Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Januari 2016
Baca: 1 Korintus 9:24-27
"Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal." 1 Korintus 9:25a
Perjalanan kekristenan tak ubahnya pertandingan olahraga lari jarak jauh yang melewati rute berliku-liku. Ada kalanya kita menempuh jalan yang menanjak penuh kerikil dan bebatuan, atau juga menyusuri lembah yang curam dan terjal. Tuhan memanggil kita untuk turut serta dalam pertandingan tersebut bukan hanya sebagai penonton.
Ada perbedaan mencolok antara peserta dan penonton. Penonton paling mahir berkomentar, melontarkan kritikan dan hujatan terhadap peserta lomba karena ia hanya menonton, bukan turut bertanding. Kondisi berbeda harus dialami oleh peserta lomba, di mana ia harus berjuang begitu rupa di gelanggang pertandingan, bermandi peluh dan tak jarang harus mengalami cidera di tengah pertandingan. Ingatlah bahwa penonton sampai kapan pun tidak pernah berhak mendapatkan medali atau piala; yang berhak menerima adalah peserta pertandingan! Tetapi banyak orang lebih memilih menjadi penonton dan menolak panggilan Tuhan untuk turut serta dalam pertandingan iman, dengan 1001 alasan. Ada pula yang mengiyakan namun selalu menunda-nunda waktu dengan berbagai dalih. Alkitab mencatat: "...banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Matius 22:14). Memang, untuk turut ambil bagian dalam pertandingan iman bukanlah perkara mudah, ada harga yang harus dibayar. Siap atau tidak siap kita akan dihadapkan pada banyak tantangan dan hambatan.
Ada hal-hal yang harus diperhatikan saat kita menjadi peserta pertandingan iman: kita harus menanggalkan beban dan dosa. "Karena...marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi
kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi
kita." (Ibrani 12:1). Coba bayangkan jika ada peserta pertandingan yang tetap memikul beban di punggung saat berlari! Sampai berapa lama ia akan mampu bertahan? Cepat atau lambat ia pasti akan mengalami kelelahan yang sangat dan kemudian menyerah di tengah jalan. Beban berbicara tentang masalah dan pergumulan hidup ini.
Tanggalkan beban Saudara dan serahkan semua kepada Tuhan, karena di dalam Dia selalu ada jalan keluar yang terbaik!
Thursday, January 21, 2016
Wednesday, January 20, 2016
CITRA DIRI POSITIF
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Januari 2016
Baca: Yesaya 43:1-7
"...Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku." Yesaya 43:1
Citra diri (self-image) adalah sebuah keadaan dalam pikiran kita, cara kita berpikir dan merasa tentang diri kita. Ketika seseorang memiliki citra diri positif dampaknya pun akan positif: rasa percaya diri meningkat, memacu semangat dan memberi energi lebih untuk menjalani hidup sehingga segala potensi yang ada di dalam diri pun dapat di-explore secara maksimal. Bagaimana supaya kita memiliki citra diri positif? Belajarlah menerima diri sendiri apa adanya dengan segala kelemahan, kekuatan, kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Jika menyadari siapa diri kita di hadapan Tuhan seharusnya semua orang percaya memiliki citra diri positif tentang dirinya. Mengapa? "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau," (Yesaya 43:4).
Apa buktinya kita berharga di mata Tuhan? 1. Tuhan rela mengorbankan nyawa-Nya bagi kita. "Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:6-8), bahkan "sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita." (Mazmur 103:12). 2. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Walau Tuhan ada di sorga dan tidak berada di tengah-tengah kita tapi ada Roh Kudus yang diutus untuk menjadi Penolong bagi kita, bahkan Ia akan "...menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b). 3. Tuhan tidak pernah menolak kita. Karena himpitan ekonomi ada orangtua yang rela menjual bayinya, bahkan karena kelahiran si anak tidak dikehendaki ada pula ibu yang tega membuang dan bahkan membunuh bayinya. Daud berkata, "Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku." (Mazmur 27:10). Orangtua di dunia ini bisa saja menolak dan meninggalkan kita, tapi Tuhan tidak pernah menolak kita, Ia menerima kita apa adanya.
Tidak ada kasih di dunia ini seperti kasih Tuhan Yesus kepada kita!
Baca: Yesaya 43:1-7
"...Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku." Yesaya 43:1
Citra diri (self-image) adalah sebuah keadaan dalam pikiran kita, cara kita berpikir dan merasa tentang diri kita. Ketika seseorang memiliki citra diri positif dampaknya pun akan positif: rasa percaya diri meningkat, memacu semangat dan memberi energi lebih untuk menjalani hidup sehingga segala potensi yang ada di dalam diri pun dapat di-explore secara maksimal. Bagaimana supaya kita memiliki citra diri positif? Belajarlah menerima diri sendiri apa adanya dengan segala kelemahan, kekuatan, kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Jika menyadari siapa diri kita di hadapan Tuhan seharusnya semua orang percaya memiliki citra diri positif tentang dirinya. Mengapa? "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau," (Yesaya 43:4).
Apa buktinya kita berharga di mata Tuhan? 1. Tuhan rela mengorbankan nyawa-Nya bagi kita. "Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:6-8), bahkan "sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita." (Mazmur 103:12). 2. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Walau Tuhan ada di sorga dan tidak berada di tengah-tengah kita tapi ada Roh Kudus yang diutus untuk menjadi Penolong bagi kita, bahkan Ia akan "...menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b). 3. Tuhan tidak pernah menolak kita. Karena himpitan ekonomi ada orangtua yang rela menjual bayinya, bahkan karena kelahiran si anak tidak dikehendaki ada pula ibu yang tega membuang dan bahkan membunuh bayinya. Daud berkata, "Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku." (Mazmur 27:10). Orangtua di dunia ini bisa saja menolak dan meninggalkan kita, tapi Tuhan tidak pernah menolak kita, Ia menerima kita apa adanya.
Tidak ada kasih di dunia ini seperti kasih Tuhan Yesus kepada kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)