9). Ungkapan 'jerih payah' menunjuk kepada suatu pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, sampai berkeringat dan penuh pengorbanan. Artinya jemaat Efesus adalah jemaat yang tidak suka bermalas-malasan, tidak kenal lelah, bersemangat, tidak hitung-hitungan dan penuh totalitas dalam melayani pekerjaan Tuhan. Mereka juga sangat kokoh memegang ajaran firman Tuhan, terlihat dari sikap yang tidak mau berkompromi dengan ajaran yang menyimpang.
Meski demikian, mengapa Tuhan masih menegur jemaat ini? Karena tanpa disadari mereka telah terjebak kepada pelayanan yang bersifat legalistik atau agamawi. Ibadah dan pelayanan yang selama ini mereka lakukan tak lebih dari sekedar rutinitas yang terjadwal, tanpa didasari kasih atau telah kehilangan kasih mula-mula! (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)