Thursday, December 24, 2015

BERINTEGRITAS: Bahagia Keturunannya

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Desember 2015

Baca:  Amsal 20:1-30

"Orang benar yang bersih kelakuannya--berbahagialah keturunannya."  Amsal 20:7

Dalam surat kepada Timotius rasul Paulus menyatakan:  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  (2 Timotius 3:16).

     Ketika seseorang  'tinggal'  dalam firman-Nya kuasa firman itu akan bekerja secara dahsyat:  mengajar, menegur, memerbaiki dan mendidik, sehingga karakter hidupnya makin diperbaharui dari hari ke sehari, kepekaan rohaninya pun semakin bertambah-tambah sehingga pancainderanya pun semakin  "...terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."  (Ibrani 5:14).  Tinggal di dalam firman berarti menjadi pelaku firman.  Orang yang taat melakukan firman Tuhan bisa dipastikan memiliki kelakuan yang bersih.  Bersih kelakuannya dalam Alkitab versi English Amplified ditulis sebagai integrity atau integritas.  Definisi integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan;  kejujuran.  Orang yang memiliki integritas berarti memiliki kualitas hidup yang baik, jasmani dan rohani.  Secara Alkitabiah orang yang berintegritas memiliki hati yang takut akan Tuhan, menghormati Tuhan, memihak kepada kebenaran dan tidak berkompromi dengan dosa.  Orang yang berintegritas berarti orang yang tidak plin plan dalam perkataan dan perbuatan  (bisa dipercaya).  Bukti nyata integritas seseorang adalah mengerjakan segala sesuatu dengan kualitas yang terbaik, bukan ala kadarnya.  "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,"  (Pengkhotbah 9:10), dan  "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."  (Kolose 3:23).

     Tidak ada kata  'rugi'  bagi setiap orang yang melakukan firman Tuhan, berkelakuan bersih atau punya integritas, sebab Tuhan menyediakan upahnya yaitu hidupnya akan berbahagia dan diberkati, bahkan berkat itu akan turun sampai ke anak cucu;  blessed are his children after him  (terberkatilah keturunannya).

Daud berkata,  "Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;"  Mazmur 37:25

Wednesday, December 23, 2015

MATERI BUKAN SUMBER KEBAHAGIAAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2015

Baca:  Lukas 11:27-28

"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."  Lukas 11:28

Semua orang tanpa terkecuali pasti mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya.  Tetapi berbicara tentang kebahagiaan, sebagian besar orang akan menilai dan mengukurnya dari sisi materi atau apa yang terlihat secara kasat mata.  Kita berpikir jika seseorang bergelimang harta benda, memiliki rumah dan mobil mewah, terkenal seperti selebriti atau berpangkat tinggi, hari-hari yang dijalani pasti dipenuhi oleh gelak tawa dan kebahagiaan.  Benarkah demikian?  Faktanya tidaklah demikian.  Banyak orang kaya dan terkenal hidupnya merana dan tidak bahagia.  Ternyata kekayaan, harta benda, uang dan segala hal yang ada di dunia ini tidak mampu memberikan jaminan kebahagiaan yang sejati.  Semuanya hanya bersifat semu belaka!

     Suatu ketika Tuhan Yesus bertemu dengan orang yang sedang kerasukan setan, yang membuatnya tidak bisa berbicara  (bisu).  Lalu tergeraklah hati Tuhan Yesus untuk menjamah orang itu dan mengusir roh jahat tersebut.  Mujizat pun terjadi!  Melihat kejadian itu banyak orang menjadi takjub, tetapi ada pula yang tidak suka dan benci dengan tindakan Tuhan Yesus dengan mengatakan bahwa Ia melakukan itu dengan kuasa Beelzebul, atau penghulu setan.  Tetapi ada seorang wanita yang datang kepada Tuhan dengan berkata,  "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau. Tetapi Ia berkata: 'Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.'"  (Lukas 11:27-28).  Tuhan Yesus dengan sangat jelas menyatakan bahwa kebahagiaan hidup seseorang tidak ditentukan oleh faktor materi.  Sumber kebahagiaan hidup yang sejati adalah ketika seseorang  "...mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." 

     Ketaatan melakukan firman Tuhan dan memraktekkan dalam kehidupan sehari-hari itulah sumber kebahagiaan sejati.  Yakobus menulis:  "Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya."  (Yakobus 1:25).

Ingin memiliki hidup yang penuh kebahagiaan?  Jadilah pelaku firman Tuhan!