Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juni 2016
Baca: 1 Samuel 16:1-13
"Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." 1 Samuel 16:7b
Daud adalah tokoh yang tidak asing dalam iman kristiani. Nama Daud dalam bahasa Ibrani artinya dikasihi. Alkitab menggambarkan Daud muda seperti ini: "...kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok." (1 Samuel 16:12).
Aktivitas keseharian Daud banyak dihabiskan di padang rumput menggembalakan domba. Ia adalah anak bungsu dari delapan bersaudara di keluarga Isai. Meski masih muda Daud adalah anak pemberani, yang dibuktikan ketika ia melindungi kambing dombanya dari serangan binatang-binatang buas. "Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari
mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap
janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini." (1 Samuel 17:34b-36a). Selain itu Daud juga memiliki talenta yang luar biasa dalam hal bermain kecapi. Setiap kali ia memainkannya urapan Tuhan turun ke atasnya sehingga raja Saul pun kagum dibuatnya.
Meski memiliki banyak kelebihan Daud tetaplah orang yang rendah hati dan senantiasa takut akan Tuhan. Apakah Daud kemudian menjadi anak kebanggaan bagi keluarganya? Ternyata tidak sama sekali. Keberadaan Daud justru diabaikan dan dipandang sebelah mata oleh saudara-saudaranya, termasuk oleh orangtuanya sendiri. Penolakan itu terungkap jelas dari mazmur yang ditulisnya: "Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku." (Mazmur 27:10). Alkitab juga mencatat bagaimana Daud pernah diabaikan, dilupakan dan tidak dianggap oleh Isai (ayahnya) ketika Tuhan memerintahkan Samuel untuk mengurapi seorang raja baru sebagai pengganti Saul. Ketujuh saudara Daud telah terlebih dahulu menghadap Samuel, tetapi tak satu pun dari mereka yang dipilih oleh Tuhan meski secara kasat mata penampilan mereka sangat meyakinkan dan menimbulkan decak kagum, "Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: 'Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya.'" (1 Samuel 16:7).
Apa yang dipandang baik oleh manusia belum tentu baik di mata Tuhan!
Saturday, June 4, 2016
Friday, June 3, 2016
SEPERTI MUSUH DALAM SELIMUT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juni 2016
Baca: Mazmur 55:1-24
"Kalau musuhku yang mencela aku, aku masih dapat menanggungnya; kalau pembenciku yang membesarkan diri terhadap aku, aku masih dapat menyembunyikan diri terhadap dia." Mazmur 55:13
Mazmur 55 ini kemungkinan besar ditulis oleh Daud, setelah puteranya Absalom mengkhianatinya dengan berusaha merebut takhtanya (baca 2 Samuel 15). Jadi yang mengkhianati dan berbuat jahat kepada Daud bukanlah orang jauh, bukan musuh yang sesungguhnya, tetapi orang yang sangat dekat dengan dia dan yang dikasihinya. Betapa perih hati Daud! Pengkhianatan, gosip, fitnah, iri hati dan sebagainya seringkali datang bukan dari musuh jauh, tetapi datang dari orang-orang terdekat dengan kita, ibaratnya musuh dalam selimut! Ini adalah sebuah kenyataan dan Saudara pun mungkin pernah mengalami dan merasakan itu, "Tetapi engkau orang yang dekat dengan aku, temanku dan orang kepercayaanku: kami yang bersama-sama bergaul dengan baik, dan masuk rumah Allah di tengah-tengah keramaian." (Mazmur 55:14-15).
Pengalaman pahit seperti yang dialami Daud ini bisa saja terjadi di mana pun: di tempat kerja, di lingkungan sekitar rumah tinggal, di sekolah, atau bahkan di gereja tempat kita berjemaat. Di luar dugaan, orang-orang terdekat dapat menyakiti kita dengan segala perbuatan yang bersifat seperti musuh. Para hamba Tuhan atau pelayan Tuhan yang sepintas tampak sehati sepikir dalam melayani Tuhan ternyata juga saling menjatuhkan dan iri hati. Firman Tuhan memperingatkan, "Janganlah percaya kepada teman, janganlah mengandalkan diri kepada kawan!" (Mikha 7:5). Tuhan Yesus sendiri ketika ditangkap oleh musuh-musuh-Nya ditinggalkan oleh murid-murid-Nya yang telah bergaul karib dengan-Nya setiap hari, seperti tertulis: "Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri." (Matius 26:56b). Yudas Iskariot, salah seorang dari kedua belas murid-Nya, tega menjual Tuhan Yesus dengan tiga puluh uang perak.
Bila Saudara saat ini sedang ditinggalkan atau mungkin telah disakiti orang-orang terdekat, jangan pernah kecewa dan menyimpan sakit hati!
Tuhan berjanji, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Ibrani 13:5b
Baca: Mazmur 55:1-24
"Kalau musuhku yang mencela aku, aku masih dapat menanggungnya; kalau pembenciku yang membesarkan diri terhadap aku, aku masih dapat menyembunyikan diri terhadap dia." Mazmur 55:13
Mazmur 55 ini kemungkinan besar ditulis oleh Daud, setelah puteranya Absalom mengkhianatinya dengan berusaha merebut takhtanya (baca 2 Samuel 15). Jadi yang mengkhianati dan berbuat jahat kepada Daud bukanlah orang jauh, bukan musuh yang sesungguhnya, tetapi orang yang sangat dekat dengan dia dan yang dikasihinya. Betapa perih hati Daud! Pengkhianatan, gosip, fitnah, iri hati dan sebagainya seringkali datang bukan dari musuh jauh, tetapi datang dari orang-orang terdekat dengan kita, ibaratnya musuh dalam selimut! Ini adalah sebuah kenyataan dan Saudara pun mungkin pernah mengalami dan merasakan itu, "Tetapi engkau orang yang dekat dengan aku, temanku dan orang kepercayaanku: kami yang bersama-sama bergaul dengan baik, dan masuk rumah Allah di tengah-tengah keramaian." (Mazmur 55:14-15).
Pengalaman pahit seperti yang dialami Daud ini bisa saja terjadi di mana pun: di tempat kerja, di lingkungan sekitar rumah tinggal, di sekolah, atau bahkan di gereja tempat kita berjemaat. Di luar dugaan, orang-orang terdekat dapat menyakiti kita dengan segala perbuatan yang bersifat seperti musuh. Para hamba Tuhan atau pelayan Tuhan yang sepintas tampak sehati sepikir dalam melayani Tuhan ternyata juga saling menjatuhkan dan iri hati. Firman Tuhan memperingatkan, "Janganlah percaya kepada teman, janganlah mengandalkan diri kepada kawan!" (Mikha 7:5). Tuhan Yesus sendiri ketika ditangkap oleh musuh-musuh-Nya ditinggalkan oleh murid-murid-Nya yang telah bergaul karib dengan-Nya setiap hari, seperti tertulis: "Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri." (Matius 26:56b). Yudas Iskariot, salah seorang dari kedua belas murid-Nya, tega menjual Tuhan Yesus dengan tiga puluh uang perak.
Bila Saudara saat ini sedang ditinggalkan atau mungkin telah disakiti orang-orang terdekat, jangan pernah kecewa dan menyimpan sakit hati!
Tuhan berjanji, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Ibrani 13:5b
Subscribe to:
Posts (Atom)