Sunday, May 15, 2016

HARI PENTAKOSTA: Roh Kudus Dicurahkan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Mei 2016 

Baca:  Kisah Para Rasul 2:1-13

"Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat."  Kisah 2:1

Hari Pentakosta adalah salah satu dari tiga hari raya penting orang Yahudi  (baca  Imamat 23:4-21).  Pentakosta adalah hari ke-50 dihitung dari permulaan hari raya Paskah, yang disebut pula hari genap 7 Minggu.  Hari raya ini disebut sebagai hari raya menuai, juga hari raya buah bungaran.  Bagi umat Yahudi hari Pentakosta adalah hari penuh sukacita, di mana mereka mensyukuri berkat tuaian gandum.  Mereka membawa roti yang pertama yang dibuat dari gandum hasil panen yang baru untuk dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban syukur.  Hari raya ini juga sebagai peringatan pembebasan mereka dari perbudakan di Mesir, dan pada perkembangannya juga untuk memeringati pemberian hukum Taurat di gunung Sinai.  Karena itu banyak orang hadir dan berkumpul di Yerusalem, bahkan orang-orang Yahudi di perantauan pun turut serta merayakan hari yang sangat bersejarah ini.

     Di hari Pentakosta ini, ketika murid-murid sedang berkumpul untuk berdoa dan berpuasa di tempat yang telah diberitahukan oleh Tuhan Yesus, janji Bapa digenapi yaitu Roh Kudus dicurahkan.  Tuhan Yesus berkata,  "...kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."  (Kisah 1:8).  Pencurahan Roh Kudus ini merupakan penggenapan dari nubuatan nabi Yoel yang menyatakan:  "Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu."  (Yoel 2:28-29);  dan juga merupakan penggenapan atas apa yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis mengenai Tuhan Yesus,  "Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api."  (Matius 3:11).

     Dalam peristiwa ini, Roh Kudus dicurahkan dengan memakai tanda yang kelihatan secara kasat mata dan terdengar oleh telinga yaitu tiupan angin yang keras dan lidah-lidah seperti nyala api.  (Bersambung)

Saturday, May 14, 2016

DAMPAK MELEPASKAN PENGAMPUNAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Mei 2016 

Baca:  Markus 11:20-26

"Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu."  Markus 11:26

Pernahkah Saudara mengalami sakit hati karena disakiti?  Entah disakiti oleh teman kerja, teman sekolah, teman sepelayanan, pacar atau mungkin disakiti oleh orang yang sangat kita kasihi:  suami atau isteri.  Bagaimana rasanya?  Sakitnya tuh disini  (dengan menepuk dada).  Kalau tubuh jasmani yang sakit kita masih bisa memeriksakan diri ke dokter, beli obat di apotek atau menjalani rawat inap di rumah sakit.  Tetapi kalau hati kita yang sakit, siapa yang bisa menyembuhkan?  Dan kita semakin dibuat terkejut dengan perintah Tuhan Yesus ini:  "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."  (Matius 5:44), bahkan kita diperintahkan untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita,  "...sampai tujuh puluh kali tujuh kali."  (Matius 18:22).  Apa nggak salah?  Kita yang telah disakiti dan dilukai justru diperintahkan untuk mengasihi dan mengampuni mereka?

     Banyak orang beranggapan bahwa mengasihi dan mengampuni kesalahan orang lain adalah sebuah pilihan:  kita bisa memilih untuk mengasihi dan mengampuni, atau tidak mengasihi dan tidak mengampuni.  Tidak sedikit pula yang menganggap sepele arti sebuah pengampunan, padahal mengampuni adalah perintah Tuhan yang tidak boleh dilanggar.  Sebagai orang percaya, mengampuni kesalahan orang lain seharusnya menjadi hal yang mudah untuk dilakukan.  Mengapa?  Karena kita sudah menerima pengampunan dari Tuhan lebih dahulu.  Mengampuni berarti membebaskan, tidak lagi menuntut balas, menghapuskan, dan tidak mengingat-ingat lagi kesalahan  (baca  Matius 18:24-27);  mengampuni berarti pula membuang jauh-jauh, tidak menyimpan kesalahan orang lain.   "sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita."  (Mazmur 103:12).  Berkat terbesar ketika kita mau mengampuni orang lain adalah Tuhan akan mengampuni dosa kita  (baca  Matius 6:14), namun jika kita tidak mau mengampuni, Tuhan pun tidak akan mengampuni kita  (baca  Matius 6:15).

     Adapun dampak lain pengampunan ialah mendatangkan kuasa kesembuhan  (baca  Yakobus 5:16), doa-doanya akan didengar dan dijawab oleh Tuhan  (baca  Markus 11:24-25), serta korban persembahan kita akan diterima oleh Tuhan  (baca  Matius 5:23-24).

Jangan tunda-tunda waktu untuk melepaskan pengampunan bagi orang lain!