Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Februari 2016
Baca: Amsal 1:20-33
"Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab,
mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku." Amsal 1:28
Adalah rahasia umum bahwa orang mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh ketika sedang dalam keadaan terdesak atau berada dalam situasi sulit. Begitu tertimpa masalah berat dan jalan buntu kita menghampiri Tuhan dengan ratapan dan linangan air mata. Kita rela berdoa semalam-malaman dan hampir di setiap jadwal peribadatan kita rela datang, berharap sesegera mungkin mendapatkan jalan keluar dan pertolongan dari Tuhan. Namun begitu masalah teratasi, sakit-penyakit disembuhkan, ekonomi keluarga dipulihkan, segala sesuatunya kembali berjalan baik dan normal, mereka tidak lagi gigih mencari Tuhan. Semangat kita mencari Tuhan perlahan redup dan roh pun tidak lagi menyala-nyala bagi Tuhan. Ibadah kembali dilakukan dengan asal-asalan dan sebatas rutinitas belaka.
"Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:7-9). Ketika didorong untuk terlibat pelayanan kita tidak segan-segan menolak dan menghindar dengan 1001 alasan. "Oleh karena ketika Aku memanggil, kamu tidak menjawab, ketika Aku berbicara, kamu tidak mendengar, tetapi kamu ...lebih menyukai apa yang tidak berkenan kepada-Ku." (Yesaya 65:12b). Kita lupa dengan semua yang Tuhan telah perbuat dalam hidup kita. Kita lupa berterima kasih kepada Tuhan, seperti sembilan dari sepuluh orang yang disembuhkan Tuhan dari penyakit kusta, yang pergi begitu saja dan meninggalkan Tuhan tanpa mengucap syukur dan berterima kasih kepada-Nya. "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" (Lukas 17:17-18).
Jangan mencari Tuhan hanya di kala perlu saja, tapi carilah Dia di segala keadaan: kelimpahan atau kekurangan, sehat atau sakit, berkat atau krisis.
Jangan menganggap Tuhan yang membutuhkan kita, melainkan kitalah yang sangat membutuhkan Dia!
Monday, February 15, 2016
Sunday, February 14, 2016
YOHANES PEMBAPTIS: Hamba Tuhan Sederhana (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Februari 2016
Baca: Yohanes 3:22-36
"Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya." Yohanes 3:28
Jika ditinjau dari latar belakang hidupnya, secara manusia Yohanes Pembaptis punya alasan kuat untuk membanggakan diri. Mengapa? Karena kelahirannya dipenuhi dengan mujizat dan perkara-perkara yang sulit dipahami akal. Ayahnya bernama Zakharia dan ibunya bernama Elisabet. Keduanya sudah berusia sangat lanjut kala itu, bahkan Alkitab menyatakan bahwa "...Elisabet mandul..." (Lukas 1:7). Tetapi Tuhan sanggup mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin, tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan! Yohanes justru lahir dari seorang wanita yang mandul. Bahkan kelahirannya diberitahukan secara langsung oleh malaikat Gabriel kepada Zakharia dan ia pun dinubuatkan akan menjadi orang yang besar, "...ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka," (Lukas 1:16). Bukan hanya itu, sejak dari dalam kandungan Yohanes sudah dipenuhi dengan Roh Kudus. Luar biasa!
Nama Yohanes memiliki arti: karunia, anugerah, atau kasih karunia Tuhan. Meski telah dinubuatkan bahwa kelak akan menjadi orang yang besar, Yohanes tetap hidup dalam kesederhanaan. Tertulis: "Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan." (Matius 3:4). Di sepanjang hidupnya ia rela membayar harga dengan tidak minum anggur dan minuman keras serta mengalami proses pembentukan Tuhan di padang gurun. Ini menunjukkan bahwa Yohanes setia mengerjakan panggilan hidupnya dengan hidup menurut pimpinan Roh, tidak lagi menuruti keinginan daging, sehingga ia "...bertambah besar dan makin kuat rohnya." (Lukas 1:80a). Inilah yang patut diteladani oleh hamba-hamba Tuhan dan semua orang percaya yang hidup di zaman sekarang ini. Jangan hanya fokus kepada penampilan luar! Yang terutama adalah apakah seorang hamba Tuhan itu berintegritas, tidak berkompromi dengan dosa dan terus menyuarakan kebenaran, apa pun situasinya.
Meski memiliki banyak pengikut tidak membuat Yohanes membanggakan diri, sombong, atau merasa punya jasa besar bagi pekerjaan Tuhan. Ia tetaplah seorang hamba yang sederhana dan rendah hati. Yang layak menerima pujian, hormat dan kemuliaan hanyalah Tuhan Yesus saja, bukan dirinya.
"Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." Yohanes 3:30
Baca: Yohanes 3:22-36
"Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya." Yohanes 3:28
Jika ditinjau dari latar belakang hidupnya, secara manusia Yohanes Pembaptis punya alasan kuat untuk membanggakan diri. Mengapa? Karena kelahirannya dipenuhi dengan mujizat dan perkara-perkara yang sulit dipahami akal. Ayahnya bernama Zakharia dan ibunya bernama Elisabet. Keduanya sudah berusia sangat lanjut kala itu, bahkan Alkitab menyatakan bahwa "...Elisabet mandul..." (Lukas 1:7). Tetapi Tuhan sanggup mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin, tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan! Yohanes justru lahir dari seorang wanita yang mandul. Bahkan kelahirannya diberitahukan secara langsung oleh malaikat Gabriel kepada Zakharia dan ia pun dinubuatkan akan menjadi orang yang besar, "...ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka," (Lukas 1:16). Bukan hanya itu, sejak dari dalam kandungan Yohanes sudah dipenuhi dengan Roh Kudus. Luar biasa!
Nama Yohanes memiliki arti: karunia, anugerah, atau kasih karunia Tuhan. Meski telah dinubuatkan bahwa kelak akan menjadi orang yang besar, Yohanes tetap hidup dalam kesederhanaan. Tertulis: "Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan." (Matius 3:4). Di sepanjang hidupnya ia rela membayar harga dengan tidak minum anggur dan minuman keras serta mengalami proses pembentukan Tuhan di padang gurun. Ini menunjukkan bahwa Yohanes setia mengerjakan panggilan hidupnya dengan hidup menurut pimpinan Roh, tidak lagi menuruti keinginan daging, sehingga ia "...bertambah besar dan makin kuat rohnya." (Lukas 1:80a). Inilah yang patut diteladani oleh hamba-hamba Tuhan dan semua orang percaya yang hidup di zaman sekarang ini. Jangan hanya fokus kepada penampilan luar! Yang terutama adalah apakah seorang hamba Tuhan itu berintegritas, tidak berkompromi dengan dosa dan terus menyuarakan kebenaran, apa pun situasinya.
Meski memiliki banyak pengikut tidak membuat Yohanes membanggakan diri, sombong, atau merasa punya jasa besar bagi pekerjaan Tuhan. Ia tetaplah seorang hamba yang sederhana dan rendah hati. Yang layak menerima pujian, hormat dan kemuliaan hanyalah Tuhan Yesus saja, bukan dirinya.
"Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." Yohanes 3:30
Subscribe to:
Posts (Atom)