Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Januari 2016
Baca: Markus 9:33-37
"Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu..." Markus 9:36
Keagungan hidup seseorang menurut Tuhan Yesus adalah ketika ia menunjukkan sikap mengasihi dan melayani orang-orang kecil yang dipandang hina oleh sesamanya. Tetapi yang terjadi di zaman sekarang ini orang yang dipandang 'besar' oleh dunia justru bersikap semena-mena terhadap orang kecil.
Tindakan Tuhan Yesus mengambil seorang anak kecil, menempatkan di tengah murid-murid-Nya dan memeluknya (ayat nas) adalah gambaran sikap bagaimana Ia bahkan sangat menghargai dan memperhatikan anak kecil. Karena itu seorang pemimpin yang mau memperhatikan dan membela hak-hak rakyat kecil adalah orang yang besar di mata Tuhan. Umumnya ketika seseorang menjadi pemimpin atau sudah berada di 'atas' cenderung lupa diri dan kemudian menggunakan jurus 'aji mumpung' dengan menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan yang dimiliki untuk menindas rakyat kecil: "...pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan
besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas
mereka." (Matius 20:25). Kesediaan Tuhan Yesus melayani orang-orang kecil (miskin), tak terpandang, rendah dan hina justru membuat-Nya semakin dimuliakan oleh Bapa di sorga. "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama," (Filipi 2:9).
Jika Tuhan Yesus saja bersedia melayani orang-orang yang dipandang rendah oleh manusia, sangatlah tidak pantas jika kita memiliki sikap yang bertentangan, sebab "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Sebagai orang percaya kita adalah utusan-utusan Kristus. Utusan berarti mencerminkan atau merepresentasikan pengutusnya. Tuhan Yesus adalah utusan Bapa; karena Bapa adalah kasih, Dia pun menunjukkan kasih-Nya melalui sikap dan perbuatan secara nyata. Begitu pula Tuhan Yesus mengutus kita untuk melayani jiwa-jiwa dan menyampaikan kabar keselamatan kepada mereka. Tetapi bila kehidupan kita tidak mencerminkan Kristus hidup, layakkah kita disebut utusan Kristus?
Sebagaimana Kristus datang untuk melayani, kita pun diutus-Nya untuk melayani!
Monday, January 11, 2016
Sunday, January 10, 2016
MENJADI TERBESAR: Impian Setiap Orang
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Januari 2016
Baca: Markus 9:33-37
"Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya." Markus 9:35
Kapernaum adalah salah satu kota penting tidak asing bagi pelayanan Tuhan Yesus. Banyak perkara dikerjakan Tuhan Yesus di kota itu: menyembuhkan hamba seorang perwira, menyembuhkan orang lumpuh yang diturunkan dari atap rumah, mengajar dan juga memanggil murid-murid dan sebagainya. Karena itu Alkitab menyebut Kapernaum sebagai kota-Nya sendiri (baca Matius 9:1).
Ironisnya meski banyak mujizat dikerjakan oleh Tuhan Yesus di Kapernaum hanya sedikit orang yang mau percaya kepada-Nya. Di kota itu pula saat berkumpul dengan murid-murid-Nya Tuhan Yesus mendengar perdebatan mereka yang mempersoalkan tentang siapa di antara mereka yang layak menjadi murid Tuhan yang 'terbesar'. Jujur saja tidak ada seorang pun yang mau menjadi orang 'terkecil', dipandang sebelah mata atau diremehkan oleh sesamanya. Sebaliknya semua orang memiliki keinginan atau hasrat untuk menjadi yang terbesar. Bukan rahasia pula jika manusia seringkali mengukur 'kebesaran' seseorang berdasarkan apa yang mereka lihat secara kasat mata: memiliki banyak gelar, berpangkat dan memiliki harta kekayaan melimpah. Karena itu dunia berpandangan bahwa orang yang terbesar adalah orang yang selalu dilayani dan disebut boss, sedangkan orang yang melayani adalah orang kecil atau bawahan. Namun apalah artinya kita menjadi terbesar di hadapan manusia tetapi keberadaan kita ini terkecil' alias tidak dianggap oleh Tuhan?
Untuk menjadi yang terbesar Tuhan Yesus justru memiliki pola yang berbeda yaitu harus melayani, bukan dilayani, sama seperti Dia datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (baca Matius 20:28). Seorang hamba Tuhan yang tidak hanya memperhatikan jemaat kaya tetapi juga mau 'turun' untuk melayani jemaat miskin masuk kategori sebagai orang terbesar di mata Tuhan. Sayang sekali di zaman sekarang ini masih saja ada hamba-hamba Tuhan yang pilih-pilih tempat ketika melayani, bahkan ada yang memasang bandrol (tarif) dan meminta fasilitas yang serba 'wah' ketika diundang untuk berkhotbah, tidak jauh berbeda dengan selebriti dunia.
Yang terbesar di mata Tuhan adalah mereka yang mau melayani, bukan dilayani!
Baca: Markus 9:33-37
"Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya." Markus 9:35
Kapernaum adalah salah satu kota penting tidak asing bagi pelayanan Tuhan Yesus. Banyak perkara dikerjakan Tuhan Yesus di kota itu: menyembuhkan hamba seorang perwira, menyembuhkan orang lumpuh yang diturunkan dari atap rumah, mengajar dan juga memanggil murid-murid dan sebagainya. Karena itu Alkitab menyebut Kapernaum sebagai kota-Nya sendiri (baca Matius 9:1).
Ironisnya meski banyak mujizat dikerjakan oleh Tuhan Yesus di Kapernaum hanya sedikit orang yang mau percaya kepada-Nya. Di kota itu pula saat berkumpul dengan murid-murid-Nya Tuhan Yesus mendengar perdebatan mereka yang mempersoalkan tentang siapa di antara mereka yang layak menjadi murid Tuhan yang 'terbesar'. Jujur saja tidak ada seorang pun yang mau menjadi orang 'terkecil', dipandang sebelah mata atau diremehkan oleh sesamanya. Sebaliknya semua orang memiliki keinginan atau hasrat untuk menjadi yang terbesar. Bukan rahasia pula jika manusia seringkali mengukur 'kebesaran' seseorang berdasarkan apa yang mereka lihat secara kasat mata: memiliki banyak gelar, berpangkat dan memiliki harta kekayaan melimpah. Karena itu dunia berpandangan bahwa orang yang terbesar adalah orang yang selalu dilayani dan disebut boss, sedangkan orang yang melayani adalah orang kecil atau bawahan. Namun apalah artinya kita menjadi terbesar di hadapan manusia tetapi keberadaan kita ini terkecil' alias tidak dianggap oleh Tuhan?
Untuk menjadi yang terbesar Tuhan Yesus justru memiliki pola yang berbeda yaitu harus melayani, bukan dilayani, sama seperti Dia datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (baca Matius 20:28). Seorang hamba Tuhan yang tidak hanya memperhatikan jemaat kaya tetapi juga mau 'turun' untuk melayani jemaat miskin masuk kategori sebagai orang terbesar di mata Tuhan. Sayang sekali di zaman sekarang ini masih saja ada hamba-hamba Tuhan yang pilih-pilih tempat ketika melayani, bahkan ada yang memasang bandrol (tarif) dan meminta fasilitas yang serba 'wah' ketika diundang untuk berkhotbah, tidak jauh berbeda dengan selebriti dunia.
Yang terbesar di mata Tuhan adalah mereka yang mau melayani, bukan dilayani!
Subscribe to:
Posts (Atom)