Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 April 2016
Baca: Lukas 6:27-36
"Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu." Lukas 6:27-28
Secara nalar, apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus yaitu mengasihi musuh, mendoakan mereka dan berbuat baik kepada orang yang membenci adalah sungguh tidak masuk akal. Tetapi karena ini perintah Tuhan, mau tidak mau, suka tidak suka, sebagai pengikut-Nya kita harus taat melakukan apa yang diperintahkan.
Hal senada juga disampaikan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Roma yaitu agar mereka hidup dalam kasih, dan "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (Roma 12:18). Kata perdamaian yang dimaksudkan dalam hal ini bukan menunjuk kepada situasi yang tenang, aman, tidak ada konflik atau perang, tetapi mengacu kepada suasana hati yang harus diupayakan untuk tetap menjadi tenteram dan damai, sekalipun berada di antara musuh atau orang-orang yang berlaku jahat dan membenci kita sekalipun. Mampukah kita? Ketahuilah, bila Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi musuh dan selalu hidup dalam perdamaian, pastilah Tuhan mengetahui bahwa kita sanggup melaksanakan perintah-Nya. Kasih berasal dari Tuhan yang adalah kasih, maka kekuatan dan kemampuan untuk mengasihi pun datang dari-Nya, bagian kita adalah mengobarkan dan mengalirkan kasih Tuhan itu kepada orang lain, termasuk kepada musuh sekali pun. Masalahnya bukan mampu atau tidak tidak, tetapi mau atau tidak kita mengasihi musuh dan hidup dalam perdamaian dengan semua orang.
Yusuf, walaupun memiliki kesempatan untuk membalas kejahatan dari saudara-saudaranya, tetapi ia memilih untuk mengasihi, mengampuni dan membalasnya dengan kebaikan. Daud, meskipun beroleh kesempatan untuk membalaskan dendamnya kepada Saul yang jahat, yang selalu berusaha untuk menyingkirkan dan membunuhnya, tapi ia memilih untuk tidak melakukan tindakan balas dendam, bukan karena takut kepada Saul, tetapi ia lebih takut terhadap Tuhan. Bahkan Daud bisa berkata, "...aku tidak mau menjamah orang yang diurapi TUHAN." (1 Samuel 26:23).
Kekristenan seseorang akan teruji kualitasnya ketika ia mampu mengasihi dan mengampuni musuh seperti Tuhan Yesus!
Thursday, April 28, 2016
Wednesday, April 27, 2016
TELADAN TUHAN YESUS: Mengasihi Musuh (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 April 2016
Baca: 1 Petrus 2:18-25
"Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil." 1 Petrus 2:23
Hidup orang percaya adalah suatu proses pembelajaran untuk menjadi serupa dengan Kristus. Salah satu sikap Tuhan Yesus yang harus diteladani oleh pengikut-Nya adalah sikap-Nya dalam memperlakukan musuh atau orang yang berbuat jahat kepada-Nya. Kejahatan dan orang-orang yang berbuat jahat akan selalu ada di tengah-tengah dunia ini, karena dunia sedang dikuasai oleh Iblis yang adalah biang dan pemrakarsa kejahatan. Di hari-hari mendekati kedatangan Tuhan kali yang kedua Alkitab menyatakan bahwa kejahatan semakin meningkat di mana-mana. "...banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci....makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:10, 12).
Pola hidup dunia mengajarkan jika kita disakiti oleh orang lain kita harus membalasnya dengan menyakiti; jika orang lain berbuat jahat kepada kita, kita harus membalasnya dengan kejahatan, dan pembalasan lebih kejam dari perbuatan; jika kita dimusuhi oleh orang lain kita harus menjadikan mereka sebagai musuh. Menurut kamus, musuh berarti lawan tanding, berseberangan posisi atau oposisi. Sampai kapan pun selagi hidup di dunia ini setiap kita pasti berhadapan dengan orang-orang yang akan menjadi oposisi. Terlebih keberadaan orang percaya di tengah-tengah dunia ini seringkali dibenci, dimusuhi, dijahati dan diperlakukan tidak adil.
Jangan pernah bertanya mengapa dunia selalu memusuhi dan membenci para pengikut Kristus! Hal yang perlu kita pertanyakan adalah bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap orang-orang itu. Apa yang diajarkan oleh dunia ini sangat bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Dia justru mengajarkan kita untuk mengasihi musuh dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak sekedar berteori, tetapi Ia adalah suri tauladan dalam prinsip ini. Ketika di caci maki, didera, diolok dan disiksa, Tuhan Yesus justru berdoa dan mengampuni musuh-musuh-Nya walaupun Ia mempunyai kuasa dan hak untuk melakukan pembalasan! Karena itu setiap orang percaya wajib meneladani Dia. (Bersambung)
Baca: 1 Petrus 2:18-25
"Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil." 1 Petrus 2:23
Hidup orang percaya adalah suatu proses pembelajaran untuk menjadi serupa dengan Kristus. Salah satu sikap Tuhan Yesus yang harus diteladani oleh pengikut-Nya adalah sikap-Nya dalam memperlakukan musuh atau orang yang berbuat jahat kepada-Nya. Kejahatan dan orang-orang yang berbuat jahat akan selalu ada di tengah-tengah dunia ini, karena dunia sedang dikuasai oleh Iblis yang adalah biang dan pemrakarsa kejahatan. Di hari-hari mendekati kedatangan Tuhan kali yang kedua Alkitab menyatakan bahwa kejahatan semakin meningkat di mana-mana. "...banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci....makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:10, 12).
Pola hidup dunia mengajarkan jika kita disakiti oleh orang lain kita harus membalasnya dengan menyakiti; jika orang lain berbuat jahat kepada kita, kita harus membalasnya dengan kejahatan, dan pembalasan lebih kejam dari perbuatan; jika kita dimusuhi oleh orang lain kita harus menjadikan mereka sebagai musuh. Menurut kamus, musuh berarti lawan tanding, berseberangan posisi atau oposisi. Sampai kapan pun selagi hidup di dunia ini setiap kita pasti berhadapan dengan orang-orang yang akan menjadi oposisi. Terlebih keberadaan orang percaya di tengah-tengah dunia ini seringkali dibenci, dimusuhi, dijahati dan diperlakukan tidak adil.
Jangan pernah bertanya mengapa dunia selalu memusuhi dan membenci para pengikut Kristus! Hal yang perlu kita pertanyakan adalah bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap orang-orang itu. Apa yang diajarkan oleh dunia ini sangat bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Dia justru mengajarkan kita untuk mengasihi musuh dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak sekedar berteori, tetapi Ia adalah suri tauladan dalam prinsip ini. Ketika di caci maki, didera, diolok dan disiksa, Tuhan Yesus justru berdoa dan mengampuni musuh-musuh-Nya walaupun Ia mempunyai kuasa dan hak untuk melakukan pembalasan! Karena itu setiap orang percaya wajib meneladani Dia. (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)