Friday, January 1, 2016

TAHUN BARU: Mengandalkan Tuhan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Januari 2016

Baca:  Yesaya 31:1-9

"Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN."  Yesaya 31:1

Hari ini adalah hari pertama di tahun yang baru.  Jika memperhatikan apa yang sedang terjadi di dunia saat ini, secara manusia kita pasti mengalami ketakutan dan kekuatiran.  Goncangan terjadi bukan hanya di bidang ekonomi saja, tapi hampir di segala aspek kehidupan terjadi goncangan.  Apa yang akan terjadi esok hari?  Keadaan akan semakin membaik atau bertambah buruk tak seorang pun manusia yang tahu.  Kita hanya bisa menebak, menerka dan mereka-reka.  Karena itu  "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu."  (Amsal 27:1).

     Menghadapi masa-masa sukar seperti ini apa yang harus kita lakukan?  Apakah kita tetap mengeraskan hati dengan bersandar kepada kekuatan dan kemampuan diri sendiri, atau berharap kepada sesama yang mungkin dapat diandalkan?  Alkitab memperingatkan dengan keras:  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk."  (Yeremia 17:5-6).  Kekuatan manusia sangat terbatas dan kita pasti akan kecewa bila berharap kepadanya.  "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?"  (Yesaya 2:22).

     Nabi Yesaya memperingatkan bangsa Israel untuk tidak mencari pertolongan ke Mesir, mengandalkan kuda, kereta dan pasukan berkuda,  "Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang berkuasa. Apabila TUHAN mengacungkan tangan-Nya, tergelincirlah yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya habis binasa bersama-sama."  (Yesaya 31:3).

Satu-satunya yang dapat kita andalkan dalam menjalani kehidupan ini hanyalah Tuhan, bukan yang lain!

Thursday, December 31, 2015

MEMPERBAHARUI KOMITMEN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Desember 2015

Baca:  Yosua 24:14-28

"Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan."  Yosua 24:24

Hari ini kita berada di penghujung tahun 2015, di ambang tahun yang baru.  Sudah menjadi tradisi menjelang pergantian tahun orang-orang tampak hiruk-pikuk menyambut momen ini.  Mereka berkumpul menjelang tengah malam pergantian tahun dengan menggelar pesta, konser musik, pawai keliling kota dengan terompet dan juga kembang api.  Tak ketinggalan pusat-pusat perbelanjaan juga turut memeriahkan acara tutup tahun dengan memberikan discount besar-besaran;  hotel-hotel berbintang pun menggunakan kesempatan emas ini dengan menawarkan paket promo bagi keluarga yang merayakan tahun baru dengan menginap di hotel tersebut.

     Bagi orang percaya momen pergantian tahun ini seharusnya menjadi kesempatan instropeksi diri, bukan pesta pora atau berhura-hura.  Banyak perkara sudah terlewati sepanjang tahun 2015 ini, dan jika kita bisa menjalaninya serta mampu tegak berdiri sampai detik ini jangan pernah berkata bahwa semua itu karena kebetulan atau karena kuat dan gagah kita, melainkan karena Tuhan yang ada di samping kita:  menuntun, menyertai, menopang dan bahkan menggendong kita.  Karena itu tidak ada kata lain selain mengucap syukur kepada Tuhan!  Kegagalan, keterpurukan, doa-doa yang tidak terjawab sepanjang tahun ini seringkali merupakan akibat dari keputusan-keputusan salah yang telah kita ambil atau pilihan-pilihan hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.  Jangan pernah mengambinghitamkan orang lain atau keadaan, terlebih-lebih menyalahkan Tuhan, sebab pilihan kita menentukan kehidupan kita di kemudian hari.  Marilah mencontoh Yosua yang berani membuat keputusan untuk beribadah kepada Tuhan, tidak seperti kebanyakan orang yang lebih memilih untuk tidak taat dan menuruti keinginan diri sendiri.

     Yang lalu biarlah berlalu!  Jadikan hal itu sebagai pelajaran berharga dan guru terbaik.  Bersyukurlah jika kita masih beroleh kesempatan dari Tuhan untuk memperbaharui komitmen kita.

"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!"  Ibrani 4:7