Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Maret 2016
Baca: 2 Tawarikh 36:11-21
"Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahnya, dan tidak
merendahkan diri di hadapan nabi Yeremia, yang datang membawa pesan
TUHAN." 2 Tawarikh 36:12
Zedekia adalah paman Yoyakhin. Ketika menjabat sebagai raja ia masih berumur 21 tahun dan memerintah selama 11 tahun atas kerajaan Yehuda. Selama menjadi pemimpin ia berlaku jahat di mata Tuhan: sifatnya keras, tegar tengkuk, suka memberontak (ayat 12), menajiskan rumah Tuhan (ayat 14), mempengaruhi imam dan rakyat untuk berlaku tidak setia kepada Tuhan, mengolok-olok dan merendahkan utusan Tuhan (ayat 14-16).
Karena pengaruh buruk sang pemimpin, sebagian besar umat Yehuda pun mengikuti jejaknya yaitu hidup dalam ketidaktaatan. Tuhan memperingatkan namun mereka tetap saja mengeraskan hati dan tidak mau bertobat, bahkan mereka berani mengolok-olok, mengejek dan menghina firman yang disampaikan oleh para utusan Tuhan tersebut. Akhirnya "TUHAN menggerakkan raja orang Kasdim melawan mereka. Raja itu membunuh
teruna mereka dengan pedang dalam rumah kudus mereka, dan tidak
menyayangkan teruna atau gadis, orang tua atau orang ubanan- semua
diserahkan TUHAN ke dalam tangannya." (ayat 17), bahkan, "Seluruh perkakas rumah Allah, yang besar dan yang kecil, serta harta
benda dari rumah TUHAN, harta benda raja dan harta benda para
panglimanya, semuanya dibawanya ke Babel." (ayat 18). Tuhan menjatuhkan hukuman atas bangsa Yehuda sebagai akibat dari ketidaktaatan mereka sendiri, bukan karena Tuhan tidak mengasihi atau berlaku jahat tetapi sebagai pembelajaran agar mereka segera menyadari kesalahan dan segera bertobat. Lebih tragis lagi nasib Zedekia, "Mereka menangkap raja dan membawa dia kepada raja Babel di Ribla, yang menjatuhkan hukuman atas dia. Orang menyembelih anak-anak Zedekia di depan matanya, kemudian
dibutakannyalah mata Zedekia, lalu dia dibelenggu dengan rantai tembaga
dan dibawa ke Babel." (2 Raja-Raja 25:6-7).
Hajaran Tuhan adalah bukti Ia sangat mengasihi umat-Nya. "karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:6).
Tuhan tidak bisa dipermainkan! Setiap ketidaktaatan selalu mendatangkan akibat!
Wednesday, March 16, 2016
Tuesday, March 15, 2016
DAMPAK SEBUAH KEPEMIMPINAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Maret 2016
Baca: 2 Raja-Raja 24:18-20; 2 Raja-Raja 25:1-21
"Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN tepat seperti yang dilakukan Yoyakim." 2 Raja-Raja 24-19
Berbicara tentang kepemimpinan berarti berbicara pula tentang pengaruh, sebagaiman disampaikan John C. Maxwell: "Kepemimpinan adalah pengaruh." Seorang neurologist kenamaan Amerika, Dr. Philip Pulaski juga berpendapat: "Orang yang berpengaruh adalah dia yang membawa dampak dalam kehidupan orang lain"
Menurut sifatnya, dampak kepemimpinan terbagi dua: positif dan negatif. Seorang pemimpin yang menjalankan tugas kepemimpinan dengan sikap dan karakter yang positif pasti akan menularkan pengaruh yang positif bagi bawahan atau pengikutnya. Sebaliknya seorang pemimpin yang berkarakter negatif pengaruhnya pun akan bersifat negatif. Pemimpin yang bijak pasti akan menyadari bahwa tugas memimpin adalah sebuah tanggung jawab moral dan kepercayaan yang tidak bisa diukur dengan uang atau materi. Karena itu tugas kepemimpinan harus dikerjakan dengan sikap hati yang benar, bukan untuk disalahgunakan seperti yang dilakukan oleh kebanyakan pemimpin di zaman sekarang ini, di mana "...pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka." (Matius 20:25).
Seorang pemimpin yang menjalankan tugasnya dengan sikap hati yang benar akan mampu mengimpartasikan kehidupan, sebab segala sesuatu itu bersumber dari hati (baca Matius 15:19). Karena itu "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Kepemimpinan yang berhasil adalah kepemimpinan yang meninggalkan sebuah teladan hidup. Karena itu rasul Paulus menasihati, "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12b). Kerajaan Yehuda yang ketika itu dipimpin oleh Zedekia sedang mengalami krisis keteladanan, sebab selaku pemimpin, Zedekia tidak memberikan teladan hidup yang baik; sebaliknya "Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN..." (2 Raja-Raja 24:19).
Jadilah pemimpin yang mengimpartasikan hal-hal yang bisa menjadi panutan, bukan menjadi batu sandungan!
Baca: 2 Raja-Raja 24:18-20; 2 Raja-Raja 25:1-21
"Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN tepat seperti yang dilakukan Yoyakim." 2 Raja-Raja 24-19
Berbicara tentang kepemimpinan berarti berbicara pula tentang pengaruh, sebagaiman disampaikan John C. Maxwell: "Kepemimpinan adalah pengaruh." Seorang neurologist kenamaan Amerika, Dr. Philip Pulaski juga berpendapat: "Orang yang berpengaruh adalah dia yang membawa dampak dalam kehidupan orang lain"
Menurut sifatnya, dampak kepemimpinan terbagi dua: positif dan negatif. Seorang pemimpin yang menjalankan tugas kepemimpinan dengan sikap dan karakter yang positif pasti akan menularkan pengaruh yang positif bagi bawahan atau pengikutnya. Sebaliknya seorang pemimpin yang berkarakter negatif pengaruhnya pun akan bersifat negatif. Pemimpin yang bijak pasti akan menyadari bahwa tugas memimpin adalah sebuah tanggung jawab moral dan kepercayaan yang tidak bisa diukur dengan uang atau materi. Karena itu tugas kepemimpinan harus dikerjakan dengan sikap hati yang benar, bukan untuk disalahgunakan seperti yang dilakukan oleh kebanyakan pemimpin di zaman sekarang ini, di mana "...pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka." (Matius 20:25).
Seorang pemimpin yang menjalankan tugasnya dengan sikap hati yang benar akan mampu mengimpartasikan kehidupan, sebab segala sesuatu itu bersumber dari hati (baca Matius 15:19). Karena itu "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Kepemimpinan yang berhasil adalah kepemimpinan yang meninggalkan sebuah teladan hidup. Karena itu rasul Paulus menasihati, "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12b). Kerajaan Yehuda yang ketika itu dipimpin oleh Zedekia sedang mengalami krisis keteladanan, sebab selaku pemimpin, Zedekia tidak memberikan teladan hidup yang baik; sebaliknya "Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN..." (2 Raja-Raja 24:19).
Jadilah pemimpin yang mengimpartasikan hal-hal yang bisa menjadi panutan, bukan menjadi batu sandungan!
Subscribe to:
Posts (Atom)