Monday, March 14, 2016

PENAJAMAN YANG MENDEWASAKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Maret 2016 

Baca:  Amsal 27:1-27

"Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."  Amsal 27:17

Ketika mengalami masalah, penderitaan, tekanan, himpitan dan berbagai gesekan yang terjadi umumnya kita meresponsnya secara negatif:  menyalahkan keadaan, orang lain, bahkan berani menyalahkan Tuhan.  Padahal adakalanya Tuhan memakai situasi dan orang-orang di sekitar kita sebagai sarana memroses, membentuk dan mendewasakan kita.

     Alkitab menggambarkan proses ini seperti besi menajamkan besi.  Ketika besi menajamkan besi pasti akan menimbulkan sebuah gesekan yang melukai dan menimbulkan api.  Api berbicara tentang emosi, kemarahan, sakit hati, kepahitan, kejengkelan, kebencian dan berbagai luka yang menyakitkan.  Melalui peristiwa atau hubungan dengan orang-orang di sekitar sesungguhnya Tuhan sedang menggarap kita karena Dia adalah Sang Penjunan, yang tahu persis cara membentuk hidup seseorang.  "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya."  (Yeremia 18:4).  Tujuan Tuhan menajamkan kita adalah supaya kita semakin matang, semakin sempurna, semakin berkenan dan semakin serupa dengan Kristus.  Karena itu kita patut bersyukur untuk setiap masalah atau peristiwa yang terjadi dalam hidup ini, termasuk kehadiran orang-orang di sekitar kita.  Jangan pernah menyalahkan keadaan atau mengambinghitamkan orang lain ketika harus melewati proses ini.  Yusuf tidak pernah menyalahkan saudara-saudaranya meski mereka telah menyakiti dan membuat hidupnya menderita, bahkan bisa berkata,  "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar."  (Kejadian 50:20).

     Seringkali kita berpikiran bahwa dengan membaca Alkitab atau mendengarkan khotbah saja secara otomatis dapat membuat kita dewasa rohani, lalu kita mengeksklusifkan diri dan tidak mau bergaul dengan orang lain untuk menghindari gesekan dengan sesama.  Itu salah!  Karakter kita justru terbentuk ketika kita membangun hubungan dengan orang lain, saat itulah kita mengalami penajaman.

Proses penajaman bisa terjadi di mana pun, kapan pun dan melalui siapa pun!

Sunday, March 13, 2016

KEDATANGAN TUHAN SEPERTI PENCURI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Maret 2016 

Baca:  2 Petrus 3:1-16

"Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri."  2 Petrus 3:10a

Alkitab menggambarkan bahwa hari Tuhan atau kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya seperti seorang mempelai laki-laki yang datang untuk menjemput mempelai perempuannya.  Tapi kedatangan Tuhan juga diumpamakan seperti pencuri.  Setiap kali berbicara tentang hari kedatangan Tuhan banyak orang Kristen penasaran, harap-harap cemas, tapi ada pula yang bosan mendengarnya.  Mereka bersikap apatis setiap kali mendengar khotbah tentang hari kedatangan Tuhan.  Pikirnya,  "Sejak dulu selalu diceritakan kalau Tuhan akan datang, mana buktinya?"  Masalahnya bukan soal waktu atau kapan Tuhan akan datang, melainkan kesiapan kita menyambut hari itu.

     Bagi orang percaya, yang mengasihi Tuhan dan sungguh-sungguh melayani Tuhan, hari kedatangan-Nya adalah hari yang sangat dinanti-nantikan, seperti seorang mempelai perempuan yang sudah tidak sabar menanti kedatangan sang mempelai laki-laki sorgawi, yang akan membawanya ke pesta perjamuan kawin Anak Domba.  Tetapi bagi mereka yang tidak percaya dan hidup dalam dosa, kedatangan Tuhan akan seperti pencuri.  Apa maksudnya?  Hari kedatangan Tuhan akan menjadi hari yang sangat mengejutkan karena mereka dalam keadaan tidak siap.  "Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba."  (Pengkhotbah 9:12b).  Bagi mereka, kedatangan-Nya menjadi sebuah kerugian besar, karena mereka akan kehilangan segala-galanya:  uang, kekayaan, popularitas, pangkat dan sebagainya yang selama ini dibangga-banggakan dan diandalkan.  Segala gemerlap, kesenangan dan kenikmatan duniawi yang membuat mereka nyaman dan terlena harus mereka tinggalkan.

     Akhirnya hari kedatangan Tuhan menjadi hari yang sangat menakutkan dan menyisakan penyesalan mendalam.  Penghakiman, penderitaan dan penghukuman kekal juga siap menanti mereka yang selama hidupnya mengeraskan hati, tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus dan menolak Injil Kristus.

Jangan sampai kedatangan Tuhan seperti pencuri yang mengejutkan kita!  Maka jangan tunda-tunda waktu untuk bertobat!  Bila terlambat, penyesalan tiada guna.