Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 April 2016
Baca: Mazmur 140:1-4
"Sungguh, orang-orang benar akan memuji nama-Mu, orang-orang yang jujur akan diam di hadapan-Mu." Mazmur 140:14
Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali mendengar orang berkata, "Zaman sekarang ini mana ada orang jujur? Orang jujur akan hancur!" Demikianlah kejujuran seperti barang langka dan teramat mahal harganya sekarang ini. Mikha pun mengeluhkan hal yang sama, "Orang saleh sudah hilang dari negeri, dan tiada lagi orang jujur di
antara manusia. Mereka semuanya mengincar darah, yang seorang mencoba
menangkap yang lain dengan jaring. Tangan mereka sudah cekatan berbuat jahat;" (Mikha 7:2-3). Karena tuntutan ekonomi orang mengorbankan nilai-nilai kejujuran dalam hidupnya. Karena ingin mengeruk laba sebesar-besarnya orang memilih tidak jujur daripada harus berbuat benar.
Arti kata jujur adalah lurus hati, tidak berbohong, tidak curang (dalam permainan atau mengikuti aturan yang berlaku). Jujur berarti ya adalah ya, atau tidak adalah tidak. Sedangkan lawan dari jujur adalah dusta atau bohong. Berkata dusta berarti apa yang dikatakan bibir berbeda dengan isi hatinya, alias berkata 'ya' padahal di dalam hatinya berkata 'tidak'. Alkitab dengan tegas mengajarkan: "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah
kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Matius 5:37). Sebagai orang percaya berkata jujur atau menjadi orang yang jujur adalah harga mutlak. Kalau dalam hati 'tidak' tetapi yang keluar dari mulut 'ya' berarti kita sudah tidak jujur, alias berdusta. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa dusta adalah sifat dan perbuatan dari Iblis. "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan
keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan
tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia
adalah pendusta dan bapa segala dusta." (Yohanes 8:44).
Kalau kita tetap saja suka berdusta atau berbohong berarti kita sedang meneladani Iblis dan mengikuti jejaknya, karena dusta adalah karakter Iblis yang adalah bapa dari pendusta.
Maukah kita ini disebut sebagai anak-anak Iblis? Tentu saja tidak! Oleh karena itu berusahalah untuk selalu berkata jujur dan benar mulai dari sekarang.
Wednesday, April 13, 2016
Tuesday, April 12, 2016
RANCANGAN YANG TERGENAPI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 April 2016
Baca: Mazmur 92:1-16
"Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan-Mu." Mazmur 92:6
Alkitab menyatakan bahwa rancangan Tuhan bagi umat-Nya adalah "...rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Rancangan Tuhan ini akan tergenapi apabila setiap orang percaya juga bertindak aktif meresponsnya. Kita tidak bisa hanya duduk termenung, berpangku tangan dan bersikap pasif seperti menunggu durian jatuh, melainkan harus aktif dan produktif. Artinya kita harus mau membayar harga! Tidak pernah kita temukan dalam kamus bahwa kunci meraih keberhasilan dan kesuksesan adalah santai, bermalas-malasan, apalagi menggantungkan hidup pada orang lain atau menjadi benalu bagi orang lain. Ada tertulis: "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4). Adapun orang yang malas kesukaannya "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring, maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata." (Amsal 24:33-34).
Supaya rancangan Tuhan tergenapi dalam hidup ini, selain harus bekerja keras, kita juga harus mengandalkan Tuhan, artinya mempercayakan seluruh hidup ini dalam pimpinan Tuhan, juga hidup menurut firman-Nya. Tuhan menasihati Yosua, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8).
Jadi, orang Kristen sejati adalah mereka yang mau membayar harga dan senantiasa mengandalkan Tuhan. Juga jangan pernah gengsi belajar dari orang lain. Bukan berarti kita mengekor orang lain atau tidak berprinsip, melainkan belajar dari pengalaman orang-orang yang berhasil. Jangan lupa pula untuk membangun hubungan dengan orang yang dapat memberikan energi positif, dan jangan salah bergaul, sebab "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33).
Rancangan Tuhan akan tergenapi asal kita mau meresponsnya dengan tindakan!
Baca: Mazmur 92:1-16
"Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan-Mu." Mazmur 92:6
Alkitab menyatakan bahwa rancangan Tuhan bagi umat-Nya adalah "...rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Rancangan Tuhan ini akan tergenapi apabila setiap orang percaya juga bertindak aktif meresponsnya. Kita tidak bisa hanya duduk termenung, berpangku tangan dan bersikap pasif seperti menunggu durian jatuh, melainkan harus aktif dan produktif. Artinya kita harus mau membayar harga! Tidak pernah kita temukan dalam kamus bahwa kunci meraih keberhasilan dan kesuksesan adalah santai, bermalas-malasan, apalagi menggantungkan hidup pada orang lain atau menjadi benalu bagi orang lain. Ada tertulis: "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4). Adapun orang yang malas kesukaannya "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring, maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata." (Amsal 24:33-34).
Supaya rancangan Tuhan tergenapi dalam hidup ini, selain harus bekerja keras, kita juga harus mengandalkan Tuhan, artinya mempercayakan seluruh hidup ini dalam pimpinan Tuhan, juga hidup menurut firman-Nya. Tuhan menasihati Yosua, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8).
Jadi, orang Kristen sejati adalah mereka yang mau membayar harga dan senantiasa mengandalkan Tuhan. Juga jangan pernah gengsi belajar dari orang lain. Bukan berarti kita mengekor orang lain atau tidak berprinsip, melainkan belajar dari pengalaman orang-orang yang berhasil. Jangan lupa pula untuk membangun hubungan dengan orang yang dapat memberikan energi positif, dan jangan salah bergaul, sebab "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33).
Rancangan Tuhan akan tergenapi asal kita mau meresponsnya dengan tindakan!
Subscribe to:
Posts (Atom)