Saturday, May 28, 2016

KEGAGALAN BANGSA ISRAEL: Peringatan Bagi Kita (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Mei 2016 

Baca:  1 Korintus 10:1-14

"Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba."  1 Korintus 10:11

Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan untuk menjadi ahli waris anugerah-Nya sehingga keberadaannya diharapkan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain, sebagaimana janji Tuhan kepada Abraham:  "...olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."  (Kejadian 12:3b).  Apa yang Tuhan janjikan terbukti ditepati-Nya, maka diberkatilah Ishak, Yakub  (yang disebut  'Israel')  dan ke-12 suku yang ada.  Tidak berhenti sampai di situ, Tuhan juga melepaskan mereka dari perbudakan di Mesir dan memimpin mereka menuju ke Tanah Perjanjian,  "...suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya,"  (Keluaran 3:8).

     Kendatipun demikian mereka tidak merespons anugerah Tuhan ini dengan sikap hati yang benar, terbukti mereka terus-menerus mengeluh, bersungut-sungut, menggerutu dan memberontak di sepanjang perjalanan menuju Tanah Perjanjian, sampai-sampai Tuhan menyebut mereka tegar tengkuk  (baca  Keluaran 32:9), padahal mereka telah mengecap berkat-berkat Tuhan yang luar biasa, namun gagal menyenangkan hati Tuhan.  Karena memberontak tersebut mereka harus melalui jalan berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun.  Bukan hanya itu, sebagian besar mengalami kebinasaan di padang gurun sebelum mencapai Tanah Perjanjian.  Kegagalan ini bukan disebabkan oleh Tuhan, melainkan mereka sendiri yang mengeraskan hati dan tidak mau taat kepada Tuhan walaupun selama 40 tahun telah melihat perbuatan-perbuatan Tuhan yang dahsyat.  Tuhan sudah menyatakan mujizat-Nya agar mereka mau dengar-dengaran, tetapi mereka memilih untuk tidak percaya dan tetap mengeraskan hati, artinya kehendak bebas dan pilihan hidup tiap-tiap individu memegang peranan penting:  taat dan tidak taat, dengar-dengaran atau mengeraskan hati.

     Ketidaktaatan yang menyebabkan sebagian besar bangsa Israel gagal mencapai Kanaan adalah sebuah pelajaran berharga dan peringatan bagi kita agar terhindar dari kegagalan;  semuanya bergantung pada keputusan dan pilihan hidup yang kita ambil.

Ketidaktaatan kepada Tuhan adalah penyebab utama kegagalan bangsa Israel!

Friday, May 27, 2016

TEGURAN YANG MENYELAMATKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Mei 2016 

Baca:  Yudas 1:17-23

"Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api."  Yudas 22:23a

Menegur orang lain yang telah berbuat dosa atau melakukan kesalahan adalah tanggung jawab kita sebagai orang percaya.  Apabila teguran tersebut membuat orang tersebut menyesali perbuatannya dan kemudian bertobat, itu sama artinya kita telah menyelamatkan mereka dengan jalan merampas mereka dari api sebagaimana yang disampaikan oleh Tuhan Yesus,  "Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali."  (Matius 18:15b).  Problemnya:  ada banyak orang Kristen yang bersikap cuek, masa bodoh dan berlagak pura-pura tidak tahu ketika melihat orang lain jatuh dalam dosa.  Mereka berkata dalam hati:  "Bukan urusan saya, resiko biar ditanggung sendiri."  Firman Tuhan menyatakan,  "...nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan "hari ini", supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa."  (Ibrani 3:13).

     Menegur orang yang berbuat dosa atau kesalahan membutuhkan kesabaran yang sangat ekstra dan kita pun harus peka terhadap situasi dan kondisinya, tidak boleh sembarangan.  Hal penting lain yang harus diperhatikan adalah sikap kita dalam menegur, berdoalah terlebih dahulu kepada Tuhan agar Ia memberikan hikmat bagaimana kita harus berkata-kata, sebab bila terlontar perkataan kasar, pedas dan menyakitkan, orang yang kita tegur bukannya akan menyadari kesalahannya dan kemudian bertobat, sebaliknya malah akan tersinggung, kecewa, sakit hati, dendam, kepahitan dan bisa-bisa ngambek, lalu meninggalkan Tuhan.

     Jika teguran dengan cara pertama yaitu di bawah empat mata ternyata mengalami kegagalan, cara lain yang bisa kita tempuh adalah:  "Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah..."  (Matius 18:16-17a).

"Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak."  Amsal 15:31