Tuesday, December 1, 2015

HIDUP DALAM KETIDAKPUASAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Desember 2015

Baca:  Bilangan 11:1-3

"Sebab itu orang menamai tempat itu Tabera, karena telah menyala api TUHAN di antara mereka."  Bilangan 11:3

Umumnya manusia memiliki sifat tidak pernah merasa puas, selalu merasa kurang dan selalu menginginkan lebih dan lebih.  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?"  (Pengkotbah 5:9-10).  Hidup dalam ketidakpuasan juga dirasakan oleh bangsa Israel.

     Mengeluh dan bersungut-sungut adalah tanda orang tidak puas dengan hidup yang dijalaninya.  Saat menempuh perjalanan di padang gurun, setelah terbebas dari perbudakan di Mesir, banyak sekali mujizat yang Tuhan nyatakan.  "TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu."  (Keluaran 13:21-22).  Tiang awan dan tiang api merupakan tanda pemeliharaan, perlindungan dan penyertaan Tuhan bagi umat Israel di padang gurun.  Dengan tiang awan mereka tidak merasa kepanasan di siang hari, sedangkan tiang api menjadi penghangat di tengah dinginnya malam.  Bukan hanya itu, mereka juga mendapatkan kiriman makanan langsung dari sorga yaitu manna.

     Suatu kehidupan yang luar biasa karena Tuhan sendiri menyertai, menuntun, memelihara dan membela mereka.  Meski demikian orang-orang Israel tidak pernah merasa puas dan selalu mengeluhkan nasib mereka, serta membanding-bandingkan dengan kehidupan kala berada di Mesir, padahal di sana mereka hanya budak.  Karena terus bersungut-sungut  "...bangkitlah murka-Nya, kemudian menyalalah api TUHAN di antara mereka..."  (Bilangan 11:1), sehingga membakar perkemahan mereka.  Ini peringatan keras bagi orang yang suka bersungut-sungut.  Lalu Musa berdoa kepada Tuhan memohon pengampunan atas sikap buruk umat Israel dan memohon belas kasihan-Nya,  "...maka padamlah api itu."  (Bilangan 11:2).

Belajarlah bersyukur, jangan terus mengeluh!

Monday, November 30, 2015

YOHANES MARKUS: Bangkit Dari Kegagalan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 November 2015

Baca:  2 Timotius 4:9-18

"Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku."  2 Timotius 4:11b

Meski sempat mundur dari pelayanan dan dinilai sebagai orang yang gagal dalam ujian kesetiaan, dan bahkan menjadi penyebab terjadinya perselisihan Paulus dan Barnabas, Yohanes Markus mampu bangkit dari kegagalannya.  Dari mana kita mengetahui Yohanes Markus sudah tidak seperti dulu lagi?  Dari pernyataan Paulus melalui suratnya kepada Timotius:  "Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku."  (ayat nas).  Ini menunjukkan bahwa Yohanes Markus telah berubah dan berada di jalur yang benar yaitu melayani Tuhan dengan sungguh dan berani membayar harga!  Jadi kisah perjalanan hidup Yohanes Markus tidak berakhir pada kegagalan dan kesalahan.

     Siapa yang berperan penting dalam kebangkitan iman Yohanes Markus?  Keluarganyalah yang sungguh berperan amat penting bagi pertumbuhan imannya.  Beruntung sekali Yohanes Markus tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga yang takut akan Tuhan.  Apa buktinya?  Rumahnya sering dijadikan tempat persekutuan doa sehingga banyak orang percaya berkumpul dan berdoa.  "...pergilah ia  (Petrus - Red.)  ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa."  (Kisah 12:12).  Atmosfer sorgawi memenuhi rumah keluarganya,  dan hal itu berdampak besar bagi pertumbuhan rohaninya.  Tekadnya melayani Tuhan pun semakin berkobar-kobar, ketika mendengar kesaksian Petrus yang dibebaskan Tuhan dari penjara melalui pertolongan malaikat yang diutus langsung oleh Tuhan.  Apa yang dialami oleh Petrus itu semakin meneguhkan iman Markus.  Bahkan di dalam suratnya, secara khusus Petrus memanggil Markus sebagai anak rohaninya  (baca  1 Petrus 5:13).

     Selain itu Barnabas dan Paulus adalah dua pribadi yang punya andil besar dalam hidup Markus, sehingga ia mengalami titik balik dalam hidupnya.  Dari merekalah Markus belajar bagaimana menjadi pelayan Tuhan yang penuh integritas;  dan karena kasih karunia Tuhan semata Markus kembali beroleh kesempatan mengerjakan panggilan Tuhan.

"Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya."  Roma 8:30