Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2015
Baca: Lukas 11:27-28
"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." Lukas 11:28
Semua orang tanpa terkecuali pasti mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Tetapi berbicara tentang kebahagiaan, sebagian besar orang akan menilai dan mengukurnya dari sisi materi atau apa yang terlihat secara kasat mata. Kita berpikir jika seseorang bergelimang harta benda, memiliki rumah dan mobil mewah, terkenal seperti selebriti atau berpangkat tinggi, hari-hari yang dijalani pasti dipenuhi oleh gelak tawa dan kebahagiaan. Benarkah demikian? Faktanya tidaklah demikian. Banyak orang kaya dan terkenal hidupnya merana dan tidak bahagia. Ternyata kekayaan, harta benda, uang dan segala hal yang ada di dunia ini tidak mampu memberikan jaminan kebahagiaan yang sejati. Semuanya hanya bersifat semu belaka!
Suatu ketika Tuhan Yesus bertemu dengan orang yang sedang kerasukan setan, yang membuatnya tidak bisa berbicara (bisu). Lalu tergeraklah hati Tuhan Yesus untuk menjamah orang itu dan mengusir roh jahat tersebut. Mujizat pun terjadi! Melihat kejadian itu banyak orang menjadi takjub, tetapi ada pula yang tidak suka dan benci dengan tindakan Tuhan Yesus dengan mengatakan bahwa Ia melakukan itu dengan kuasa Beelzebul, atau penghulu setan. Tetapi ada seorang wanita yang datang kepada Tuhan dengan berkata, "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau. Tetapi Ia berkata: 'Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.'" (Lukas 11:27-28). Tuhan Yesus dengan sangat jelas menyatakan bahwa kebahagiaan hidup seseorang tidak ditentukan oleh faktor materi. Sumber kebahagiaan hidup yang sejati adalah ketika seseorang "...mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."
Ketaatan melakukan firman Tuhan dan memraktekkan dalam kehidupan sehari-hari itulah sumber kebahagiaan sejati. Yakobus menulis: "Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang
memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya
mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia
akan berbahagia oleh perbuatannya." (Yakobus 1:25).
Ingin memiliki hidup yang penuh kebahagiaan? Jadilah pelaku firman Tuhan!
Wednesday, December 23, 2015
Tuesday, December 22, 2015
APA YANG PATUT DISOMBONGKAN?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2015
Baca: Yesaya 2:6-22
"Manusia yang sombong akan ditundukkan dan orang yang angkuh akan direndahkan;" Yesaya 2:17
Salah satu sifat yang sangat dibenci Tuhan adalah sombong, yaitu menghargai diri secara berlebihan, congkak atau pongah. Sombong berarti pula suatu keadaan perasaan merasa diri lebih dari orang lain, yang akhirnya meninbulkan sikap menyepelekan dan menganggap remeh orang lain. Karena kesombongannya Iblis memberontak dan ingin menyamai Tuhan; dan karena pemberontakan tersebut mereka dihalau dari hadapan Tuhan. "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi! Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur." (Yesaya 14:12-15).
Banyak orang yang sombong. Tidak hanya orang-orang dunia yang belum mengenal Tuhan, tetapi ada anak-anak Tuhan, bahkan mereka yang sudah terlibat dalam pelayanan berlaku demikian. banyak faktor yang membuat orang berlaku sombong: merasa pintar, merasa hebat, merasa populer, merasa kaya, ganteng atau cantik, punya jabatan atau pangkat tinggi, pelayanan lebih berhasil, dan masih banyak lagi. Alkitab menyatakan, "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 16:5). Penulis Amsal juga menulis bahwa mata sombong merupakan salah satu dari tujuh perkara yang sangat dibenci Tuhan (baca Amsal 6:16-19). Kita tahu mata berfungsi untuk memandang atau melihat. Jadi mata sombong berarti memandang rendah orang lain, atau menganggap diri sendiri lebih dari orang lain.
Siapakah kita ini sehingga merasa diri lebih dari orang lain? Di hadapan Tuhan semua manusia adalah sama. Sebagai manusia kita ini "...tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22).
Jangan sombong! Tanpa Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa dan bukan siapa-siapa!
Baca: Yesaya 2:6-22
"Manusia yang sombong akan ditundukkan dan orang yang angkuh akan direndahkan;" Yesaya 2:17
Salah satu sifat yang sangat dibenci Tuhan adalah sombong, yaitu menghargai diri secara berlebihan, congkak atau pongah. Sombong berarti pula suatu keadaan perasaan merasa diri lebih dari orang lain, yang akhirnya meninbulkan sikap menyepelekan dan menganggap remeh orang lain. Karena kesombongannya Iblis memberontak dan ingin menyamai Tuhan; dan karena pemberontakan tersebut mereka dihalau dari hadapan Tuhan. "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi! Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur." (Yesaya 14:12-15).
Banyak orang yang sombong. Tidak hanya orang-orang dunia yang belum mengenal Tuhan, tetapi ada anak-anak Tuhan, bahkan mereka yang sudah terlibat dalam pelayanan berlaku demikian. banyak faktor yang membuat orang berlaku sombong: merasa pintar, merasa hebat, merasa populer, merasa kaya, ganteng atau cantik, punya jabatan atau pangkat tinggi, pelayanan lebih berhasil, dan masih banyak lagi. Alkitab menyatakan, "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 16:5). Penulis Amsal juga menulis bahwa mata sombong merupakan salah satu dari tujuh perkara yang sangat dibenci Tuhan (baca Amsal 6:16-19). Kita tahu mata berfungsi untuk memandang atau melihat. Jadi mata sombong berarti memandang rendah orang lain, atau menganggap diri sendiri lebih dari orang lain.
Siapakah kita ini sehingga merasa diri lebih dari orang lain? Di hadapan Tuhan semua manusia adalah sama. Sebagai manusia kita ini "...tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22).
Jangan sombong! Tanpa Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa dan bukan siapa-siapa!
Subscribe to:
Posts (Atom)