Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Desember 2015
Baca: Kidung Agung 7:6-13
"Mari, kita pergi pagi-pagi ke kebun anggur dan melihat apakah pohon
anggur sudah berkuncup, apakah sudah mekar bunganya, apakah pohon-pohon
delima sudah berbunga! Di sanalah aku akan memberikan cintaku kepadamu!" Kidung Agung 7:12
Kitab Kidung Agung berisikan tentang nyanyian atau kidung yang diberikan kepada Israel, di mana raja Salomo adalah penulisnya. Kitab ini menggambarkan kisah kasih antara Salomo dan Sulamit (gadis Sulam). Sulamit digambarkan sebagai seorang gadis yang cantik parasnya, tapi berkulit hitam karena ia bekerja di kebun anggur.
Suatu ketika Salomo mengajak Sulamit berjalan-jalan ke kebun anggur di waktu pagi untuk memeriksa apakah pohon anggurnya bertumbuh dengan baik. Sebagaimana tanaman harus mengalami pertumbuhan supaya dapat berbuah, begitu pula kerohanian kita harus terus mengalami pertumbuhan. Proses pertumbuhan itu tidak terjadi sekejap, tapi dari hari ke seharilah prosesnya. Faktor-faktor penting yang menunjang pertumbuhan antara lain adalah tanah yang baik. Sebelum ditanami tanah harus terlebih dahulu diolah. Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan dilembekkan dengan menggunakan bajak atau garu yang ditarik dengan berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, hewan atau mesin (traktor). Melalui proses ini kerak tanah teraduk, akibatnya udara dan cahaya matahari menyentuh tanah lebih dalam sehingga meningkatkan kesuburannya. "Pasanglah telinga dan dengarkanlah suaraku; perhatikanlah dan dengarkanlah perkataanku! Setiap harikah orang membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya untuk menabur?" (Yesaya 28:23-24).
Selagi lagi ada waktu dan kesempatan yang baik marilah kita mempersiapkan tanah hati kita dengan baik, sebab pertumbuhan iman sangat ditentukan oleh keadaan hati kita saat menerima firman Tuhan. "Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan
berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh
kali lipat, ada yang seratus kali lipat." (Markus 4:8). Ada tertulis, "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17).
Tanpa menyediakan banyak waktu untuk membaca, mendengar dan merenungkan firman Tuhan, atau menyiapkan tanah hati untuk ditaburi firman-Nya, kerohanian kita tidak akan pernah bertumbuh dengan baik.
Saturday, December 12, 2015
Friday, December 11, 2015
SIAPA YANG HARUS DIGEMBALAKAN? (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Desember 2015
Baca: Mazmur 78:70-72
"Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya." Mazmur 78:72
Sebelum menjadi pemimpin suatu bangsa yang besar Daud harus melewati proses ujian kesetiaan dalam perkara-perkara kecil trlebih dahulu. Misal ia harus menggembalakan kawanan domba milik ayahnya yang jumlahnya hanya 2-3 ekor banyaknya. Meski demikian Daud dengan setia dan penuh ketulusan mengerjakan tugas itu tanpa ada persungutan, omelan ataupun keluh kesah, sampai akhirnya Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya seperti yang ditulis oleh Asaf: "dipilih-Nya Daud, hamba-Nya, diambil-Nya dia dari antara kandang-kandang kambing domba; dari tempat domba-domba yang menyusui didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri." (Mazmur 78:70-71). Tuhan memilih Daud karena integritasnya sudah teruji sebagai gembala sehingga akhirnya ia layak memimpin umat Israel. Tuhan mencari orang-orang yang setia dan tulus hati, yang bersedia untuk menggembalakan kawanan domba yang dipercayakan kepadanya.
Selain menggembalakan keluarga, Tuhan juga mengutus kita menggembalakan orang-orang terdekat: kerabat, saudara seiman, sahabat, teman sekolah, teman kerja dan juga tetangga di lingkungan kita. Karena itu, di mana pun dan kapan pun waktunya, kita harus bisa menjadi berkat atau menjadi 'garam dan terang' bagi dunia ini. Jika ada saudara kita yang terjatuh, kita yang kuat harus siap menopangnya. "Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah;" (Ibrani 12:12).
Di masa-masa seperti sekarang ini ujian dan tantangan semakin besar, bisa berupa masalah, penderitaan, kesesakan, termasuk juga pengaruh tipu daya dunia ini (keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup), sehingga banyak anak Tuhan mengalami kejatuhan yang tadinya setia beribadah dan bersemangat melayani Tuhan sekarang kecewa, marah, mengalami kepahitan dan sebagainya karena mengalami masalah; mereka menjadi suam-suam kuku dan akhirnya terbawa oleh arus dunia ini. Apakah kita akan diam saja dan tidak berbuat sesuatu untuk menolong mereka?
Tuhan menghendaki kita memiliki hati gembala: memperhatikan dan menuntun mereka supaya kembali ke jalan Tuhan, sehingga tidak tersesat dan terhilang.
Baca: Mazmur 78:70-72
"Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya." Mazmur 78:72
Sebelum menjadi pemimpin suatu bangsa yang besar Daud harus melewati proses ujian kesetiaan dalam perkara-perkara kecil trlebih dahulu. Misal ia harus menggembalakan kawanan domba milik ayahnya yang jumlahnya hanya 2-3 ekor banyaknya. Meski demikian Daud dengan setia dan penuh ketulusan mengerjakan tugas itu tanpa ada persungutan, omelan ataupun keluh kesah, sampai akhirnya Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya seperti yang ditulis oleh Asaf: "dipilih-Nya Daud, hamba-Nya, diambil-Nya dia dari antara kandang-kandang kambing domba; dari tempat domba-domba yang menyusui didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri." (Mazmur 78:70-71). Tuhan memilih Daud karena integritasnya sudah teruji sebagai gembala sehingga akhirnya ia layak memimpin umat Israel. Tuhan mencari orang-orang yang setia dan tulus hati, yang bersedia untuk menggembalakan kawanan domba yang dipercayakan kepadanya.
Selain menggembalakan keluarga, Tuhan juga mengutus kita menggembalakan orang-orang terdekat: kerabat, saudara seiman, sahabat, teman sekolah, teman kerja dan juga tetangga di lingkungan kita. Karena itu, di mana pun dan kapan pun waktunya, kita harus bisa menjadi berkat atau menjadi 'garam dan terang' bagi dunia ini. Jika ada saudara kita yang terjatuh, kita yang kuat harus siap menopangnya. "Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah;" (Ibrani 12:12).
Di masa-masa seperti sekarang ini ujian dan tantangan semakin besar, bisa berupa masalah, penderitaan, kesesakan, termasuk juga pengaruh tipu daya dunia ini (keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup), sehingga banyak anak Tuhan mengalami kejatuhan yang tadinya setia beribadah dan bersemangat melayani Tuhan sekarang kecewa, marah, mengalami kepahitan dan sebagainya karena mengalami masalah; mereka menjadi suam-suam kuku dan akhirnya terbawa oleh arus dunia ini. Apakah kita akan diam saja dan tidak berbuat sesuatu untuk menolong mereka?
Tuhan menghendaki kita memiliki hati gembala: memperhatikan dan menuntun mereka supaya kembali ke jalan Tuhan, sehingga tidak tersesat dan terhilang.
Subscribe to:
Posts (Atom)