Monday, March 7, 2016

DIBANGUN DI ATAS BATU KARANG

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Maret 2016 

Baca:  Matius 16:13-20

"Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya."  Matius 16:18

Di zaman sekarang ini kita melihat banyak sekali gedung gereja dibangun, bahkan ada gedung gereja yang sanggup menampung jemaat yang jumlahnya ribuan.  Itu adalah berita yang sangat menggembirakan, membuktikan bahwa gereja semakin hari semakin berkembang secara pesat.  Kita berharap perkembangan tersebut bukan hanya dari segi kuantitas atau jumlah saja, tetapi yang terpenting adalah kualitas setiap jemaatnya.

     Marilah kita simak pernyataan Tuhan ini:  "Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku; rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, dan tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku?"  (Yesaya 66:1).  Gedung gereja secara fisik merupakan tempat jemaat berkumpul untuk berbakti dan beribadah kepada Tuhan.  Namun yang dimaksudkan Tuhan Yesus dengan  'gereja'  sesungguhnya adalah jemaat itu sendiri.  Tuhan tidak menginginkan rumah atau gedung yang fana, yang Ia kehendaki adalah setiap jemaat dibangun di atas fondasi yang kuat dan teguh yaitu batu karang, yang adalah gambaran Kristus sendiri yang telah disalibkan, mati, bangkit dan kemudian naik ke sorga kembali kepada Bapa.  Inilah yang seharusnya menjadi fondasi sebuah pembangunan gereja Tuhan.  Jadi gereja yang sejati adalah gereja yang menghargai pengorbanan Kristus yang telah menebus dan menyelamatkannya.  "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:18-19).

     Tanpa fondasi yang benar ini keberadaan gereja tidak berarti apa-apa dan takkan memberi dampak bagi dunia ini.  Gedung gereja secara fisik pun harus didirikan di atas  'Batu Karang Kristus'  dengan tujuan hanya untuk kemuliaan nama Tuhan.  Bila gereja bertujuan kemegahan diri, kesombongan, mengeruk kekayaan atau mencari popularitas, keberadaan gedung gereja tidak ada bedanya dengan gedung-gedung biasa lainnya di mana Roh Tuhan tak mendiaminya, sehingga jemaat tak akan mengalami kuasa Tuhan.

Jangan sekali-kali mendirikan gereja atas dasar ambisi atau motivasi pribadi!

Sunday, March 6, 2016

MENJADI PENJALA JIWA BAGI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Maret 2016 

Baca:  Lukas 5:1-11

"Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."  Lukas 5:10

Adalah kesalahan besar jika keberhasilan seseorang dalam pelayanan adalah karena hasil usaha, kepintaran atau kerja kerasnya sendiri.  Ada banyak pelayan Tuhan merasa diri punya jasa besar atau andil besar bagi perkembangan gereja dan jemaat yang dilayani.  Jika kita mampu memenangkan banyak jiwa bagi Tuhan itu bukan karena siapa kita, tapi semata-mata karena Roh Tuhan yang berkerja di dalam kita.  Karena tanpa panggilan Tuhan kita tidak akan mampu menjadi penjala jiwa.  Tuhan berkata,  "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."  (Matius 4:19).

     Keberadaan seorang pelayan Tuhan digambarkan seperti murid-murid Tuhan Yesus, adalah nelayan-nelayan ulung sarat pengalaman, yang semalam suntuk telah bekerja keras namun tidak mendapatkan seekor ikan pun.  "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga. Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak."  (Lukas 5:5-6).  Namun ketika mereka mau menaati apa perintah Tuhan barulah mereka dapat menangkap sejumlah ikan besar.  Ijazah teologia, jam terbang atau pengalaman, kekuatan dan kepintaran manusia tidak menjamin sepenuhnya seseorang akan berhasil dalam pelayanan jika tanpa disertai ketaatan dan pertolongan Roh Tuhan.  Jadi jangan pernah samakan pekerjaan Tuhan atau pelayanan seperti pekerjaan duniawi atau sekuler.  Untuk pekerjaan duniawi kita bisa saja hanya mengandalkan ijazah, pengetahuan, keterampilan atau pengalaman saja, tetapi untuk melayani pekerjaan Tuhan dibutuhkan lebih dari itu, yaitu hati yang terpanggil dan terbeban untuk pekerjaan-Nya.  Jika kita tidak terpanggil dan terbeban kita akan mudah sekali kecewa, frustasi dan mundur di tengah jalan.

     Untuk terjun ke ladang pekerjaan Tuhan ada harga yang harus dibayar yaitu mengasihi Tuhan dengan sungguh, berkomitmen untuk menyalibkan keinginan daging dan melayani jiwa-jiwa dengan kasih.

Modal utama melayani pekerjaan Tuhan adalah hati yang terbeban dan kuasa Roh Kudus, karena tanpa penyertaan Roh Tuhan kita tidak akan mampu berbuat apa-apa, dan kita bukan siapa-siapa!