Wednesday, May 11, 2016

GENERASI YANG TAKUT AKAN TUHAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Mei 2016 

Baca:  Ulangan 11:8-32

"Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun;"  Ulangan 11:19

Sering dijumpai orangtua memanjakan anak dengan materi yang berlimpah, karena mereka beranggapan bahwa dengan fasilitas-fasilitas yang disediakan secara berlebih anak akan merasa bahagia dan nyaman.  Di satu sisi orangtua begitu sibuk dengan bisnis dan pekerjaan, sampai-sampai mereka tidak punya waktu untuk anak-anaknya.  Anak pun menjadi kecewa, marah dan frustasi karena merasa kurang diperhatikan, sehingga mereka berusaha mencari kesenangan dan perhatian di luar rumah;  akhirnya mereka terjebak dalam pergaulan yang salah.  Rasul Paulus memeringatkan,  "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  Di sisi lain ada orangtua yang bersikap terlalu lunak, diam saja dan enggan menegur meski tahu bahwa anak-anaknya telah melakukan kesalahan atau perbuatan yang bertentangan dengan firman Tuhan, padahal  "...teguran yang mendidik itu jalan kehidupan,"  (Amsal 6:23).

     Kehidupan keluarga imam Eli menjadi sebuah pelajaran berharga.  Imam Eli tidak secara konsisten menegur dan memeringatkan anak-anaknya  (Hofni dan Pinehas), walaupun jelas-jelas mereka telah berlaku dursila dan tidak mengindahkan Tuhan.  "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya."  (Amsal 13:24), sebab  "Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan..."  (Amsal 29:15).  Akibatnya fatal  (baca  1 Samuel 2:27-36).

     Kasih dan teguran haruslah berjalan seimbang.  Mendidik dan mengajarkan firman Tuhan kepada anak harus dilakukan sejak dini.  Ini adalah langkah yang tepat untuk mempersiapkan generasi yang takut akan Tuhan.  Orangtua juga harus menjadikan rumahnya sebagai tempat pendidikan rohani dan mezbah doa, tempat bagi anggota keluarga bersekutu, berdoa, memuji dan menyembah Tuhan, memraktekkan ajaran firman Tuhan.  Melalui keteladanan hidup orangtua, anak-anak akan mengikuti jejaknya.

Pendidikan rohani yang dimulai dari gereja inti  (keluarga)  anak membentuk anak-anak menjadi generasi-generasi masa depan yang menggenapkan rencana Tuhan.

Tuesday, May 10, 2016

GENERASI YANG TAKUT AKAN TUHAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Mei 2016 

Baca:  Ulangan 6:1-25

"haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun."  Ulangan 6:7

Alkitab menyatakan bahwa kita ini diciptakan Tuhan dengan tujuan untuk kemuliaan nama-Nya:  "semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!"  (Yesaya 43:7).

     Rasul Paulus menegaskan hal itu kepada jemaat di Efesus,  "...kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."  (Efesus 2:10).  Kehendak Tuhan untuk hidup bagi kemuliaan-Nya ini tidak hanya berlaku bagi satu generasi saja, tetapi dari generasi ke generasi;  sedangkan tanggung jawab mempersiapkan generasi ada di pundak orangtua.  Karena itulah Musa memperingatkan para orangtua untuk tidak lalai mendidik anak-anaknya, sebab jika lalai melakukan tanggung jawab ini akan berakibat sangat fatal bagi generasi mendatang.

     Ada tertulis:  "Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka."  (Amsal 17:6).  Tuhan mengaruniakan anak-anak ke dalam sebuah keluarga untuk diperhatikan, dirawat, dibesarkan dan dididik.  Orangtua bertanggung jawab penuh terhadap anak-anaknya secara jasmani dan rohani.  Ada banyak orangtua yang hanya concern terhadap kebutuhan jasmani anak-anak, dan cenderung mengutamakan pengetahuan umum dan prestasi akademik saja, namun kurang memerhatikan kebutuhan rohaninya.  Kebutuhan rohani yang dimaksudkan adalah menanamkan prinsip-prinsip Alkitabiah, mengajarkan firman Tuhan, serta memberikan teladan hdiup bagaimana memiliki hati yang takut akan Tuhan.  Dalam hal ini orangtua harus mampu menjalankan perannya sebagai pembimbing rohani bagi anak-anaknya.

     Musa memperingatkan para orangtua agar bersungguh-sungguh memersiapkan generasi yang kudus, takut akan Tuhan, dan generasi yang memiliki hati untuk melayani Tuhan, dengan cara mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anaknya;  bukan hanya sekali atau dua kali, tetapi berulang-ulang, kapan pun dan di mana pun berada.  Artinya di setiap kesempatan, bersifat terus-menerus, dan konsisten.  (Bersambung)