Friday, March 25, 2016

MENGERJAKAN MISI PENYELAMATAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Maret 2016 

Baca:  2 Korintus 5:11-21

"Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah."  2 Korintus 5:21

Bagi semua orang salib adalah sebuah penghinaan dan penderitaan yang sangat menakutkan, tetapi hal itu tidak membuat Yesus mundur dan menyerah di tengah jalan.  Kesadaran akan misi penyelamatan dan kehendak Bapa inilah yang membuat Yesus sepenuhnya taat dan berserah penuh kepada otoritas Bapa-Nya, walaupun secara manusiawi sulit rasanya menerima dan menanggungnya.  Ungkapan  "Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa."  (Matius 26:45), menunjukkan kesiapan mental dan kerelaan Yesus untuk menghadapi kenyataan pahit yang harus dijalani sebagai tanggung jawab yang harus dipikul-Nya, meskipun hal itu membuat Dia sangat menderita.

     Sebelum disalibkan Yesus diadili secara maraton sebanyak enam kali:  tiga kali diadili oleh pemuka agama Yahudi dan tiga kali diadili oleh pemuka Romawi.  Pengadilan terhadap Yesus keseluruhannya hanya berupa fitnah dan rekayasa dalam usaha untuk mencari-cari kesalahan, meski tidak ada satu pun kesalahan ditemukan dalam diri Yesus.  Setelah melewati pengadilan yang panjang dan melelahkan Yesus dipaksa memikul salib menuju bukit Golgota, yang lokasinya berada jauh di luar kota Yerusalem berupa perbukitan yang salah satu bukitnya berbentuk tengkorak.  Karena itu Golgota disebut pula tempat tengkorak  (baca  Matius 27:32-33).  Perjalanan Yesus memikul salib ini sering disebut sebagai via dolorosa.  Dalam kondisi yang sangat letih dan lemah Yesus rela menapaki jalan via dolorosa hingga akhirnya Ia tidak kuasa lagi memikul salib-Nya, lalu Simon  (orang Kirene), yang saat itu berada di sekitar jalan via dolorosa dipaksa memikul salib yesus sampai ke Golgota.

     Sesampai di Golgota Yesus disuguhi anggur yang dicampur empedu.  Hal ini lazim dilakukan kepada orang yang hendak disalibkan dengan tujuan mengurangi rasa sakit di sekujur tubuh, namun  "Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya."  (Matius 27:34).  Penolakan Yesus untuk meminum anggur yang bercampur empedu adalah sebagai penegasan kesediaan-Nya menanggung penderitaan, seberat dan sesakit apa pun, demi mengerjakan misi yang diamanatkan Bapa kepada-Nya.  (Bersambung)

Thursday, March 24, 2016

PERGUMULAN YANG BERAT (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Maret 2016 

Baca:  Markus 14:32-42

"Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya."  Markus 14:35

Ketika menghadapi pergumulan yang berat, sebagai manusia Yesus membutuhkan teman untuk berbagi beban, karena itu Ia mengajak Petrus dan kedua anak Zebedeus  (Yakobus dan Yohanes)  untuk menemani-Nya berdoa di taman Getsemani.

     Yesus hendak menekankan bahwa dalam kodratnya sebagai manusia seharusnya kita saling menguatkan, menopang dan memerhatikan satu-sama lain.  Seperti nasihat rasul Paulus kepada jemaat di Galatia,  "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri."  (Galatia 6:2-5).  Tidaklah salah berbagi beban sebab kita tidak dapat hidup sendiri, kita butuh orang lain untuk memotivasi dan membangkitkan semangat agar tidak lemah, karena  "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!"  (Pengkhotbah 4:9-10).  Ketika menghadapi pergumulan yang berat Yesus tidak lari dari kenyataan, tapi Ia menerimanya sebagai bagian dari proses, karena itu Ia belajar taat kepada kehendak Bapa daripada kehendak-Nya sendiri.  "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."  (Matius 26:39).

     Terkadang ketika menghadapi pergumulan hidup yang berat kita cenderung lari dari masalah dan berusaha mencari jalan keluar sendiri, lalu kita marah, menyalahkan keadaan dan orang lain, bahkan menyalahkan Tuhan.  Yesus memberikan satu teladan, yaitu ketika dalam pergumulan yang berat Ia segera bersimpuh untuk berdoa dan belajar untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya.  Itulah yang membuat Yesus tetap kuat menanggung-Nya dan dengan penuh kerelaan hati menjalani prosesnya.

Doa adalah kunci kekuatan dalam menghadapi pergumulan hidup yang berat!