Friday, April 22, 2016

HIDUP TIDAK BERCELA: Berpegang Pada Peringatan Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2016 

Baca:  Mazmur 119:97-112

"Peringatan-peringatan-Mu adalah milik pusakaku untuk selama-lamanya, sebab semuanya itu kegirangan hatiku."  Mazmur 119:111

Setiap orang percaya harus berjuang memiliki kehidupan yang memenuhi standar Tuhan yaitu hidup tak bercela.  Mengapa?  Karena selama kita masih hidup dalam dosa, noda dan cela, dan terus berkutat dalam perbuatan-perbuatan gelap, Iblis akan terus mendakwa kita siang dan malam  (baca  Wahyu 12:10), dan menjadikan kita sebagai mainannya.

     Hidup tidak bercela adalah juga hidup yang berpegang pada peringatan-peringatan Tuhan.  Namun bukan berarti selama hidup orang tidak pernah gagal atau jatuh, tetapi ia terus mau berproses untuk hidup seturut dengan firman Tuhan.  Kalaupun gagal ia akan cepat bangkit lagi, dan kemudian menjadikan kegagalan tersebut sebagai pengalaman berharga dan guru yang terbaik.  Jangan sekali-kali kita ngambek, marah atau tersinggung ketika menerima firman Tuhan yang keras,  "Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."  (Ibrani 5:13-14).  Bagaimana kita bisa memiliki kepekaan rohani jika kita tidak mau dilatih, dibersihkan dan dimurnikan oleh firman Tuhan setiap hari?  "Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?"  (Yeremia 23:29).  Ini adalah langkah menuju kehidupan tak bercela, sebab  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  (2 Timotius 3:16).

     Jadi, semakin kita berpegang kepada peringatan-peringatan Tuhan semakin kita memiliki pengenalan yang benar tentang Tuhan dan kehendak-Nya, dan semakin kita disadarkan akan janji-janji-Nya yang besar bagi orang-orang yang hidup tidak bercela.  Ini akan mendorong kita untuk bersungguh-sungguh lagi menjaga kualitas hidup kita.  "...aku berlaku tidak bercela di hadapan-Nya, dan menjaga diri terhadap kesalahan."  (Mazmur 18:24).

"Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela."  Mazmur 84:12.  Inilah janji Tuhan.

Thursday, April 21, 2016

HIDUP TIDAK BERCELA: Mau Dikoreksi

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2016 

Baca:  Mazmur 119:1-8

"Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN."  Mazmur 119:1

Hidup dalam kesalehan adalah kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya.  Hidup dalam kesalehan bisa disebut pula hidup yang tidak bercela.  Inilah salah satu tanggung jawab orang Kristen yang dianggap paling berat, bahkan sebagian besar orang menganggapnya sebagai sesuatu yang mustahil untuk dijalani, karena mereka berpikir bahwa hidup yang tak bercela berarti hidup yang tidak pernah membuat satu pun kesalahan.  Adakah orang yang tidak pernah membuat kesalahan dalam hidupnya?  Hidup tidak bercela bukan berarti tidak pernah membuat kesalahan, tetapi hidup yang senantiasa mau dikoreksi oleh Tuhan.

     Daud, seorang raja besar Israel dan juga penulis sebagian besar kitab Mazmur, bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan.  Salah satu kesalahan fatal yang pernah diperbuatnya adalah melakukan perzinahan dan Batsyeba  (baca  2 Samuel 11:1-27).  Namun setelah ditegur dan diperingatkan oleh nabi Natan Daud pun segera menyesali perbuatannya dan kemudian bertobat.  Inilah pengakuan Daud,  "Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu...Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!"  (Mazmur 51:5, 6, 12, 13).

     Daud merelakan diri untuk dikoreksi dan dibersihkan oleh Tuhan seperti ranting yang harus mengalami proses pemangkasan supaya dapat berbuah lebat.  Berbeda sekali dengan Saul, sekalipun melakukan banyak kesalahan tidak pernah mau mengakui kesalahannya dan bertobat, tetapi selalu mencari-cari alasan atau dalih.  Itulah sebabnya  "Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku."  (Kisah 13:22).

Kerelaan untuk dikoreksi dan dibersihkan adalah awal menuju hidup yang tak bercela!