Tuesday, February 23, 2016

TIDAK TERPENGARUH KEADAAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Februari 2016 

Baca:  Mazmur 13:1-6

"Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu."  Mazmur 13:6a

Adakalanya dalam perjalanan hidup ini kita harus melewati masa-masa yang sangat sulit dan kelam seperti Daud.  Setelah menempuh perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan, lari dari satu tempat ke tempat lain, bersembunyi dari satu lembah ke lembah lain  (karena terus dikejar-kejar Saul yang menginginkan kematiannya)  maka sampailah Daud kepada raja Akhis, orang Filistin, dan menetap di sana untuk beberapa waktu lamanya.  Di sana ia pun beroleh kepercayaan dari raja Akhis sehingga raja memberikan daerah Ziklag kepada Daud dan pengikutnya untuk didiami  (baca  1 Samuel 30:1-25).

     Suatu ketika terjadilah peperangan antara orang Filistin dan orang-orang Israel, dan raja Akhis mengajak Daud untuk turut berperang.  Tetapi keberadaan Daud dalam team perang ini menimbulkan kecurigaan orang-orang Filistin, mereka meragukan loyalitas Daud, pikir mereka:  Jangan-jangan Daud tidak berperang dengan sepenuh hati, lalu berubah haluan memihak kepada bangsanya sendiri."  Maka mereka pun sepakat memulangkan Daud beserta orang-orangnya kembali ke Ziklag.  Apa yang terjadi?  Ternyata Ziklag telah dibumihanguskan oleh orang-orang Amalek, semua harta benda dijarah, isteri-isteri dan anak-anak mereka ditawan.  Peristiwa ini benar-benar memilukan hati, sampai-sampai para pengikutnya hendak melempari Daud dengan batu.  "Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya."  (1 Samuel 30:6).  Secara manusia Daud punya alasan menjadi lemah, kecewa dan frustasi, tetapi ada sikap yang patut kita teladani yaitu Daud tidak terprovokasi oleh situasi yang ada, melainkan menguatkan hatinya untuk tetap percaya kepada Tuhan.  Terbukti Daud menyuruh imam Abyatar untuk mengambilkan baju efod untuknya  (baca  1 Samuel 30:7).  Baju Efod adalah pakaian khusus untuk seorang imam besar sebagai pertanda bahwa ia sedang mencari kehendak Tuhan atau meminta petunjuk dari Tuhan.

     Mencari hadirat Tuhan adalah cara terbaik untuk membangun iman.  Dalam keadaan terjepit umumnya orang mudah sekali panik, tidak lagi berpikir jernih, menyalahkan orang lain dan keadaan, bahkan berani menyalahkan Tuhan.

"kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu."  Mazmur 26:1

Monday, February 22, 2016

TUHAN ADALAH KEKUATAN KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Februari 2016 

Baca:  Yesaya 40:12-31

"...orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya;"  Yesaya 40:31

Saat berbagai persoalan hidup mendera, semua orang berharap mendapatkan jalan keluar atau solusi sesegera mungkin.  Kita berharap Tuhan tidak menunda-nunda waktu untuk menolong dan menjawab doa kita.

     Semua orang menginginkan segala sesuatu yang serba instan, padahal jalan Tuhan tidak ada yang instan, semua melalui proses.  Ketidaksabaran menantikan Tuhan bertindak adalah faktor yang menyebabkan kita gagal melihat dan mengalami perkara-perkara besar dari Tuhan.  Nabi Habakuk menasihati,  "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh."  (Habakuk 2:3).  Mengapa kita harus menanti-nantikan Tuhan?  Karena waktu Tuhan bukanlah waktu kita.  Melalui kesabaran dan ketekunanlah seseorang akan menerima apa yang dijanjikan-Nya, sebab segala sesuatu yang dijanjikan Tuhan tidak ada yang terlambat, dan juga tidak terlalu cepat.  Jangan merasa lelah dan putus asa saat menantikan pertolongan Tuhan, sebab orang yang menanti-nantikan Dia mendapat kekuatan baru.  "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya."  (Yesaya 40:29), sehingga kita sanggup melewati badai persoalan sebesar apa pun.  Itulah sebabnya nabi Yesaya mendorong kita untuk tetap menantikan Tuhan, karena kekuatan orang percaya bukan berasal dari apa yang ada di dunia ini, tapi berasal dari Tuhan.

     Burung rajawali tatkala ada badai menyerang tidak terbang menghindar sejauh mungkin dari badai itu, tetapi ia membiarkan dirinya berada di dalam badai dengan membentangkan kedua sayapnya untuk mengikuti ke mana arah putaran badai itu.  Dengan menyerap kekuatan badai tersebut si rajawali dapat terbang semakin tinggi di angkasa.  Terbang bersama badai adalah cara untuk melatih sayapnya sehingga ia semakin kuat dan kokoh.  Kedahsyatan badai justru berdampak positi bagi burung rajawali itu sendiri.

"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  2 Timotius 1:7