Wednesday, April 27, 2016

TELADAN TUHAN YESUS: Mengasihi Musuh (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 April 2016 

Baca:  1 Petrus 2:18-25

"Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil."  1 Petrus 2:23

Hidup orang percaya adalah suatu proses pembelajaran untuk menjadi serupa dengan Kristus.  Salah satu sikap Tuhan Yesus yang harus diteladani oleh pengikut-Nya adalah sikap-Nya dalam memperlakukan musuh atau orang yang berbuat jahat kepada-Nya.  Kejahatan dan orang-orang yang berbuat jahat akan selalu ada di tengah-tengah dunia ini, karena dunia sedang dikuasai oleh Iblis yang adalah biang dan pemrakarsa kejahatan.  Di hari-hari mendekati kedatangan Tuhan kali yang kedua Alkitab menyatakan bahwa kejahatan semakin meningkat di mana-mana.  "...banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci....makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin."  (Matius 24:10, 12).

     Pola hidup dunia mengajarkan jika kita disakiti oleh orang lain kita harus membalasnya dengan menyakiti;  jika orang lain berbuat jahat kepada kita, kita harus membalasnya dengan kejahatan, dan pembalasan lebih kejam dari perbuatan;  jika kita dimusuhi oleh orang lain kita harus menjadikan mereka sebagai musuh.  Menurut kamus, musuh berarti lawan tanding, berseberangan posisi atau oposisi.  Sampai kapan pun selagi hidup di dunia ini setiap kita pasti berhadapan dengan orang-orang yang akan menjadi oposisi.  Terlebih keberadaan orang percaya di tengah-tengah dunia ini seringkali dibenci, dimusuhi, dijahati dan diperlakukan tidak adil.

     Jangan pernah bertanya mengapa dunia selalu memusuhi dan membenci para pengikut Kristus!  Hal yang perlu kita pertanyakan adalah bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap orang-orang itu.  Apa yang diajarkan oleh dunia ini sangat bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.  Dia justru mengajarkan kita untuk mengasihi musuh dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.  Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak sekedar berteori, tetapi Ia adalah suri tauladan dalam prinsip ini.  Ketika di caci maki, didera, diolok dan disiksa, Tuhan Yesus justru berdoa dan mengampuni musuh-musuh-Nya walaupun Ia mempunyai kuasa dan hak untuk melakukan pembalasan!  Karena itu setiap orang percaya wajib meneladani Dia.  (Bersambung)

Tuesday, April 26, 2016

JANGAN PERNAH MENDUAKAN TUHAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 April 2016 

Baca:  Mazmur 135:1-21

"Sesungguhnya aku tahu, bahwa TUHAN itu maha besar dan Tuhan kita itu melebihi segala allah."  Mazmur 135:5

Berhala-berhala itu tidak selalu identik dengan patung, benda-benda kuno, kuburan-kuburan nenek moyang, pohon tua dan sebagainya, tetapi sesuatu yang kita cintai lebih daripada Tuhan adalah berhala.  Kadangkala kita bisa memberhalakan mobil, uang dan semua kekayaan yang kita miliki.  Kita mencintai hal-hal itu lebih dari Tuhan.  "...di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).

     Ketika diperintahkan Tuhan untuk menjual seluruh hartanya dan memberikannya kepada orang miskin, lalu mengikut Tuhan, seorang muda yang kaya lebih memilih untuk pergi meninggalkan Tuhan.  "Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya."  (Matius 19:22).  Hal itu membuktikan bahwa orang muda itu lebih mencintai harta daripada Tuhan;  harta sudah menjadi berhala dalam hidupnya.  Alkitab menegaskan,  "Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut."  (Amsal 11:4).

     Berhala berarti pula sesuatu yang kepadanya kita berikan waktu lebih daripada hal-hal rohani.  Banyak orang Kristen yang hari-harinya disibukkan oleh pekerjaan, bisnis atau hobi sampai-sampai melupakan dan meninggalkan jam-jam ibadah.  Yang ada di pikiran mereka hanyalah bagaimana cara mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya.  Perhatikan!  "...akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."  (1 Timotius 6:10).  Tidak salah kita melakukan pekerjaan, bisnis dan semua hal yang menjadi aktivitas keseharian kita, atau mengisi waktu untuk menyalurkan hobi dan kesenangan, tapi kita harus ingat bahwa perkara-perkara rohani harus tetap menjadi prioritas utama.  Jangan sampai kita memberikan waktu lebih untuk segala hal yang duniawi, dibanding hal-hal yang rohani.  "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).  Prioritaskan Tuhan dan perkara-perkara rohani lebih dari apa pun yang ada di dunia ini.

Sebagai umat tebusan-Nya kita harus menghambakan diri hanya kepada Tuhan, dan berusaha untuk menyenangkan hati Tuhan saja, bukan yang lain.