Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Januari 2016
Baca: Lukas 1:57-66
"Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-laki." Lukas 1:57
Inilah reaksi Zakharia mendengar berita sukacita dan malaikat Gabriel: "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi?" (ayat 18). Karena ketidakpercayaannya Zakharia harus menanggung akibatnya: kata malaikat itu, "Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata
sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak
percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya." (ayat 20). Zakharia bisu selama masa kehamilan isterinya.
Bayi yang dikandung Elisabet bukanlah bayi biasa. Ada rencana Allah yang besar yaitu menjadikannya kelak sebagai utusan Allah untuk mendahului Yesus Kristus, Sang Mesias: "...ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau
minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim
ibunya; ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka," (Lukas 1:15-16). Yohanes harus menjalani kehidupan yang baik: tidak minum anggur atau minuman keras.
Kita tahu perjanjian selalu melibatkan dua pihak yang sepakat. "Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?" (Amos 3:3). Dalam hal perjanjian Tuhan dengan manusia, pihak pertama adalah Tuhan, pihak kedua adalah orang percaya. Bagian Tuhan adalah menggenapi janji-Nya, sedangkan bagian kita adalah hidup dalam perjanjian-Nya, menaati firman-Nya. Dalam menantikan janji Tuhan ini kita dituntut percaya sampai janji-Nya digenapi. Masa penantian adalah masa yang menentukan. Banyak yang gagal dalam 'ujian' menanti waktu Tuhan. "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!" (Mazmur 27:14).
Mendapatkan seorang putera di masa tua benar-benar mendatangkan sukacita besar bagi Elisabet dan Zakharia. Sesuai pesan Gabriel mereka menamai anak itu Yohanes, yang kemudian disebut Yohanes Pembaptis, orang yang dipakai Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi Mesias yang dinanti-nantikan orang Yahudi. Zakharia dan Elisabet yang menabur doa dengan cucuran air mata kini menuai sukacita!
"Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak, penuh sukacita. Haleluya!" Mazmur 113:9
Friday, January 15, 2016
Thursday, January 14, 2016
ELISABET: Dihapuskan Aibnya
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Januari 2016
Baca: Lukas 1:5-25
"Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang." Lukas 1:25
Ada beberapa wanita yang tercatat di Alkitab yang mengalami mujizat dari Tuhan yaitu memiliki keturunan di usia yang sudah tua: Sara, Hana dan juga Elisabet. Hari ini kita akan bahas tentang Elisabet.
Elisabet adalah isteri seorang imam bernama Zakharia. "Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat." (ayat 6). Meski memiliki hati yang takut akan Tuhan (hidup benar) bukan berarti mereka terbebas dari masalah. Siapa pun di dunia ini tidak akan pernah luput dari masalah atau penderitaan yang merupakan bagian dari kehidupan ini. Musa pun mengakui bahwa kebanggaan hidup manusia adalah kesukaran dan penderitaan (baca Mazmur 90:10). Masalah Elisabet dan suaminya adalah: "...mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya." (Lukas 1:7). Demikianlah, sebuah keluarga tidaklah lengkap tanpa kehadiran anak. Di zaman dahulu kemandulan merupan aib dan menimbulkan stigma negatif bagi wanita tersebut dan juga suaminya. Bahkan di kalangan Yahudi besar kemungkinan mereka akan dikucilkan oleh lingkungan, apalagi status Zakharia yang adalah seorang imam. Puluhan tahun lamanya keluarga ini harus mengalami tekanan, cibiran, hinaan dan olokan dari orang-orang sekitar. Meski demikian hal itu tidak membuat mereka kecewa kepada Tuhan. Mereka tetap setia melayani Tuhan. Elisabet juga sangat beruntung memiliki suami yang saleh. Meski tahu bahwa ia mandul Zakharia tidak bersikap semena-mena atau meninggalkannya.
Sebagai manusia mereka tidak memiliki cara menghapus aib tersebut, kecuali hanya berdoa memohon belas kasihan Tuhan. "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (Lukas 18:7). Janji Tuhan pun digenapi, Ia mengutus malaikat Gabriel untuk menyampaikan kabar sukacita: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes." (Lukas 1:13).
"Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;" Mazmur 25:3
Baca: Lukas 1:5-25
"Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang." Lukas 1:25
Ada beberapa wanita yang tercatat di Alkitab yang mengalami mujizat dari Tuhan yaitu memiliki keturunan di usia yang sudah tua: Sara, Hana dan juga Elisabet. Hari ini kita akan bahas tentang Elisabet.
Elisabet adalah isteri seorang imam bernama Zakharia. "Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat." (ayat 6). Meski memiliki hati yang takut akan Tuhan (hidup benar) bukan berarti mereka terbebas dari masalah. Siapa pun di dunia ini tidak akan pernah luput dari masalah atau penderitaan yang merupakan bagian dari kehidupan ini. Musa pun mengakui bahwa kebanggaan hidup manusia adalah kesukaran dan penderitaan (baca Mazmur 90:10). Masalah Elisabet dan suaminya adalah: "...mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya." (Lukas 1:7). Demikianlah, sebuah keluarga tidaklah lengkap tanpa kehadiran anak. Di zaman dahulu kemandulan merupan aib dan menimbulkan stigma negatif bagi wanita tersebut dan juga suaminya. Bahkan di kalangan Yahudi besar kemungkinan mereka akan dikucilkan oleh lingkungan, apalagi status Zakharia yang adalah seorang imam. Puluhan tahun lamanya keluarga ini harus mengalami tekanan, cibiran, hinaan dan olokan dari orang-orang sekitar. Meski demikian hal itu tidak membuat mereka kecewa kepada Tuhan. Mereka tetap setia melayani Tuhan. Elisabet juga sangat beruntung memiliki suami yang saleh. Meski tahu bahwa ia mandul Zakharia tidak bersikap semena-mena atau meninggalkannya.
Sebagai manusia mereka tidak memiliki cara menghapus aib tersebut, kecuali hanya berdoa memohon belas kasihan Tuhan. "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (Lukas 18:7). Janji Tuhan pun digenapi, Ia mengutus malaikat Gabriel untuk menyampaikan kabar sukacita: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes." (Lukas 1:13).
"Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;" Mazmur 25:3
Subscribe to:
Posts (Atom)