Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Januari 2016
Baca: 1 Samuel 25:2-22
"Perempuan itu bijak dan cantik, tetapi laki-laki itu kasar dan jahat kelakuannya." 1 Samuel 25:3b
Alkitab mencatat bahwa Abigail adalah wanita yang cantik dan juga bijaksana, tetapi sayang suaminya (Nabal) berperilaku kasar, jahat dan juga kikir, padahal ia "...mempunyai perusahaan di Karmel...mempunyai tiga ribu ekor domba dan seribu ekor kambing." (ayat 2). Adapun arti Abigail adalah sumber kebahagiaan, sedangkan arti Nabal adalah bebal atau bodoh. Ditinjau dari garis keturunan, Nabal adalah keturunan Kaleb, tetapi kelakuannya sama sekali tidak mencerminkan orang yang mengenal Tuhan.
Pada waktu itu Daud sedang dalam pelarian karena terus dikejar-kejar Saul yang hendak membunuhnya. Dalam situasi sulit ini tentunya Daud dan orang-orangnya pasti membutuhkan bantuan makanan dan sebagainya. Ia mendengar kabar bahwa Nabal sedang mencukur domba-dombanya. Menurut tradisi di Israel, masa mencukur bulu domba adalah masa yang tepat untuk menyambut tamu. Karena itu Daud pun mengutus 10 orang anak buahnya menemui Nabal dengan harapan akan mendapat bantuan, apalagi selama ini Daud dan pasukannya telah ikut membantu pegawai Nabal menjaga kawanan ternak Nabal, sehingga tak satu pun ternaknya hilang dicuri penjahat atau diterkam binatang buas. "Mereka seperti pagar tembok sekeliling kami siang malam, selama kami menggembalakan domba-domba di dekat mereka." (1 Samuel 25:16). Namun bagaimana respons Nabal? ia berkata, "Siapakah Daud? Siapakah anak Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada banyak hamba-hamba yang lari dari tuannya. Masakan aku mengambil rotiku, air minumku dan hewan bantaian yang
kubantai bagi orang-orang pengguntingku untuk memberikannya kepada
orang-orang yang aku tidak tahu dari mana mereka datang?" (1 Samuel 25:10-11). Sikap sombong Nabal ini menimbulkan kemarahan Daud, sehingga ia mengutus 400 orang untuk menemui Nabal dan berniat membunuhnya.
Tetapi Abigail, yang mengetahui maksud kunjungan utusan itu, mempersiapkan makanan dan anggur untuk dikirim mendahului para utusan dan segera menemui Daud (1 Samuel 25:18-19).
Tindakan Abigail mampu meredam amarah Daud dan melunakkan hatinya, sehingga ia batal melakukan tindakan balas dendam.
Friday, January 8, 2016
Thursday, January 7, 2016
TUHAN YANG MENUNTUN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Januari 2016
Baca: Mazmur 25:1-22
"Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya." Mazmur 25:12
Seorang dapat membuat pilihan hidup yang benar seiring bertambahnya tingkat kedewasaan rohani. Tingkat kedewasaan rohani tidak ada kaitannya dengan usia, tingkat sosial atau berapa lama menjadi Kristen, tapi berbicara tentang pertumbuhan iman di dalam Tuhan dan bagaimana mengaplikasikan ajaran firman ke dalam kehidupan nyata. Seseorang dikatakan dewasa rohani bila memiliki pancaindera yang terlatih, sehingga mampu membedakan yang baik dari pada yang jahat (baca Ibrani 5:14). Dengan kata lain orang yang dewasa rohani adalah orang yang takut akan Tuhan; dan terhadap orang yang takut akan Dia Tuhan akan menunjukkan jalan yang harus dipilihnya (ayat nas).
Rasul Paulus berdoa untuk jemaat di Filipi: "Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus," (Filipi 1:9-10). Untuk memiliki hati yang takut akan Tuhan kita harus bertumbuh dalam kasih dan memiliki pengenalan (pengetahuan) yang benar akan Tuhan. Jadi kasih dan pengetahuan adalah dua hal yang saling melengkapi dan tak terpisahkan. Saat kita bertumbuh dalam kasih dan pengetahuan yang benar tentang Tuhan, kita beroleh kekuatan untuk membuat pilihan hidup yang benar. Saat kita memilih beribadah kepada Tuhan artinya kita datang ke gereja bukan hanya sebagai rutinitas belaka, melainkan bersedia mempersembahkan seluruh keberadaan hidup kita kepada Tuhan. "...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1).
Ibadah sejati berbicara tentang ketaatan, kesetiaan dan pengabdian kita kepada Tuhan. Kita berserah secara total kepada Tuhan dan percaya kepada setiap rencana-Nya. Inilah yang mendorong kita untuk menuruti firman-Nya dan mengikuti jalan-Nya, karena kita tahu bahwa jalan Tuhan adalah yang terbaik bagi kita.
"Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya." Mazmur 25:10
Baca: Mazmur 25:1-22
"Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya." Mazmur 25:12
Seorang dapat membuat pilihan hidup yang benar seiring bertambahnya tingkat kedewasaan rohani. Tingkat kedewasaan rohani tidak ada kaitannya dengan usia, tingkat sosial atau berapa lama menjadi Kristen, tapi berbicara tentang pertumbuhan iman di dalam Tuhan dan bagaimana mengaplikasikan ajaran firman ke dalam kehidupan nyata. Seseorang dikatakan dewasa rohani bila memiliki pancaindera yang terlatih, sehingga mampu membedakan yang baik dari pada yang jahat (baca Ibrani 5:14). Dengan kata lain orang yang dewasa rohani adalah orang yang takut akan Tuhan; dan terhadap orang yang takut akan Dia Tuhan akan menunjukkan jalan yang harus dipilihnya (ayat nas).
Rasul Paulus berdoa untuk jemaat di Filipi: "Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus," (Filipi 1:9-10). Untuk memiliki hati yang takut akan Tuhan kita harus bertumbuh dalam kasih dan memiliki pengenalan (pengetahuan) yang benar akan Tuhan. Jadi kasih dan pengetahuan adalah dua hal yang saling melengkapi dan tak terpisahkan. Saat kita bertumbuh dalam kasih dan pengetahuan yang benar tentang Tuhan, kita beroleh kekuatan untuk membuat pilihan hidup yang benar. Saat kita memilih beribadah kepada Tuhan artinya kita datang ke gereja bukan hanya sebagai rutinitas belaka, melainkan bersedia mempersembahkan seluruh keberadaan hidup kita kepada Tuhan. "...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1).
Ibadah sejati berbicara tentang ketaatan, kesetiaan dan pengabdian kita kepada Tuhan. Kita berserah secara total kepada Tuhan dan percaya kepada setiap rencana-Nya. Inilah yang mendorong kita untuk menuruti firman-Nya dan mengikuti jalan-Nya, karena kita tahu bahwa jalan Tuhan adalah yang terbaik bagi kita.
"Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya." Mazmur 25:10
Subscribe to:
Posts (Atom)