Tuesday, January 26, 2016

MENDERITA SEBAGAI SAKSI KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Januari 2016

Baca:  1 Petrus 4:12-19

"Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu."  1 Petrus 4:16

Tak seorang pun manusia di dunia ini yang mau menderita dalam menjalani hidup.  Yang diinginkan dan diimpikan oleh semua orang adalah hidup berbahagia.

     Mengapa rasul Petrus juga menasihati agar setiap orang percaya atau pengikut Kristus atau orang Kristen tidak menjadi malu jika ia menderita?  Kata menderita yang dimaksudkan ayat nas adalah menderita karena nama Kristus.  Karena mempertahankan iman percayanya kepada Kristus seseorang rela dikucilkan oleh keluarga, dijauhi oleh teman dan sahabat, dan diperlakukan tidak adil oleh sesama;  itulah penderitaan.  "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu."  (ayat 14).  Tetapi sebaliknya jika seseorang harus menderita karena melakukan perbuatan dosa atau melanggar hukum, itu yang seharusnya membuatnya malu.  Karena itu  "Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau."  (ayat 15).

     Setiap penderitaan selalu mendatangkan dukacita, tetapi firman Tuhan memperingatkan agar kita jangan menderita karena dosa, melainkan karena kebenaran.  Ada tertulis:  "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya,"  (2 Timotius 3:12).  Kata aniaya hampir selalu berkaitan dengan penderitaan.  Berbicara tentang aniaya umumnya pikiran kita langsung tertuju kepada penderitaan secara fisik karena siksaan.  Itu tidak salah!  Namun sebenarnya ada dua macam aniaya yang dialami oleh orang yang sungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan:  pertama, penderitaan karena dianiaya secara fisik seperti yang dialami oleh para martir, bahkan mereka harus rela kehilangan nyawanya.  Contoh:  Stefanus yang mati dilempari batu karena imannya kepada Kristus  (baca  Kisah 7:54-60);  Kedua, penderitaan menolak kenikmatan dosa.  Saat seseorang bergumul dengan nafsu dosa di dalam tubuhnya atau saat menolak tawaran kenikmatan dosa, saat itulah ia menangis dan berdukacita.

Namun  "...barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa."  1 Petrus 4:1

Monday, January 25, 2016

RONA-RONA KEHIDUPAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Januari 2016

Baca:  Mazmur 66:1-20

"Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak."  Mazmur 66:10

Di dunia ini tidak ada sesuatu yang indah dan berharga mahal, yang dihasilkan secara kebetulan, atau muncul secara tiba-tiba, tetapi semuanya melalui sebuah proses.

     Begitu pula kehidupan rohani, jika kita rindu menjadi  'perabot'  Tuhan untuk maksud yang mulia, bukan yang kurang mulia atau biasa, tentu ada syaratnya:  "...jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak."  (2 Timotius 2:22-23a).  Pula kita harus mau menjalani proses yang Tuhan kehendaki.  Oleh karena itu milikilah sikap hati yang benar atau respons yang positif terhadap situasi-situasi yang terjadi dalam kehidupan ini.  Mungkin kita harus melewati ujian, penderitaan, masalah, kesukaran, dan berbagai macam pergumulan yang berat;  bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita atau berlaku kejam kepada kita, namun kita harus percaya bahwa  "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."  (Roma 8:28).  Tuhan memakai situasi-situasi tersebut sebagai sarana untuk membentuk memurnikan dan mendewasakan kita sampai Ia membawa kita pada sebuah kehidupan yang indah di pemandangan-Nya.

     Kehidupan kita ini bisa digambarakan seperti menu makanan yang terasa lezat, nikmat dan berkelas apabila memiliki campuran berbagai rasa yang telah dioleh dan diproses melalui dapur api oleh seorang chef  (juru masak):  terkadang ada suka, ada duka, ada manis, ada pahit, ada kesuksesan dan terkadang kegagalan.  Itulah rona-rona sebuah kehidupan!  Jika kita memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan selaku Chef yang sangat ahli dalam meramu resep, maka seberat apa pun proses yang harus kita jalani kita takkan pernah memberontak dan lari.  Memang seketika waktu kita akan merasakan betapa pedih, perih, sakit dan dukacita yang dalam, namun Tuhan pasti akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya  (baca  Pengkhotbah 3:11).

"...seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas."  Ayub 23:10