Sunday, December 20, 2015

TIDAK BERMEGAH SECARA DUNIAWI (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Desember 2015

Baca:  2 Korintus 11:16-33

"Karena banyak orang yang bermegah secara duniawi, aku mau bermegah juga."  2 Korintus 11:8

Di zaman sekarang ini banyak orang cenderung bersikap sombong dan angkuh, merasa diri lebih pintar dan lebih hebat dari orang lain sehingga sulit sekali bisa menghargai orang lain.  Itulah keadaan manusia di akhir zaman, seperti yang disampaikan oleh rasul Paulus.  "Mereka akan membual dan menyombongkan diri,...tidak dapat mengekang diri,...berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah."  (2 Timotius 3:2-4).  Kapan pun ketika beroleh kesempatan untuk berbicara di hadapan orang lain umumnya kita tidak dapat menahan bibir untuk berbicara panjang lebar tentang segala hal yang bisa dibanggakan secara lahiriah.  Jarang sekali kita mengakui kelemahan dan kekurangan kita, sebaliknya kita bersemangat menceritakan segala kelebihan-kelebihan yang ada:  kepintaran, kekuatan, kekayaan, jabatan, prestasi yang telah dicapai dan sebagainya, mulai dari A sampai Z, tanpa ada yang tertinggal.

     Banyak orang cenderung bermegah secara duniawi yaitu memegahkan diri dengan apa yang dimiliki untuk menunjukkan siapa  'aku'  yang akhirnya mengarah kepada kesombongan.  "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda,"  (Mazmur 20:8).  Rasul Paulus menasihati,  "...supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah...Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan."  (1 Korintus 1:29, 31).  Sesungguhnya rasul Paulus memiliki banyak hal untuk bermegah, punya alasan untuk membanggakan diri karena dia adalah seorang pemberita Injil yang hebat dan dipakai Tuhan secara luar biasa, juga dengan latar belakang pendidikan yang mumpuni;  meski demikian ia tidak bersikap seperti yang dilakukan oleh orang-orang dunia pada umumnya.  "Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah."  (Filipi 3:4).  Justru sebaliknya ia berkata,  "Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku."  (2 Korintus 11:30).

     'Kelemahan'  yang dimaksudkan bukanlah sesuatu yang seringkali menjadi titik lemah atau faktor penyebab seseorang mengalami jatuh bangun dalam dosa.  Kelemahan ini berbicara tentang masalah, tekanan, kesukaran, penderitaan atau pergumulan yang disebabkan ketika seseorang hidup dalam kebenaran.  (Bersambung)

Saturday, December 19, 2015

BARNABAS: Semangat Melayani Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Desember 2015

Baca:  Kisah Para Rasul 11:19-26

"Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman."  Kisah 11:23-24

Nama Barnabas tidaklah terlalu asing di telinga kebanyakan orang Kristen tapi tidak semua tahu betul siapa Barnabas.

     Barnabas berasal dari suku Lewi, keluarga imam yang turun-temurun bertugas di Bait Tuhan  (suku Lewi adalah suku Israel yang dikhususkan Tuhan untuk melayani-Nya di Bait Suci).  "Demikianlah harus engkau mentahirkan mereka dari tengah-tengah orang Israel, supaya orang Lewi itu menjadi kepunyaan-Ku."  (Bilangan 8:14).  Tetapi setelah keluarganya pindah ke Siprus Barnabas tidak lagi bertugas di Bait Tuhan, ia menjadi anggota gereja di Yerusalem  (bagian dari jemaat mula-mula).  Kita tahu bahwa jemaat mula-mula adalah cikal bakal gereja Tuhan, kumpulan orang-orang yang sangat mengasihi Tuhan.  Karena kasihnya kepada Tuhan dan sesama mereka rela menjual harta miliknya untuk dipersembahkan kepada Tuhan dan dibagikan kepada saudara seiman yang memerlukan.  "Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul."  (Kisah 4:36-37).

Bukan kebetulan jika para rasul menyebut Barnabas sebagai anak penghiburan, karena ia telah menunjukkan kualitas hidup rohani yang baik dan mampu menjadi berkat bagi orang lain.  "Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman."  (ayat nas).  Melalui kesaksian hidupnya ia mampu membawa sejumlah orang kepada Tuhan.  Barnabas juga dipakai Tuhan untuk melihat potensi besar dalam diri Paulus yang waktu itu masih bernama Saulus.  Ketika banyak orang takut dan ragu menerima Paulus yang bereputasi buruk sebagai penganiaya jemaat Tuhan, justru  "...Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus."  (Kisah 9:27).

Barnabas menjadi penyemangat orang lain untuk melayani Tuhan berkat totalitasnya dalam pelayanan dan hidup yang menjadi kesaksian.