Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2016
Baca: Mazmur 119:1-8
"Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN." Mazmur 119:1
Hidup dalam kesalehan adalah kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya. Hidup dalam kesalehan bisa disebut pula hidup yang tidak bercela. Inilah salah satu tanggung jawab orang Kristen yang dianggap paling berat, bahkan sebagian besar orang menganggapnya sebagai sesuatu yang mustahil untuk dijalani, karena mereka berpikir bahwa hidup yang tak bercela berarti hidup yang tidak pernah membuat satu pun kesalahan. Adakah orang yang tidak pernah membuat kesalahan dalam hidupnya? Hidup tidak bercela bukan berarti tidak pernah membuat kesalahan, tetapi hidup yang senantiasa mau dikoreksi oleh Tuhan.
Daud, seorang raja besar Israel dan juga penulis sebagian besar kitab Mazmur, bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan. Salah satu kesalahan fatal yang pernah diperbuatnya adalah melakukan perzinahan dan Batsyeba (baca 2 Samuel 11:1-27). Namun setelah ditegur dan diperingatkan oleh nabi Natan Daud pun segera menyesali perbuatannya dan kemudian bertobat. Inilah pengakuan Daud, "Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan
apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu,
bersih dalam penghukuman-Mu...Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!" (Mazmur 51:5, 6, 12, 13).
Daud merelakan diri untuk dikoreksi dan dibersihkan oleh Tuhan seperti ranting yang harus mengalami proses pemangkasan supaya dapat berbuah lebat. Berbeda sekali dengan Saul, sekalipun melakukan banyak kesalahan tidak pernah mau mengakui kesalahannya dan bertobat, tetapi selalu mencari-cari alasan atau dalih. Itulah sebabnya "Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka.
Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai,
seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22).
Kerelaan untuk dikoreksi dan dibersihkan adalah awal menuju hidup yang tak bercela!
Thursday, April 21, 2016
Wednesday, April 20, 2016
BERUSAHA HIDUP SALEH (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 April 2016
Baca: Mazmur 37:18-20
"TUHAN mengetahui hari-hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya;" Mazmur 37:18
Untuk memiliki kehidupan saleh ada hal yang harus kita kembangkan. Kita harus meng-upgrade diri setiap hari, sebab hidup saleh tidak terbentuk otomatis; setelah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pun kita tidak langsung menjadi orang saleh.
Kesalehan terbentuk melalui suatu proses day by day. Kita harus mau dibentuk dan diproses, seperti tanah liat di tangan tukang periuk. "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." (Yeremia 18:4). Apa saja yang harus kita kembangkan? Rasul Petrus mengatakan, "...kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang." (2 Petrus 1:5-7).
Namun semua faktor yang menunjang kehidupan saleh tersebut tidak akan bertumbuh jika kita sendiri tidak mau terlibat secara aktif mengembangkannya. Ingat! Hidup dalam kesalehan adalah hal yang sangat serius di hadapan Tuhan, karena itu kita pun harus merespons dengan tindakan yang serius pula. Tidak ada istilah main-main! Ayub, meskipun mengalami penderitaan yang teramat berat: harta bendanya ludes dan semua anaknya mati, ia tetap berjuang untuk menjaga kesalehan hidupnya. Bahkan isterinya sampai berkata, "'Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!' Tetapi jawab Ayub kepadanya: 'Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." (Ayub 2:9-10). Ketika sedang dihadapkan pada masalah, kesesakan, kesukaran dan penderitaan, saat itulah kesalehan seseorang sedang diuji.
Terhadap orang yang tetap kokoh dalam kesalehannya di segala situasi Tuhan pasti akan menyatakan pembelaan-Nya!
Baca: Mazmur 37:18-20
"TUHAN mengetahui hari-hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya;" Mazmur 37:18
Untuk memiliki kehidupan saleh ada hal yang harus kita kembangkan. Kita harus meng-upgrade diri setiap hari, sebab hidup saleh tidak terbentuk otomatis; setelah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pun kita tidak langsung menjadi orang saleh.
Kesalehan terbentuk melalui suatu proses day by day. Kita harus mau dibentuk dan diproses, seperti tanah liat di tangan tukang periuk. "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." (Yeremia 18:4). Apa saja yang harus kita kembangkan? Rasul Petrus mengatakan, "...kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang." (2 Petrus 1:5-7).
Namun semua faktor yang menunjang kehidupan saleh tersebut tidak akan bertumbuh jika kita sendiri tidak mau terlibat secara aktif mengembangkannya. Ingat! Hidup dalam kesalehan adalah hal yang sangat serius di hadapan Tuhan, karena itu kita pun harus merespons dengan tindakan yang serius pula. Tidak ada istilah main-main! Ayub, meskipun mengalami penderitaan yang teramat berat: harta bendanya ludes dan semua anaknya mati, ia tetap berjuang untuk menjaga kesalehan hidupnya. Bahkan isterinya sampai berkata, "'Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!' Tetapi jawab Ayub kepadanya: 'Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." (Ayub 2:9-10). Ketika sedang dihadapkan pada masalah, kesesakan, kesukaran dan penderitaan, saat itulah kesalehan seseorang sedang diuji.
Terhadap orang yang tetap kokoh dalam kesalehannya di segala situasi Tuhan pasti akan menyatakan pembelaan-Nya!
Subscribe to:
Posts (Atom)