Saturday, March 19, 2016

MENJADI PENJAGA JIWA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Maret 2016 

Baca:  1 Tesalonika 2:1-12

"Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya."  1 Tesalonika 2:7

Selain dipanggil menjadi penjaga orang-orang yang hidup jauh dari Tuhan, kita dipanggil menjadi  'penjaga'  Saudara seiman yang sedang lemah imannya dan undur dari Tuhan.  "Jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati. Oleh karena engkau tidak memperingatkan dia, ia akan mati dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu."  (Yehezkiel 3:20).  Saudara seiman adalah keluarga kita, kawan sewarga orang-orang kudus dan anggota keluarga kerajaan Allah  (baca  Efesus 2:19), jadi kita harus selalu menjaga kerukunan dengan saling mengasihi, memerhatikan, menasihati, mendukung, menguatkan, supaya kita bertumbuh dalam iman.

     Mari belajar dari rasul Paulus yang memosisikan dirinya seperti  'ibu'  bagi orang-orang yang dilayani, dengan penuh kesabaran ia mengasuh dan merawat jiwa-jiwa yang dipercayakan Tuhan kepadanya.  "...seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya."  (1 Tesalonika 2:11-12).  Rasul Paulus mampu menjalankan perannya sebagai  'penjaga'  bagi sesama dengan kasih yang tulus tanpa disertai maksud yang tidak murni, tanpa tipu daya, bukan untuk menyukakan manusia, bukan mencari pujian bagi diri sendiri, tapi semata-mata karena kerinduannya yang besar untuk menyelamatkan jiwa-jiwa.

     Semakin kita dewasa secara rohani seharusnya semakin besar kepekaan kita terhadap kebutuhan orang lain, baik itu kebutuhan fisik, teristimewa kebutuhan rohani.  Jangan berkata sudah melayani Tuhan jika kita tidak memiliki hati yang terbeban terhadap orang lain.  Itulah arti pelayanan sejati!

"Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia."  Yakobus 1:27

Friday, March 18, 2016

MENJADI PENJAGA JIWA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Maret 2016 

Baca:  Yehezkiel 3:16-21

"Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku."  Yehezkiel 3:17

Di zaman seperti sekarang ini kebanyakan orang cenderung bersikap egois, mementingkan diri sendiri, tidak mempedulikan orang lain.  Sikapnya seperti Kain ketika Tuhan bertanya kepadanya,  "Di mana Habel, adikmu itu?"  (Kejadian 4:9).  Dengan nada kesal Kain menjawab,  "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?"  (Kejadian 4:9).

     Sering kita jumpai banyak orang Kristen yang begitu giat melayani pekerjaan Tuhan, terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan rohani, tapi dalam kehidupan sehari-harinya mereka berlaku cuek, individualistis dan tidak peduli dengan orang lain, tidak mau direpotkan oleh orang lain, tidak mau  'bersentuhan'  dengan orang lain.  Jika demikian apalah artinya kita tampak rohani di gereja, bahkan beratribut sebagai pelayan Tuhan jika kita tidak mau melayani jiwa-jiwa, atau tidak ada buah-buah yang kita hasilkan.  "Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya."  (Lukas 6:44a).

     Sebagaimana Yehezkiel dipanggil Tuhan untuk menjadi  'penjaga'  Israel, demikian pula setiap orang percaya.  Menjadi  'penjaga'  bagi orang lain berarti mempraktekkan kasih seperti yang Tuhan Yesus teladankan;  menjadi  'penjaga'  bagi orang lain berarti peduli terhadap keselamatan orang lain.  Menjadi  'penjaga'  bagi orang lain tidak harus selalu berkorban uang atau materi, tapi termasuk juga memberikan perhatian, waktu, tenaga dan pikiran untuk mereka.  Kita dipanggil Tuhan untuk menjadi  'penjaga'  atas siapa saja?  Atas orang yang hidup menyimpang dari kebenaran  (yaitu jahat).  Tuhan berkata,  "Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! --dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu."  (Yehezkiel 3:18).  Bila ada orang-orang di sekitar kita yang hidup dalam kejahatan, kita yang tahu akan kebenaran memiliki tanggung jawab untuk menasihati, menegur dan memeringatkan mereka supaya mereka segera bertobat dan meninggalkan kejahatannya, bukan malah bersikap masa bodoh.  (Bersambung)