Monday, April 4, 2016

RAHAB: Mendapatkan Kasih Setia (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 April 2016 

Baca:  Yosua 2:1-24

"'Seperti yang telah kamu katakan, demikianlah akan terjadi.' Sesudah itu dilepasnyalah orang-orang itu pergi, maka berangkatlah mereka. Kemudian perempuan itu mengikatkan tali kirmizi itu pada jendela."  Yosua 2:21

Kalau kita perhatikan di pasal 2 dari kitab Yosua ini, yang menjadi tokoh utamanya adalah Rahab dan kedua pengintai suruhan Yosua.  Siapa Rahab?  Alkitab menulis bahwa ia adalah seorang perempuan sundal, yang rumahnya terletak di atas tembok kota, sehingga sangat strategis sebagai tempat penginapan para pengembara.  Predikat, sebutan atau profesi yang disandang Rahab sebagai perempuan sundal bukanlah hal yang baik di mata orang, bahkan dipandang rendah, hina dan menjijikkan.  Orang mengklasifikasikan Rahab ini sebagai  'sampah'  masyarakat.  Ada pun nama Rahab memiliki arti orang yang angkuh, sombong.  Ia adalah gambaran orang yang hidup di balik kokohnya tembok Yerikho.

     Namun di balik kehidupannya yang hitam kelam ada hal luar biasa yang kita temukan dalam diri Rahab yaitu keberaniannya mengambil resiko dengan menyembunyikan dua orang pengintai di dalam rumahnya.  Tindakan yang diambil oleh Rahab bukanlah tindakan nekad tanpa dasar.  Apalagi jika hal tersebut diketahui oleh orang-orang Yerikho, nyawa Rahab menjadi taruhannya.  Tetapi imanlah yang mendasari Rahab untuk bertindak.  Inilah iman yang hidup yaitu iman yang disertai dengan perbuatan.  Padahal Rahab berasal dari bangsa yang menyembah kepada berhala atau bangsa kafir, tetapi ia memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan bangsa Israel.  "Aku tahu, bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu. Sebab kami mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas...sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah."  (Yosua 2:9-11).

     Ini menunjukkan bahwa Rahab lebih takut kepada Tuhan daripada kepada raja Yerikho, karena ia tahu bahwa Tuhan bangsa Israel adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa atas langit dan bumi.  (Bersambung)

Sunday, April 3, 2016

SISI LAIN ORANG KAYA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 April 2016 

Baca:  Matius 19:16-26

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga."  Matius 19:23

Rasul Paulus memberikan perintah kepada Timotius untuk memperingatkan orang kaya,  "...agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi"  (1 Timotius 6:17-18).

     Mengapa orang kaya perlu diperingatkan?  Karena mereka mudah sekali lupa diri dengan segala materi yang dimiliki.  Benar apa kata firman Tuhan:  "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Rasa cukup yang bersumber dari banyaknya uang atau harta menyebabkan mereka lebih berharap dan mengandalkan pada apa yang dimiliki daripada berharap dan mengandalkan Tuhan, sehingga mereka cenderung bermegah dengan kekayaan yang dimiliki.  Mereka berpikir bahwa tanpa Tuhan sekali pun mereka dapat hidup, akibatnya rasa membutuhkan Tuhan lama kelamaan akan hilang.  Tuhan bukan lagi menjadi prioritas utama dalam hidup.  Dengan kata lain orang kaya akan lebih mudah mengabaikan dan melupakan Tuhan karena mereka mempunyai sesuatu yang bisa diandalkan.  Padahal harta kekayaan itu sifatnya hanya semu dan mudah sekali lenyap.  "...sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."  (Lukas 12:15).  Mereka mengira bahwa jika memiliki uang dalam jumlah banyak dan kekayaan yang berlimpah, kepuasan akan diraih.  Akhirnya mereka akan semakin keras berusaha untuk mendapatkan lebih banyak lagi, bahkan mereka rela melakukan apa saja.  Orang seperti ini rakus dan tamak.

     Salomo, salah seorang terkaya yang pernah hidup di muka bumi ini, menyatakan:  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia."  (Pengkhotbah 5:9).  Tuhan tidak pernah menilai seseorang berdasarkan apa yang diraih atau apa yang dipunyai, tetapi berdasarkan siapa diri kita sebenarnya.

"Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut."  Amsal 11:4